Apakah Ini Testimoni Politik: Ternyata Hanya Angin?

bokicipta

New member
Simak apa kata mereka tentang buku ?Janji-janji & Komitmen SBY-JK Ternyata Hanya Angin?? Apakah ini testimoni politik untuk tidak memlih SBY-JK di Pemilu 2009 ??

JUDUL BUKU: Janji-Janji & Komitmen SBY-JK (Ed.2), Ternyata Hanya Angin?
PENULIS: Rudy S. Pontoh
PENERBIT: Boki Cipta Media, Jakarta
PERANCANG SAMPUL: Ledi Raja
EDISI: Edisi Kedua
ISBN: 978-979-17267-0-2
TEBAL: xxvii + 214 halaman
HARGA: Rp 58 ribu
SITUS: http://janjisbyjk.blogspot.com/

?Yang saya soroti dari buku ini adalah janji SBY untuk membangun demokrasi melalui kebijakan antidiskriminasi. Akan tetapi, di masa SBY, kebijakan yang diskriminatif dan antipluralisme sangat menonjol, khususnya dalam bidang agama. Terutama terhadap penganut agama dan kepercayaan minoritas. Indikator: Pengabaian hak-hak sipil para penghayat kepercayaan, penyerangan terhadap Ahmadiyah, penutupan gereja-gereja Kristen, dan penangkapan para pimpinan aliran-aliran baru: Lia Eden, Al-Qiyadah, dan lain-lain. Akibatnya, timbul konflik horisontal: kelompok mayoritas menyerang minoritas dengan dalih fatwa MUI. Sepanjang sejarah RI, baru SBY presiden yang tunduk pada fatwa MUI. Padahal, fatwa MUI tidak punya tempat dalam struktur hukum di Indonesia. Mestinya dia hanya berpedoman pada Pancasila dan UUD ?45 yang menjamin kemerdekaan setiap warga untuk menganut agama dan kepercayaan masing-masing. ? (PROF. DR. SITI MUSDAH MULIA, M.A, aktivis).

?Kritik Rudy S. Pontoh dalam buku ini memperjelas kita bahwa kritik bukan saja sebuah keinginan dari warganegara untuk bebas bicara, tapi juga sebuah kebutuhan dari pemerintah negara agar berbuat lebih baik.? (USMAN HAMID, Koordinator Kontras).

?Seseorang yang tidak mampu menepati janji tidak layak jadi pemimpin. Secara pribadi, saya masih ingin percaya dan berharap pada SBY. Tapi hampir semua seniman dari berbagai propinsi yang hadir di Kongres Dewan Kesenian se-Indonesia di Papua Agustus 2005 lalu menganggap SBY pembohong / tidak bisa memegang kata-kata. Pada penutupan kongres dimaksud SBY berjanji membangun kesenian Indonesia dengan sungguh ? sungguh, salah satunya dengan mensahkan DKI (Dewan Kesenian Indonesia) sebagai keputusan kongres. Dua setengah tahun Tim Formatur DKI melakukan berbagai cara menagih janji, NIHIL. Kalau janji resmi dan ditayangkan TVRI ke seluruh negeri saja tidak ditepati?sekarang silahkan rakyat menilai. Sebab dalam hal tidak kunjung disahkannya DKI, SBY hanya memberi kita dua pilihan kemungkinan: SBY tidak mampu atau SBY tidak bisa dipegang kata-katanya. Dua-duanya tidak dibutuhkan rakyat Indonesia.? (RATNA SARUMPAET, Aktivis dan Seniman).

?Walau saya pernah dekat dan bekerja sama ? namun saya tidak pernah bisa menebak, membaca, dan memprediksi apa yang ada dalam benak dan apa yang akan dilakukan seorang SBY. Yang dapat saya pastikan, menurut pendapat pribadi saya, bahwa SBY adalah seorang politisi ulung, tangguh, dan sabar. Beliau pandai memainkan manajemen waktu, lihai mengatur emosi kawan maupun lawan, dan amat cerdas menggiring atmosfir di setiap tempat dan komunitas. Beliau juga sangat tangkas menjadikan dirinya sebagai magnet dalam seketika. Dalam keadaan serba normal, beliau memang pas dan pantas menjadi presiden bagi negeri ini. ? (SYS NS, Ketua Umum DPP Partai NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)

