dian9ball
New member
Aku berteman dengan kesunyian.
Aku berdialog dengannya, yang kudengar hanyalah suaraku sendiri.
Aku berpaling darinya, yang kulihat hanyalah khayalan-khayalan kosong.
Aku merangkulnya, kucoba untuk bertemu dengan yang terbaik dari diriku sendiri dan untuk diriku sendiri.
Aku temukan dia dalam keadaan yang menyedihkan, butuh energi untuk membangkitkannya, energi yang sangat banyak sekali dan harus diberikan setetes demi setetes.
Aku hilangkan dia dari pandanganku, aku mencoba untuk mendengarkan suara-suara lain, tapi yang kudapatkan hanyalah bisikan-bisikan angin yang tidak jelas darimana asalnya.
Aku temukan diriku sendiri dalam labirin Pemahaman, aku lihat dia sedang bimbang memilih jalan yang kesemuanya tidak jelas kemana menuju, semua pilihan tidaklah jelas, hanya keyakinanlah yang membuatnya jelas.
Aku adalah aku, aku tidak bisa menjadi orang lain, aku hanya ingin dan hanya bisa menjadi diriku sendiri.
Berhentilah meminta yang macam-macam dariku, aku tidak sanggup memenuhi keinginanmu, nilailah aku dari apa yang aku yakini, bukan dari apa yang kamu punya dari keyakinanmu.
Biarkanlah hatiku mengembara kemana aku ingin, biarkanlah bathinku mengatakan apa yang harus dikatakannya.
Janganlah engkau menghakimi apa yang aku lakukan, hakimilah dirimu sendiri beserta keyakinanmu, apakah itu semua sudah sesuai dengan wadah keberanianmu, atau hanya memenuhi cangkir kepengecutan dari kebohongan yang diucapkan pikiranmu terhadap jiwamu.
Sudahkah engkau mengetahui takdirmu?
Samar-samar takdirku membuka dirinya sendiri.
Hari esok tidaklah sama dengan hari ini.
Itulah kehidupanku, ditentukan kadar keberanianku untuk menatap mimpiku yang paling tinggi sekalipun.
Wahai kesunyian, bernyanyilah untukku, luapkan kegembiraanmu walaupun dalam tubuhmu itu mengalir es yang dinginnya sanggup membingungkan siapa saja.
Dalam tubuhku ini mengalir darah yang hangat; walaupun begitu, aku tidak dapat merasakan kehangatannya.
Apakah aliran darah dalam tubuhku ini sudah berganti menjadi aliran es seperti halnya tubuhmu?
Apakah dinginnya nadi ini mencerminkan pergantian peran dalam kehidupanku?
Apakah yang terjadi wahai kesunyian?
Kemanakah cintaku? Sudah hilangkah ia oleh ketidakmampuanku untuk mengungkapkan kepadanya?
Lalu kemana aku harus mencari?
Kemana aku harus mencari keberanian untuk menangkapnya kembali?
Yang kulihat hanyalah angin kosong yang menipu pandangan.
Wahai kesunyian, tidurlah dalam dekapanku.
Tidurlah dalam dinginnya aliran nadiku.
Just a Little Sign,
”D” Sang Pengembara Kesunyian.
22:38 24-02-08
Aku berdialog dengannya, yang kudengar hanyalah suaraku sendiri.
Aku berpaling darinya, yang kulihat hanyalah khayalan-khayalan kosong.
Aku merangkulnya, kucoba untuk bertemu dengan yang terbaik dari diriku sendiri dan untuk diriku sendiri.
Aku temukan dia dalam keadaan yang menyedihkan, butuh energi untuk membangkitkannya, energi yang sangat banyak sekali dan harus diberikan setetes demi setetes.
Aku hilangkan dia dari pandanganku, aku mencoba untuk mendengarkan suara-suara lain, tapi yang kudapatkan hanyalah bisikan-bisikan angin yang tidak jelas darimana asalnya.
Aku temukan diriku sendiri dalam labirin Pemahaman, aku lihat dia sedang bimbang memilih jalan yang kesemuanya tidak jelas kemana menuju, semua pilihan tidaklah jelas, hanya keyakinanlah yang membuatnya jelas.
Aku adalah aku, aku tidak bisa menjadi orang lain, aku hanya ingin dan hanya bisa menjadi diriku sendiri.
Berhentilah meminta yang macam-macam dariku, aku tidak sanggup memenuhi keinginanmu, nilailah aku dari apa yang aku yakini, bukan dari apa yang kamu punya dari keyakinanmu.
Biarkanlah hatiku mengembara kemana aku ingin, biarkanlah bathinku mengatakan apa yang harus dikatakannya.
Janganlah engkau menghakimi apa yang aku lakukan, hakimilah dirimu sendiri beserta keyakinanmu, apakah itu semua sudah sesuai dengan wadah keberanianmu, atau hanya memenuhi cangkir kepengecutan dari kebohongan yang diucapkan pikiranmu terhadap jiwamu.
Sudahkah engkau mengetahui takdirmu?
Samar-samar takdirku membuka dirinya sendiri.
Hari esok tidaklah sama dengan hari ini.
Itulah kehidupanku, ditentukan kadar keberanianku untuk menatap mimpiku yang paling tinggi sekalipun.
Wahai kesunyian, bernyanyilah untukku, luapkan kegembiraanmu walaupun dalam tubuhmu itu mengalir es yang dinginnya sanggup membingungkan siapa saja.
Dalam tubuhku ini mengalir darah yang hangat; walaupun begitu, aku tidak dapat merasakan kehangatannya.
Apakah aliran darah dalam tubuhku ini sudah berganti menjadi aliran es seperti halnya tubuhmu?
Apakah dinginnya nadi ini mencerminkan pergantian peran dalam kehidupanku?
Apakah yang terjadi wahai kesunyian?
Kemanakah cintaku? Sudah hilangkah ia oleh ketidakmampuanku untuk mengungkapkan kepadanya?
Lalu kemana aku harus mencari?
Kemana aku harus mencari keberanian untuk menangkapnya kembali?
Yang kulihat hanyalah angin kosong yang menipu pandangan.
Wahai kesunyian, tidurlah dalam dekapanku.
Tidurlah dalam dinginnya aliran nadiku.
Just a Little Sign,
”D” Sang Pengembara Kesunyian.
22:38 24-02-08