Penulis: Abu Hudzaifah Yusuf
Pada edisi yang lalu, sudah dibahas apa makna dan konsekuensi bagi seorang yang telah menyatakan persaksiannya kepada Alloh Robbul ?Alamin. Sebuah persaksian yang memberikan konsekuensi akan menujukan seluruh ibadah yang dia lakukan hanya kepada Alloh dan tidak kepada selain-Nya. Karena memang dia meyakini tidaklah ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh. Pada kesempatan kali ini, maka insya Alloh akan dibahas persaksian yang kedua, yakni persaksian terhadap kerosulan Muhammad.
Persaksian yang kedua ini tidak bisa dipisahkan dengan persaksian yang sebelumnya. Karena belumlah seorang itu dikatakan bersyahadah sebelum dia juga menunaikan persaksian yang kedua ini. Karena sangat pentingnya masalah ini, maka mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan gambaran singkat tentang apa yang seharusnya diyakini oleh seorang mukmin dan apa yang harus dilakukannya setelah mengucapkan syahadah ini.
Makna dan Konsekuensi Syahadat Muhammad Rosululloh
1. Menerima dan beriman terhadap ajaran/beritanya.
Apa yang dibawa oleh Rosululloh pada hakekatnya adalah berasal dari Alloh maka barang siapa yang mendustakannya maka sesungguhnya ia pun telah mendustakan Dzat yang telah mengutusnya. Dan tidaklah mungkin Nabi Muhammad shollallohu ?alaihi wa sallam berdusta sebab dia sudah mendapatkan jaminan langsung dari Alloh Azza wa Jalla. Alloh berfirman: ?Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.? (An-Najm: 3-4). ?Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.? (Az-Zumar: 33)
Sehingga ketika Rosullah memberikan kabar tentang isro? mi?rojnya, maka sebagai konsekuensi keimanannya Abu Bakar Ash-Shiddiq pun langsung membenarkannya tanpa ada keraguan sedikitpun dengan mengatakan ?Kalau pun Muhammad mengatakan yang lebih dari itu, aku pun akan mempercayainya?.
Karenanya tidak boleh seseorang meragukan satu kabar saja yang disampaikan Rosululloh apapun alasannya. Ketika suatu saat ada kabar yang kelihatannya bertentangan dengan akalnya, maka dia harus tunduk dan menerimanya, sebab boleh jadi akalnya sendirilah yang terbatas sedang ilmu Alloh itu Mahaluas. Barang siapa yang meragukan atau tidak mengimani satu saja dari kabar yang dibawa oleh beliau maka dia jatuh dalam kekafiran. Diantara sabda nabi yang wajib kita imani ialah ?Tidak ada lagi Nabi sesudah beliau?, beliaulah Nabi dan Rosul terakhir. Maka orang yang meyakini masih ada Nabi atau Rosul lagi sesudah beliau sungguh telah membatalkan persaksiannya sendiri. Sadarlah wahai kaum?
2. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya.
Setelah mengimani kabar tersebut, maka jika kabar tersebut berisi suatu perintah atau larangan, konsekuensi selanjutnya adalah pengamalan dari isi kabar tersebut. Sebab sebagaimana yang sudah disampaikan di atas, maka apa yang diperintah oleh dan dilarang oleh Rosul maka itu adalah perintah dan larangan dari Dzat yang mengutusnya, yaitu Dzat yang telah menciptakan kita sehingga Dialah Dzat yang paling tahu tentang apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan bagi kita.
Alloh berfirman: ?Barang siapa yang mentaati Rosul maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh.? (An-Nisa?: 80). Para rosul diutus untuk ditaati bukan malah didurhakai. Alloh berfirman: ?Dan Kami tidaklah mengutus seorang Rosul pun melainkan untuk ditaati dengan seizin Alloh.? (An Nisa?: 64). Semua perintah Rosul pada dasarnya wajib kita kerjakan dan berdosa apabila meninggalkannya. Rosululloh bersabda: ?Apa-apa yang aku larang maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan maka laksanakanlah semampu kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka.? (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Beribadah hanya dengan cara yang disyariatkan.