?Adanya hasrat dari kalangan SBY-JK untuk berpaket kembali atau pun secara terpisah menunjukkan keyakinan bahwa janji-janji dan komitmen mereka seperti yang saya baca dalam buku ini rasanya telah ditebus secara perlahan. Proses demokratisasi, desentralisasi, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat relatif baik dan terbebas dari IMF. Pemberantasan korupsi belum memuaskan masih bertumpu pada penguatan institusional. Yang menonjol adalah pelaksanaan demokrasi di Indonesia jauh lebih baik dari Singapura dan Malaysia. Kabinet ekonominya belum ?menggigit? menangani makroekonomi.? (PROF. DR. AMRAN RAZAK, SE, M.SC, Guru Besar FKM Universitas Hasanuddin Makassar)

?Buku ini cukup mewakili tuntutan masyarakat Indonesia yang sangat mengharapkan realisasi terhadap mimpi-mimpi yang diberikan para pemimpin bangsa ini ketika mereka menginginkan dukungan untuk menduduki tahta kekuasaan di negara ini.
Janji-janji yang diumbar pada saat Pemilu 2004 lalu seharusnya sudah dapat kita rasakan sekarang. Yang terjadi justru sebaliknya, dimana keadaan semakin menuju ke jurang kesengsaraan baik dari sudut moralitas, integritas serta kehidupan perekonomian. Dengan kehadiran buku ini diharapkan SBY-JK menyadari bahwa yang dibutuhkan masyarakat Indonesia saat ini adalah realisasi terhadap setiap komitmen yang mereka buat.? (VERA T. TOBING, SH, Kantor Pengacara Vera Tobing & Patners Jakarta)

?Buku ini sangat dibutuhkan oleh sebagian besar rakyat Indonesia, yang telah dengan ikhlas menjatuhkan pilihannya kepada pasangan SBY-JK. Jika ke depan, untuk periode 2009-2014 pasangan SBY-JK masih ingin terpilih lagi, masih ada sisa waktu untuk membuktikan implementasi janji dan komitmennya terhadapat rakyat. Di era globalisasi, bangsa Indonesia sangat membutuhkan pemimpin yang berjuang membawa perubahan positif bagi rakyat, bangsa dan negara, dalam menggapai cita-cita Indonesia sebagai negara yang maju dan sejajar, serta disegani oleh bangsa-bangsa di dunia dalam percaturan internasional. ? (DR. TARUNA IKRAR, M.PHARM., Ph.D, Founder CFIS, Jepang)

?Buku ini mudah-mudahan jadi pelajaran moral nomor satu bagi siapa saja yang mengaku pemimpin atau siapa saja yang mau terjun ke dunia politik. Negeri ini tidak butuh janji, tapi kerja nyata yang dikawal oleh visi dan moralitas sejati.? (AHMAD USHTUCHRI, SE, Pimpinan Pondok Pesantren)

?Membaca buku ini saya merasakan pancaran ketulusan dari Bapak SBY. Janji-janji beliau memberikan optimisme yang besar. ? (PROF. DR. MAIZAR RAHMAN, Gubernur OPEC)

?Buku ini adalah wujud upaya cerdas guna mencerdaskan anak bangsa. Keberadaannya jelas memberikan efek positif pembelajaran. Jika suatu saat nanti politisi ini hendak kembali naik ke podium kampanyenya, maka setidaknya ia akan berpikir ulang untuk tidak mengumbar janji-janji politik secara sembarangan. Sebab, sekarang ia tahu ucapannya tersebut tidak lagi terbang bersama angin tapi dicetakbukukan menanti pertanggungjawaban dalam bentuk nyata. Buku ini akan menjadi sumber rujukan bagi kita untuk mengkritisi sudah sejauh mana janji-janji tersebut terwujudkan. Semoga SBY-JK atau mungkin para politisi lain di pentas daerah atau nasional menjadikan ini sebagai barometer.? (MOHAMMAD AQIL ALI, SH, HWS & Partners, Wisma Kemang, Jakarta Selatan)

?Lebih baik saya tidak mengomentari buku ini karena apapun komentar saya justru akan dipermasalahkan orang. Biarlah kawan-kawan pengamat yang berkomentar.? (ANDI ALFIAN MALARANGENG, Juru Bicara Presiden RI, Jakarta)

