Ambil atau Bersiap Kehilangan

GMediator

New member
Dalam sebuah kelas pelatihan, saya mengambil selembar kertas polos kemudian menggunting-guntingnya menjadi beberapa bagian. Ada guntingan besar ada juga yang kecil. Tapi jumlahnya sengaja saya buat tak sama dengan jumlah peserta dalam kelas itu, dua puluh orang. Kemudian saya meminta kepada peserta untuk mengambil masing-masing satu guntingan kertas yang tersedia di meja depan. "Silahkan ambil satu!" demikian instruksi yang saya berikan.

Dapat diduga, ada yang antusias maju dengan gerak cepat dan mengambil bagiannya, ada yang berjalan
santai, ada juga yang meminta bantuan temannya untuk mengambilkan. Dua tiga orang bahkan terlihat
bermalasan untuk mengambil, mereka berpikir toh semuanya kebagian guntingan kertas tersebut. Hasilnya? Empat orang terakhir tak mendapatkan guntingan kertas. Delapan orang pertama ke depan
mendapatkan guntingan besar-besar, yang berjalan santai dan yang meminta diambilkan harus rela
mendapatkan yang kecil.

Lalu saya katakan kepada mereka, "inilah hidup. Anda ambil kesempatan yang tersedia atau Anda akan kehilangan kesempatan itu. Anda tak melakukannya, akan banyak orang lain yang melakukannya".
Pagi ini di kereta saya mendapati seorang wanita hamil yang berdiri agak jauh. Saya sempat berpikir bahwa orang yang paling dekat lah yang `wajib' memberinya tempat duduk. Tapi sedetik kemudian saya bangun dan segera memanggil ibu itu untuk duduk. Ini perbuatan baik, jika saya tak mengambil kesempatan ini orang lainlah yang melakukannya. Dan belum tentu esok hari saya masih memiliki kesempatan seperti ini.

Soal rezeki misalnya, saya percaya ia tak pernah datang sendiri menghampiri orang-orang yang lelap
tertidur meski matahari sudah terik. "Bangun pagi, rezekinya dipatok ayam tuh!" Orang tua dulu sering berucap seperti itu. Dan entah kenapa hingga detik ini saya tak pernah bisa menyanggah ucapan orangtua perihal rezeki itu. Saya percaya bahwa orang-orang yang lebih cepat berupaya meraihnya lah yang memiliki kesempatan untuk mendapatkan rezeki yang lebih banyak. Sementara mereka yang bersantai-santai atau bahkan bermalas-malasan, terdapat kemungkinan kehabisan rezeki.

Contoh kecil, datanglah terlambat dari jam kantor Anda yang semestinya. Perusahaan tidak hanya akan mengurangi gaji Anda akibat keterlambatan Anda, bahkan kinerja Anda dianggap minus dan itu mempengaruhi penilaian perusahaan terhadap Anda. Bisa jadi Anda tidak mendapatkan promosi tahun ini, sementara rekan Anda yang tak pernah terlambat lebih berpeluang. Saya sering mendengar teman saya berkomentar negatif tentang apa yang dikerjakan orang lain, "Ah, kalau cuma tulisan begini sih saya juga bisa melakukannya" atau "Saya bisa melakukan yang lebih baik dari orang itu". Kepadanya saya katakan, saya yakin Anda bisa melakukannya. Masalahnya, sejak tadi saya hanya melihat Anda terus berbicara dan tak melakukan apa pun.

Sementara orang-orang di luar sana langsung berbuat tanpa perlu banyak bicara. Buktikan, jika Anda
sanggup! Terus berbicara dan mengomentari hasil kerja orang lain tidak akan membuat Anda diakui
keberadaannya. Hanya orang-orang yang berbuatlah yang diakui keberadaannya. Kepada peserta di kelas pelatihan tersebut saya jelaskan, simulasi tadi juga berlaku untuk urusan ibadah. Saya tidak berhak mengatakan bahwa orang yang lebih tepat waktu akan mendapatkan pahala lebih besar, karena itu hak Allah dan juga tergantung dengan kualitas ibadahnya itu sendiri.

Tapi bukankah setiap orang tua akan lebih menyukai anaknya yang tanggap dan cepat menghampiri ketika dipanggil ketimbang anak lainnya yang menunda-nunda? Jika demikian, buatlah Allah suka kepada Anda. Karena suka mungkin saja awal dari cinta. Semoga.
 
bagus sekali bro,,,,,

ini seperti menunggu bus, terkadang kita terlalu lama memilih bus mana yang tepat, pastinya sih bus yang bagus yang kita inginkan. tapi tanpa sadar kita membuang banyak waktu untuk menunggu, alhasil kita pun terlambat, dan saat kita menyadari itu maka bus yang seperti kaleng rombeng pun kita naiki. temanku dulu yang menasehatiku seperti itu, dalam hal memilih jodoh wkwkwkwwk,,,,
tapi kupikir² benar juga,,, meski kata orang bijak, jodoh-rezeki-umur itu adalah ketetapan Tuhan, tapi tidak semestinya kita menyia²kan waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan.. halahhhhh.... :))
 
Mantep banget den Gm Inisiatif, tidak membuang waktu & kesempatan dan antusias adalah sedikit faktor dari keberhasilan.. Megha coba terapkan ;)
 
Sebuah motivasi yang brilian. Kemampuan memanfaatkan waktu demi pemberdayaan diri adalah kunci untuk maju. Kenyataan ini hendaknya dicermati secara serius sebab dunia saat ini tidak lagi 'berputar' tetapi dunia sesungguhnya sedang 'berlari'. Pergerakan dunia teramat cepat sehingga lamban dan menunggu rejeki 'turun dari bulan' adalah jalan menuju kematian potensi diri.
Sebuah jarak yang jauh hanya bisa diitempuh dengan keberanian melakukan sebuah langkah kecil.....semuanya harus dimulai.
 
bagus sekali bro,,,,,

ini seperti menunggu bus, terkadang kita terlalu lama memilih bus mana yang tepat, pastinya sih bus yang bagus yang kita inginkan. tapi tanpa sadar kita membuang banyak waktu untuk menunggu, alhasil kita pun terlambat, dan saat kita menyadari itu maka bus yang seperti kaleng rombeng pun kita naiki. temanku dulu yang menasehatiku seperti itu, dalam hal memilih jodoh wkwkwkwwk,,,,
tapi kupikir² benar juga,,, meski kata orang bijak, jodoh-rezeki-umur itu adalah ketetapan Tuhan, tapi tidak semestinya kita menyia²kan waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan.. halahhhhh.... :))

sekarang mah udah ada busway tiap 3 menit udah lewat (untuk yang tinggal d jakarta)

sedikit lbh sabar tak apa daripada terburu-buru. Karena terburu2 senantiasa menghasilkan hal yang kurang baik
 
Back
Top