Beribadah adalah sifatnya tauqifiyah, maksudnya tidaklah seseorang itu dapat melaksanakan suatu ibadah tanpa landasan dalil yang benar yaitu Al Qur?an dan As Sunnah yang shahih. Alloh berfirman: ?Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan banyak mengingat Alloh.? (Al-Ahzab: 21). Para rosul itu diturunkan untuk membimbing ummat dan sebagai pemutus perselisihan yang ada diantara ummatnya. Alloh berfirman: ?Maka demi Robb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan sedikitpun terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.? (An- Nisa?: 65)
Beliau mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Alloh. Oleh karena itu, setelah diutusnya Rosululloh Muhammad tidaklah boleh seseorang melakukan ibadah mengikuti syari?at rosul-rosul terdahulu atau dengan cara seenaknya sendiri sebab perbuatan seperti ini adalah bid?ah. Rosululloh bersabda: ?Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari ajaran kami maka amalan itu tertolak.? (HR Muslim)
4. Tidak bersikap berlebih-lebihan kepadanya.
Karena beliau juga adalah manusia biasa seperti kita, kita tidak boleh memposisikan beliau lebih dari semestinya. Rosululloh juga bersabda: ?Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang nashoro telah berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Alloh dan Rosul-Nya.? (HR Bukhori)
Kita tidak boleh menujukan ibadah kepada beliau, karena beliau tidak menguasai kemanfaatan dan kemudhorotan sedikitpun dan tidak pula mengetahui perkara yang ghoib kecuali apa yang telah dikabarkan kepada Alloh kepadanya. Alloh berfirman: ?Katakanlah: ?Aku tidak berjasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudhorotan kecuali yang dikehendaki oleh Alloh. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghoib, tentulah aku akan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemudhorotan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman?.? (Al A?rof: 188)
Inti Penciptaan Kita Adalah Mewujudkan Kedua Syahadat Ini
Kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya, dan ibadah tidak akan diterima kecuali dengan terpenuhinya 2 syarat, yakni ikhlash dan mutaba?ah/mengikuti aturan Nabi. Maka ikhlash adalah inti syahadat yang pertama dan mutaba?ah adalah inti syahadat yang kedua. Ketahuilah saudaraku, bahwa syahadat itu tidak hanya sekedar melafazhkan saja. Betapa banyak kita jumpai saudara-saudara kita yang bersyahadat hanya diucapkan saja, namun sehari-harinya tidak menjalankan apa yang menjadi makna dan konsekuensinya bahkan malah berbuat apa yang menjadi pembatal dari kedua syahadat ini. Kita mohon kepada Alloh semoga kita adalah termasuk orang-orang yang jujur ketika mengucapkan syahadat ini dan memberikan kemudahan bagi kita untuk merealisasikannya. Amin.
Pada edisi yang lalu, sudah dibahas apa makna dan konsekuensi bagi seorang yang telah menyatakan persaksiannya kepada Alloh Robbul ?Alamin. Sebuah persaksian yang memberikan konsekuensi akan menujukan seluruh ibadah yang dia lakukan hanya kepada Alloh dan tidak kepada selain-Nya. Karena memang dia meyakini tidaklah ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Alloh. Pada kesempatan kali ini, maka insya Alloh akan dibahas persaksian yang kedua, yakni persaksian terhadap kerosulan Muhammad.
Persaksian yang kedua ini tidak bisa dipisahkan dengan persaksian yang sebelumnya. Karena belumlah seorang itu dikatakan bersyahadah sebelum dia juga menunaikan persaksian yang kedua ini. Karena sangat pentingnya masalah ini, maka mudah-mudahan tulisan ini dapat memberikan gambaran singkat tentang apa yang seharusnya diyakini oleh seorang mukmin dan apa yang harus dilakukannya setelah mengucapkan syahadah ini.
Makna dan Konsekuensi Syahadat Muhammad Rosululloh
1. Menerima dan beriman terhadap ajaran/beritanya.
Apa yang dibawa oleh Rosululloh pada hakekatnya adalah berasal dari Alloh maka barang siapa yang mendustakannya maka sesungguhnya ia pun telah mendustakan Dzat yang telah mengutusnya. Dan tidaklah mungkin Nabi Muhammad shollallohu ?alaihi wa sallam berdusta sebab dia sudah mendapatkan jaminan langsung dari Alloh Azza wa Jalla. Alloh berfirman: ?Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.? (An-Najm: 3-4). ?Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.? (Az-Zumar: 33)
Sehingga ketika Rosullah memberikan kabar tentang isro? mi?rojnya, maka sebagai konsekuensi keimanannya Abu Bakar Ash-Shiddiq pun langsung membenarkannya tanpa ada keraguan sedikitpun dengan mengatakan ?Kalau pun Muhammad mengatakan yang lebih dari itu, aku pun akan mempercayainya?.
Karenanya tidak boleh seseorang meragukan satu kabar saja yang disampaikan Rosululloh apapun alasannya. Ketika suatu saat ada kabar yang kelihatannya bertentangan dengan akalnya, maka dia harus tunduk dan menerimanya, sebab boleh jadi akalnya sendirilah yang terbatas sedang ilmu Alloh itu Mahaluas. Barang siapa yang meragukan atau tidak mengimani satu saja dari kabar yang dibawa oleh beliau maka dia jatuh dalam kekafiran. Diantara sabda nabi yang wajib kita imani ialah ?Tidak ada lagi Nabi sesudah beliau?, beliaulah Nabi dan Rosul terakhir. Maka orang yang meyakini masih ada Nabi atau Rosul lagi sesudah beliau sungguh telah membatalkan persaksiannya sendiri. Sadarlah wahai kaum?
2. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya.
Setelah mengimani kabar tersebut, maka jika kabar tersebut berisi suatu perintah atau larangan, konsekuensi selanjutnya adalah pengamalan dari isi kabar tersebut. Sebab sebagaimana yang sudah disampaikan di atas, maka apa yang diperintah oleh dan dilarang oleh Rosul maka itu adalah perintah dan larangan dari Dzat yang mengutusnya, yaitu Dzat yang telah menciptakan kita sehingga Dialah Dzat yang paling tahu tentang apa yang bermanfaat dan apa yang membahayakan bagi kita.
Alloh berfirman: ?Barang siapa yang mentaati Rosul maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh.? (An-Nisa?: 80). Para rosul diutus untuk ditaati bukan malah didurhakai. Alloh berfirman: ?Dan Kami tidaklah mengutus seorang Rosul pun melainkan untuk ditaati dengan seizin Alloh.? (An Nisa?: 64). Semua perintah Rosul pada dasarnya wajib kita kerjakan dan berdosa apabila meninggalkannya. Rosululloh bersabda: ?Apa-apa yang aku larang maka jauhilah dan apa yang aku perintahkan maka laksanakanlah semampu kalian. Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian telah binasa karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka.? (HR. Bukhori dan Muslim)
3. Beribadah hanya dengan cara yang disyariatkan.
Beribadah adalah sifatnya tauqifiyah, maksudnya tidaklah seseorang itu dapat melaksanakan suatu ibadah tanpa landasan dalil yang benar yaitu Al Qur?an dan As Sunnah yang shahih. Alloh berfirman: ?Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Alloh dan kedatangan hari kiamat dan banyak mengingat Alloh.? (Al-Ahzab: 21). Para rosul itu diturunkan untuk membimbing ummat dan sebagai pemutus perselisihan yang ada diantara ummatnya. Alloh berfirman: ?Maka demi Robb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan sedikitpun terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.? (An- Nisa?: 65)
Beliau mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Alloh. Oleh karena itu, setelah diutusnya Rosululloh Muhammad tidaklah boleh seseorang melakukan ibadah mengikuti syari?at rosul-rosul terdahulu atau dengan cara seenaknya sendiri sebab perbuatan seperti ini adalah bid?ah. Rosululloh bersabda: ?Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada dasarnya dari ajaran kami maka amalan itu tertolak.? (HR Muslim)
4. Tidak bersikap berlebih-lebihan kepadanya.
Karena beliau juga adalah manusia biasa seperti kita, kita tidak boleh memposisikan beliau lebih dari semestinya. Rosululloh juga bersabda: ?Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang nashoro telah berlebih-lebihan memuji Isa putra Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Hamba Alloh dan Rosul-Nya.? (HR Bukhori)
Kita tidak boleh menujukan ibadah kepada beliau, karena beliau tidak menguasai kemanfaatan dan kemudhorotan sedikitpun dan tidak pula mengetahui perkara yang ghoib kecuali apa yang telah dikabarkan kepada Alloh kepadanya. Alloh berfirman: ?Katakanlah: ?Aku tidak berjasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudhorotan kecuali yang dikehendaki oleh Alloh. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghoib, tentulah aku akan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, dan aku tidak akan ditimpa kemudhorotan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman?.? (Al A?rof: 188)
Inti Penciptaan Kita Adalah Mewujudkan Kedua Syahadat Ini
Kita diciptakan hanya untuk beribadah kepada-Nya, dan ibadah tidak akan diterima kecuali dengan terpenuhinya 2 syarat, yakni ikhlash dan mutaba?ah/mengikuti aturan Nabi. Maka ikhlash adalah inti syahadat yang pertama dan mutaba?ah adalah inti syahadat yang kedua. Ketahuilah saudaraku, bahwa syahadat itu tidak hanya sekedar melafazhkan saja. Betapa banyak kita jumpai saudara-saudara kita yang bersyahadat hanya diucapkan saja, namun sehari-harinya tidak menjalankan apa yang menjadi makna dan konsekuensinya bahkan malah berbuat apa yang menjadi pembatal dari kedua syahadat ini. Kita mohon kepada Alloh semoga kita adalah termasuk orang-orang yang jujur ketika mengucapkan syahadat ini dan memberikan kemudahan bagi kita untuk merealisasikannya. Amin.