?Agar diungkapkan juga mengenai apa yang tidak/belum pernah dijanjikan SBY-JK kepada rakyat. Kadang pemimpin sering melupakan apa yang dijanjikan dan membuat janji-janji baru untuk mempertahankan kepemimpinannya. ? (M. FARHAT ABBAS, SH
Basmar, Mampang, Jakarta Selatan)

?Kita semua sepakat janji adalah hutang. Sampai kapan pun dan oleh siapapun hutang akan tertagih. Kalau sudah terlontar sebaiknya ditepati supaya selamat nanti di ?sana?. ?
(RATIH SANGGARWATI, Jakarta)

?Semoga buku ini tersedia banyak di toko buku manapun dan dijual dengan harga terjangkau sehingga semua orang bisa memilikinya hingga ke masyarakat kalangan menengah ke bawah. ? (YUDAN S, Perum Graha Sengkaling, Dau ? Malang, Jawa Timur)

?Buku ini telah memberikan kontribusi berharga karena sudah melayani kepentingan masyarakat untuk memantau mereka yang berkuasa (SBY-JK) agar bertanggung jawab pada setiap perilaku, keputusan, dan kebijakannya. ? (JOSEPHINE MATHILDA, Aktivis Persaudaraan Poso, Palu, Sulteng)

?Saya yakin buku ini menarik dan berguna untuk banyak orang. Namun saya tidak merasa mampu untuk menulis komentar.? (WIMAR WITOELAR, PT InterMatrix Indonesia Jakarta Selatan)

?Buku ini telah merekam semua janji SBY-JK pada masa kampanye dulu dengan sangat lengkap dan jelas. Dan saya yakin SBY-JK akan terus berusaha menepati janji-janjinya. Hanya soal waktu. Kita lihat saja nanti.? (MUHAMMAD IKBAL, SH, General Manager PT BBS)

?Penyebaran ide dan gagasan dalam buku ini sangat perlu diketahui khalayak umum, terutama kalangan pendidikan dan aktivis serta kalangan HAM, bahkan untuk kajian kajian hukum lebih dalam.? (DEDENG Z, Staf Pengajar Fak. Hukum UNSRI, Ogan Ilir, Sumsel)

?Para politisi itu mengekploitasi kaum miskin, menjajikan perubahan dan kesejahteraan, padahal rakyat sudah mencatatnya. Berulangkali ingkar janji, ada saatnya melawan dan menagih bakul berisi janji-janji itu.? (MULYANI HASAN, Penulis dan Wartawan, Bandung)

?Setelah membaca buku ini saya berpendapat: yang terpenting adalah janji-janji dan komitmen itu dapat terlaksana secara komprehensif, bertahap, kontinyu, terpadu & terukur demi mencapai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang ideal.? (ZIKROEN HABIBIE, Jakarta)
 
Wow, saya ndak sampai kepikiran kesana-sana tuh. Tapi kalo ngeliat kenyataan emang (maaf) kinerja Sby sedikit lebih merosot dari pada pendahulunya. Maaf pak SBY, mungkin saya hanya anak Pandir yang gak tau tentang politik negara sendiri. Tapi maaf pak saya juga belum liat kemajuan menonjol yang bapak lakukan untuk "kami", sebelum kalah dalam peperangan pemilu lebih gencar lagi deh. Semangat Pak SBY!!
 
Salah kita juga berharap terlalu banyak kepada SBY. Dia ternyata memang bukan satria piningit yang ditunggu-tunggu itu. Dia hanya pemapas jalan bagi pemerintahan selanjutnya....

Gue rasa penilaian yang miring tentang SBY tidak sepenuhnya benar. Dia memang bukan Soekarno/Soeharto. Dia punya niat yang baik untuk bangsa, tapi dia bukan pemimpin yang baik. Pemimpin adalah orang yang berani untuk bertindak tegas atas setiap keputusan yang diambilnya! Pemimpin tidak hidup untuk menyenangkan hati semua pihak, tapi untuk mengantar bangsa ini ke suatu tujuan (which is yang tidak dipunyai bangsa ini sekarang. Kalau jaman orba dulu, jalannya pemerintahan diarahkan oleh GBHN & di-realisasikan dalam REPELITA yang diupdate/diupgrade setiap 5 tahun). Jadi tugas-tugas setiap departemen jelas, terarah & terukur. Kepalanya tetap presiden. Masing-masing departemen tidak boleh mengeluarkan kebijakan yang melenceng dari yang sudah ditetapkan. Pemerintahan bersuara 1 suara....

