Kalina
Moderator
JAKARTA - Anjasmara mulai menemukan pintu sukses sebagai produser. Dari sitkom Suami Suami Takut Istri (SSTI) yang sukses memecahkan rekor terpanjang dengan 570 episode di Trans TV, suami Dian Nitami itu mencoba mengulang sukses di Trans7 dalam sinetron kejar tayang Mariam Mikrolet.
Anjas -sapaan akrabnya- memulai profesi sebagai produser pelaksana di rumah produksi Multivision Plus sejak tiga tahun lalu. Kebanyakan produksinya bergenre komedi seperti sinetron Bodo Amat Ah dan Siapa Berani Jadi Janda. ''Tapi, saya lagi persiapan produksi drama supaya beda,'' ujarnya saat ditemui di lokasi syuting Mariam Mikrolet di Cilandak beberapa waktu lalu.
Saat ini, kata Anjas, genre komedi memang menjadi prioritas. Dia mengaku sudah mengamati kondisi masyarakat di Indonesia. ''Dua tahun lalu, saya melihat masyarakat stres sama politik. Ekonomi juga sedang sulit. Karena itu, saya melihat celah yang bisa sedikit membuat kita bergerak, yaitu komedi,'' ungkapnya.
Ternyata, pemikirannya sama dengan kebutuhan beberapa stasiun TV. Kebetulan, kata Anjas, yang paling klop untuk saat ini adalah Trans Corp. Dia menyatakan, tidak perlu strategi aneh agar programnya bisa dibeli stasiun TV. ''Yang penting, kita menunjukkan program berkualitas dan mendapatkan perhatian pemirsa. Tapi, kalau trik ampuh lain, tentu ada lah, rahasia,'' ujarnya.
Hal itu membuka pikirannya jika dibanding ketika sekadar menjadi aktor. Dia bahkan ingin berkarir di stasiun televisi. ''Mudah-mudahan suatu hari nanti saya ada di sebuah stasiun (TV) sebagai vice president. Insya Allah,'' harapnya.
Anjas -sapaan akrabnya- memulai profesi sebagai produser pelaksana di rumah produksi Multivision Plus sejak tiga tahun lalu. Kebanyakan produksinya bergenre komedi seperti sinetron Bodo Amat Ah dan Siapa Berani Jadi Janda. ''Tapi, saya lagi persiapan produksi drama supaya beda,'' ujarnya saat ditemui di lokasi syuting Mariam Mikrolet di Cilandak beberapa waktu lalu.
Saat ini, kata Anjas, genre komedi memang menjadi prioritas. Dia mengaku sudah mengamati kondisi masyarakat di Indonesia. ''Dua tahun lalu, saya melihat masyarakat stres sama politik. Ekonomi juga sedang sulit. Karena itu, saya melihat celah yang bisa sedikit membuat kita bergerak, yaitu komedi,'' ungkapnya.
Ternyata, pemikirannya sama dengan kebutuhan beberapa stasiun TV. Kebetulan, kata Anjas, yang paling klop untuk saat ini adalah Trans Corp. Dia menyatakan, tidak perlu strategi aneh agar programnya bisa dibeli stasiun TV. ''Yang penting, kita menunjukkan program berkualitas dan mendapatkan perhatian pemirsa. Tapi, kalau trik ampuh lain, tentu ada lah, rahasia,'' ujarnya.
Hal itu membuka pikirannya jika dibanding ketika sekadar menjadi aktor. Dia bahkan ingin berkarir di stasiun televisi. ''Mudah-mudahan suatu hari nanti saya ada di sebuah stasiun (TV) sebagai vice president. Insya Allah,'' harapnya.