Aktivitas Gunung Anak Krakatau Mulai Meninggi

Dipi76

New member
Istana pantau terus aktivitas Gunung Anak Krakatau
Selasa, 4 Oktober 2011 00:48 WIB

20110119113124awaskrakatau021110-2.jpg


Jakarta (ANTARA News) - Istana Kepresidenan melalui Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Bencana terus memantau perkembangan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda yang kini semakin aktif.

Dalam siaran persnya di Jakarta, Senin malam, Staf Khusus Presiden Bidang Bencana dan Bantuan Sosial Bencana Andi Arief menyebutkan bahwa saat ini kegempaan yang muncul akibat aktivitas gunung itu semakin tinggi.

"Lonjakan kegempaannya lebih dari 1.000 persen dalam tiga hari ini. Lebih dari empat ribu kegempaan yang muncul naik, gempa dangkal dan jauh, secara menerus," katanya.

Dalam catatan rekaman alat yang ada, biasanya aktivitas kegempaan rata-rata per hari hanya mencapai 300 kali.

Mengutip Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Dr Surono, secara teoritik, Gunung Anak Krakatau dengan kegempaan yang tinggi ini pasti akan erupsi.

"Namun apakah jenis erupsinya masih belum bisa disimpulkan karena masih dalam tahap pemantauan intensif," katanya.

Pihak PVMBG sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan sudah mengambil langkah langkah koordinasi dengan BPBD serta Pemda Banten dan Lampung.

"Bahkan tidak menutup kemungkinan BPBD dan Pemda Jakarta, dan Jawa Barat juga akan segera dikoordinasikan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang ada," kata Andi.

Pihak PVMBG belum menaikkan status "siaga" Gunung Anak Krakatau ke status "awas", meskipun sudah dan sedang melakukan sosialisasi plot tanggap darurat dengan Pemda Lampung dan Banten.

"Kami segera melakukan koordinasi dengan para ahli, BMKG, Ristek, TNI/Polri, Rescuers, Tagana, Bazarnas dan pihak-pihak terkait lainnya. Mudah-mudahan sistem bisa berjalan dan hasil terbaik yang akan dicapai. Perkembangan ini pun sudah dilaporkan kepada Bapak Presiden," kata Andi Arief.

Meski demikian, masyarakat diminta tenang, dan mendengarkan informasi resmi dari sistem kebencanaan nasional yang ujung tombaknya adalah BNPB.



Antaranews



-dipi-
 
Bulan Menjadi Biru Saat Krakatau Meletus 1883
Krakatau juga pernah meletus pada 1416. "Neneknya Anak Krakatau yang meletus."
Selasa, 4 Oktober 2011, 06:03 WIB

VIVAnews - Sejarah mencatat letusan dahsyat Gunung Krakatau pada Senin, 27 Agustus 1883. Para ilmuwan menyebut kekuatannya setara dengan 100 megaton bom nuklir atau setara 13.000 kali kekuatan bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki.

Suaranya menggelegar, terdengar sampai 2.200 mil (3.500 km) sampai Australia dan 4.800 km di Kepulauan Rodrigues dekat Mauritius. Langit gelap beberapa hari setelahnya. Dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Ombak pasang terpantau sampai Selat Inggris.

Letusan Krakatau juga menciptakan fenomena angkasa. Lewat abu vulkaniknya. Abu yang muncrat ke angkasa, membuat Bulan berwarna biru.

Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), beberapa partikel abu Krakatau, memiliki ukuran 1 mikron (atau satu per sejuta meter), ukuran yang tepat untuk menghamburkan warna merah, namun masih memberi peluang bagi warna lain untuk menerobos. Sinar Bulan yang bersinar putih berubah menjadi biru, kadang hijau.

Bulan berwarna biru bertahan bertahun-tahun pasca erupsi. Kala itu, tak hanya Bulan yang penampakannya berubah. Orang-orang saat itu juga menyaksikan Matahari berwarna keunguan seperti lavender. Dan untuk kali pertama kalinya, awan noctilucent, awan yang sangat tinggi, membiaskan cahaya pada senja ketika matahari telah tenggelam, mengiluminasi dan menyinari langit dengan sumber cahaya yang tak tampak.

Abu membuat senja seperti terbakar. "Orang-orang di New York, Poughkeepsie, dan New Haven sampai menghubungi pemadam kebakaran, karena terlihat seperti ada kebakaran," kata vulkanolog, Scott Rowland dari University of Hawaii.