Begawan ekonomi, Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo bercerita, jaman dulu semua mentri berantem di dalam ruang tertutup. Beradu argumentasi, gontok-gontokan di dalam rapat. Tapi saat berhadapan dengan rakyat, mereka 1 suara, saling mendukung, saling memotivasi & saling me-support. Kepemimpinan yang diterapkan jelas, demokratis, open mind, two way communication, tapi tidak amburadul karena 1 visi & misi, yaitu untuk kepentingan bangsa & negara bukan pribadi & golongan kayak sekarang....

Tapi harus diakui juga, SBY do something. Cuma dia gak piawai memanfaatkan kepintaran & kelihaian anak buahnya.... Jadi karena tangannya cuma 2, ya dia gak bisa lah mengurus negara ini sendiri!!! Kebanyakan rapat, kurang tidur, bukan berarti ada hasil Pak SBY.... Lebih baik memanage anak buah bapak untuk suatu tujuan daripada memanage pertikaian antar anak buah untuk kepentingan yang tidak jelas.... That's your failure....
 
Bener banget.......

kinerja SBY menurut saya sih sangat jauh dari memuaskan....... saya sendiri juga belum merasakan perubahan yg berarti....... dari sisi ekonomi, pemerintah hanya mengandalkan 'paket2' kebijakan ekonomi.....

Tp sayangnya, paket2 tersebut kurang efektif....... dari sisi pendidikan, pemerintah banyak menuai kontroversi....... mulai memberlakukan UAN SMA untuk 6 pelajaran..... tentu saja, ini sangat menuai protes.... apalagi dari kaum pelajar dan guru......

jadi, sih klo menurut saya, Pak SBY mending jangan hanya mengandalkan menteri2 nya saja........ tapi Pak SBY juga harus melihat saran2 dari masyarakat....

biasanya tuh masyarakat lebih mengerti persoalan negara ini dibandingkan dengan pemerintah...... :D
 
Bener banget.......

biasanya tuh masyarakat lebih mengerti persoalan negara ini dibandingkan dengan pemerintah...... :D

Tapi begitu masuk ke pemerintahan, susah banget lho untuk bergerak (kayak ceritanya si Kwiek Kian Gie). Karena birokrasinya sudah super karatan! Kalaupun belum berkarat, sengaja dikarat-karatin biar berjalan super lambat, berbelit & berliku sebagai ajang korupsi. Diperlukan pemimpin dengan tangan besi untuk memperbaiki negara ini top bottom! Jaman Soeharto, biar semuanya "Yes Man", pegawai pemerintah gak berani gak kerja. Tapi jaman setelah reformasi, gak ada lagi yang ditakuti, makanya semua lini dari hulu sampai hilir, acak kadul gak karu-karuan.... Mau duduk di pemerintahan, tapi ogah kerja. Kerjanya madol melulu dengan alasan gaji kecil (padahal sapa suruh jadi pegawai negeri kalau mau gaji pengusaha?). Sementara gak ada sistem monitoring yang efektif karena atasannya sibuk rapat melulu!! Koordinasi amburadul. Di semua tempat aparat pemerintahan (kroco-kroco) petantang petenteng sok tunjuk kuasa. Kalau para pegawai negeri ini gak perform, toh gak pernah ada sangsi kan?

Makanya perlu kepiawaian dalam memanage sistem pemerintahan. Kalau gak perform, pecat! Kalau gak mau belajar & maju atau bahkan kerjanya madol keluyuran jajan di luar, saat jam kerja, pecat! Dijamin disiplin akan bisa ditegakkan.... Disiplin artinya tepat waktu, kerja yang bener & perform! Bukannya mau enak aja makan gaji buta.... Udah gitu masih malakin masyarakat lagi kalo ngurus ini itu. Urusan yang harusnya mudah banget, dipersulit! Ancur!!!

Wah ngomel dah gue...
 
Back
Top