nurcahyo
New member
Akbar Tandjung: Presiden Masih Ada Waktu Lakukan Perubahan
Kapanlagi.com - Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung berpendapat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih memiliki waktu dua tahun lebih untuk melakukan perubahan dan presiden tidak perlu ragu-ragu membentuk kabinet yang ahli dan track record-nya yang dapat dipercaya.
"Sehingga presiden bisa membangun pemerintahan yang solid, fokus, dan sesuai dengan visi presiden, sehingga akan efektif sesuai dengan kepentingan presiden. Tentu ia mempunyai keinginan kabinetnya sukses," ujarnya dalam seminar Kepemimpinan Nasional dan Momentum Kebangkitan Indonesia di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (29/11).
Akbar menjelaskan, perubahan itu merupakan solusi agar visi presiden bisa didukung oleh menteri-menterinya, bukan justru ada ketidakcocokan antara menteri satu dengan menteri yang lain, antara menteri dengan wakil presiden, bahkan antara presiden dengan wakil presiden, meskipun mereka merupakan satu paket.
"Bagaimana pemerintah bisa efektif jika para menteri tidak bisa lepas dari agenda politik. Bagaimana agenda masing-masing dengan agenda presiden cocok. Kok rasanya tidak cocok karena ada kepentingan," ujarnya.
Menurut Akbar, presiden telah mendapatkan legitimasi oleh rakyat meskipun hanya dipilih oleh suara rakyat 60% dan didukung dari partai kecil, namun hal itu merupakan modal presiden untuk percaya diri karena presiden dipilih oleh rakyat.
Akbar melihat presiden belum terlihat percaya diri, sehingga bisa terjadi kepentingan presiden dan kepentingan pembatu presiden belum tentu sama dan hal itu terlihat dalam pemerintahan saat ini.
"Seperti yang disampaikan oleh MenPAN akhir-akhir ini mengenai pegawai negeri sipil (PNS) berbeda dengan yang disampaikan oleh Wakil Presiden," katanya.
Mantan Ketua PB HMI ini tampil dalam seminar bersama dengan Budiman Sudjatmiko, Hilmar Farid (sejarawan), dan Sukardi Rinakit. Akbar menegaskan, yang diperlukan dalam kepemimpinan adalah visi dan orang yang dipimpinnya harus dapat menjalankan visi dari pemimpinannya.
Pendapat yang sama juga disampaikan Hilmar Farid yang menyatakan, bahwa rakyat seharusnya tidak perlu merindukan dan harus meninggalkan paradigma bigman yang dapat menyelesaikan banyak masalah seperti halnya merindukan ratu adil, karena hal itu tidak akan menjadi solusi.
"Kita harus memulai dengan kaum muda. Saya setuju jika diadakan kongres pemuda atau mengumpulkan generasi muda, sehingga akan mengembalikan imajinasi politik dan kultural," ujar Hilmar.
Hilmar menjelaskan, tidak perlu dilakukan casting untuk memilih kandidat yang mampu menyelesaikan masalah atau menempatkan orang yang pas, tetapi yang penting adalah perkara arah.
"Sekalipun mempunyai pemimpin tapi jika tidak tahu arah, maka kita akan menjadi barisan zombie yang bangkit tapi tidak tahu tujuan. Saat ini pemimpin negara dan bangsa sangat langka, namun surplus pada pejabat yang hanya bisa memberikan inspirasi seperti pemimpin," kata Hilmar.
Kapanlagi.com - Mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar Akbar Tandjung berpendapat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono masih memiliki waktu dua tahun lebih untuk melakukan perubahan dan presiden tidak perlu ragu-ragu membentuk kabinet yang ahli dan track record-nya yang dapat dipercaya.
"Sehingga presiden bisa membangun pemerintahan yang solid, fokus, dan sesuai dengan visi presiden, sehingga akan efektif sesuai dengan kepentingan presiden. Tentu ia mempunyai keinginan kabinetnya sukses," ujarnya dalam seminar Kepemimpinan Nasional dan Momentum Kebangkitan Indonesia di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (29/11).
Akbar menjelaskan, perubahan itu merupakan solusi agar visi presiden bisa didukung oleh menteri-menterinya, bukan justru ada ketidakcocokan antara menteri satu dengan menteri yang lain, antara menteri dengan wakil presiden, bahkan antara presiden dengan wakil presiden, meskipun mereka merupakan satu paket.
"Bagaimana pemerintah bisa efektif jika para menteri tidak bisa lepas dari agenda politik. Bagaimana agenda masing-masing dengan agenda presiden cocok. Kok rasanya tidak cocok karena ada kepentingan," ujarnya.
Menurut Akbar, presiden telah mendapatkan legitimasi oleh rakyat meskipun hanya dipilih oleh suara rakyat 60% dan didukung dari partai kecil, namun hal itu merupakan modal presiden untuk percaya diri karena presiden dipilih oleh rakyat.
Akbar melihat presiden belum terlihat percaya diri, sehingga bisa terjadi kepentingan presiden dan kepentingan pembatu presiden belum tentu sama dan hal itu terlihat dalam pemerintahan saat ini.
"Seperti yang disampaikan oleh MenPAN akhir-akhir ini mengenai pegawai negeri sipil (PNS) berbeda dengan yang disampaikan oleh Wakil Presiden," katanya.
Mantan Ketua PB HMI ini tampil dalam seminar bersama dengan Budiman Sudjatmiko, Hilmar Farid (sejarawan), dan Sukardi Rinakit. Akbar menegaskan, yang diperlukan dalam kepemimpinan adalah visi dan orang yang dipimpinnya harus dapat menjalankan visi dari pemimpinannya.
Pendapat yang sama juga disampaikan Hilmar Farid yang menyatakan, bahwa rakyat seharusnya tidak perlu merindukan dan harus meninggalkan paradigma bigman yang dapat menyelesaikan banyak masalah seperti halnya merindukan ratu adil, karena hal itu tidak akan menjadi solusi.
"Kita harus memulai dengan kaum muda. Saya setuju jika diadakan kongres pemuda atau mengumpulkan generasi muda, sehingga akan mengembalikan imajinasi politik dan kultural," ujar Hilmar.
Hilmar menjelaskan, tidak perlu dilakukan casting untuk memilih kandidat yang mampu menyelesaikan masalah atau menempatkan orang yang pas, tetapi yang penting adalah perkara arah.
"Sekalipun mempunyai pemimpin tapi jika tidak tahu arah, maka kita akan menjadi barisan zombie yang bangkit tapi tidak tahu tujuan. Saat ini pemimpin negara dan bangsa sangat langka, namun surplus pada pejabat yang hanya bisa memberikan inspirasi seperti pemimpin," kata Hilmar.