Fenomena bulan biru juga terlihat pada 1983, setelah letusan gunung berapi El Chichon di Meksiko. Juga pasca letusan Mt. St Helens di tahun 1980 dan Gunung Pinatubo pada tahun 1991.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono, mengatakan letusan dahsyat Krakatau 1883 adalah yang ke dua yang terpantau sejarah.

Sebelumnya, Krakatau pernah meletus pada tahun 1416. "Neneknya Anak Krakatau yang meletus, juga sampai menimbulkan tsunami," tambah dia.

Namun, tidak ada catatan pasti soal akibat letusan gunung yang diperkirakan setinggi 4.000 meter itu.

Pasca letusan 1883, Surono menambahkan, Krakatau lenyap. Lalu, muncullah Anak Krakatau pada tahun 1930-an. Sejak saat itu, si anak terus-menerus meletus. "Hanya pada tahun 1950-an, sedikit mengerem letusan, dua sampai empat tahun," tambah dia.

Hingga tahun 2005, ketinggian Anak Krakatau terpantau sekitar 315 meter. Saat ini aktivitas Anak Krakatau sedang tinggi, gempa vulkanis terjadi ribuan kali setiap harinya. Namun, Surono meminta masyarakat tak panik. "Yang meletus anaknya, bukan ibunya."
• VIVAnews




-dipi-
 
Aktivitas Gempa Misterius Anak Krakatau
"Dia sedang rewel. Supaya jadi tinggi dan besar, dia harus sering-sering meletus."
Selasa, 4 Oktober 2011, 05:22 WIB


VIVAnews - Sejak Jumat 30 September 2011 lalu, Gunung Anak Krakatau ditetapkan pada level Siaga. Ini bukan kali pertama status itu disematkan. Namun, yang luar biasa adalah aktivitas kegempaannya yang sangat tinggi. Sampai ribuan kali.

"Gempa ini relatif mengejutkan karena sedemikian tingginya. Saya nggak pernah mengamati gunung sedemikian tingginya," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono kepada VIVAnews.com, Senin 3 oktober 2011.

Dia menambahkan, selama Minggu 2 Oktober 2011, gempa Anak Krakatau berjumlah 5.773 kali. Sementara, pada Selasa 3 Oktober, sejak pukul 00.00 sampai 18.00, ada 4.367 kali getaran.

Mbah Rono, demikian Surono akrab dipanggil, mengatakan, sebelumya tak pernah Anak Krakatau diguncang gempa sampai ribuan kali. "Paling ratusan, nggak lama kemudian meletus. Tapi gunung kan memang selalu berubah, misalnya Merapi, dulu letusannya begitu-begitu saja, tahu-tahu 2010 meletus dahsyat," tambah dia.

Surono berharap Anak Krakatau tak akan meletus. Saat ini PVMBG merekomendasikan masyarakat untuk tidak mendekati Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer. Jika Anak Krakatau meletus, apakah dampaknya sampai Jakarta? "Nggak ah, sampai sekarang tak berprasangka seperti itu," kata Surono.

Ibarat anak kecil, tambah dia, Anak Krakatau saat ini sedang nakal, sedang bandel-bandelnya. "Dia sedang rewel. Supaya jadi tinggi dan besar, dia harus sering-sering meletus," kata Surono.

Untuk diketahui, Anak Krakatau adalah satu dari 100 gunung berapi yang terus dipantau Badan Antariksa AS, NASA melalui satelit Earth Observing-1 atau EO-1.

Ada dua alasan yang membuat NASA terus mengamati Anak Krakatau. Selain karena terus-menerus bererupsi, ini juga dilatarbelakangi faktor historis.

Induknya, Gunung Krakatau meletus pada 27 Agustus 1883 sekitar pukul 10.20 dengan kekuatan 13.000 kali bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima dan Nagasaki. Itu salah satu letusan gunung api paling kolosal sepanjang sejarah.

Saat itu, suara letusan Krakatau terdengar sampai Madagaskar dan Australia. Dua pertiga bagian gunung tenggelam ke dasar laut, dan menciptakan gelombang tsunami yang menewaskan puluhan ribuan orang. Soal ini, Surono meminta masyarakat tenang. "Yang meletus anaknya, bukan ibunya."
• VIVAnews



-dipi-
 
aku kemarin abis nonton film krakatau, dan ternyata super sekali ledakannya...

semoga anak yang masih bandel ini tidak mengikuti jejak induknya dan memberikan anak lagi...
 
Back
Top