Subjektif tuh bersifat relatif, hasil dari menduga-duga, berdasarkan perasaan atau selera orang.
Kalo objektif tuh lebih pasti, bisa diyakini keabsahannya tapi bisa aja melibatkan perkiraan dan asumsi asal didukung dengan fakta/data.
Ga ada batasan yg jelas antara penilaian secara subjektif dengan objektif. Cara yang dapat dipakai untuk menilai keobjektifan adalah membandingkan hasil penilaian beberapa orang. Jika hasilnya sama/cenderung sama maka dapat dikatakan penilaiannya bersifat objektif.
Contoh ekstrimnya:
1.Penilaian terhadap kecakepan seseorang itu sesuatu yang subjektif karena ga ada parameternya. Setiap orang punya selera masing2. Satu orang bisa bilang si A cantik, tapi mungkin 7 orang bilang biasa aja dan 2 orang malah bilang jelek.
2. Contoh yg objektif adalah penilaian tinggi badan seseorang karena bisa diukur, ada patokan/tolok ukur/parameternya yaitu satuan panjang (cm, inch, feet, dll).
Pernah liat penilaian loncat indah atau senam, ga? Nah penilaian dalam olahraga kan harus diusahakan seobjektif mungkin. Orang yg ahli/pengalaman pasti dipilih jadi jurinya. Kadang-kadang jurinya banyak banget, katakanlah sampai 10 orang. Untuk mengurangi kesubjektifan, biasanya 1 nilai terendah dan 1 nilai tertinggi dibuang/tidak dianggap (hanya 8 nilai yang dirata-ratakan). Karena ciri penilaian objektif itu adalah relatif konstan, ga berubah/berbeda jauh. Penilaian memang tergantung jurinya, tapi ga mungkin banget pas olimpiade ada juri yang ngasih nilai 9.5 dan ada yg ngasih nilai 6.0 untuk atlet yang sama. Toleransinya berapa itu udah ada aturannya.