nurcahyo
New member
Arief: PPP Tak Boleh Berjuang Hanya Untuk Partai dan Politisi
Kapanlagi.com - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak bisa dan tidak boleh berjuang semata-mata untuk dirinya sendiri atau para politisi yang tergabung di dalamnya.
"PPP harus berjuang untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara sebagai implementasi dari prinsip rahmatan lil alamin," kata kandidat Ketua Umum PPP Arief Mudatsir Mandan saat menyampaikan pidato politik di Jakarta, Senin (04/12).
Tokoh muda PPP itu menyampaikan pidato politik dalam acara peluncuran buku karyanya yang bertajuk "Trilogi Pembaruan Politik" yang dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf dan Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud, serta kandidat Ketua Umum PPP Endin AJ Soefihara dan Eggi Sudjana.
PPP, kata Arief, akan terus turut menyelesaikan masalah kebangsaan dan sebagai partai politik akan memperjuangkan tujuan politiknya dengan berorientasi pada upaya "nation building". Artinya PPP tetap berpegang pada komitmen kebangsaan dan kenegaraan.
"Citra, eksistensi, dan masa depan PPP akan ditentukan oleh kemampuannya melakukan artikulasi politik yang mencerminkan dirinya sebagai partai yang visioner, mempunyai integritas politik dan mampu memberi harapan bagi masyarakat luas," katanya.
Sebagai partai berasas Islam, PPP memilih Islam bercorak Indonesia. Menurut Arief, asas Islam itu tidak perlu dipertentangkan dengan Pancasila. Pilihan asas Islam merupakan bagian dari keberagaman politik di alam demokrasi Indonesia.
"PPP berpandangan bahwa memperjuangkan ajaran dan prinsip-prinsip Islam sebagai panduan moral tidak lain adalah untuk kepentingan negara dan bangsa Indonesia dengan mengingat batas-batas yang tidak bertentangan dengan prinsip NKRI, Pancasila, dan UUD 1945," katanya.
Sementara dalam bukunya tersebut Arief menegaskan perlunya PPP melakukan revitalisasi ideologi partai. Ideologi bagi PPP merupakan identitas dan citra diri, landasan teologis, panduan moral serta medium untuk mendefinisikan kembali peran politik kaum santri yang selama ini mengalami kemerosotan.
Namun demikian, katanya, Islam sebagai ideologi jangan hanya dimaknai secara normatif belaka tetapi harus ditransformasikan menjadi energi penggerak, pembentuk cara berfikir, bersikap dan bertindak bagi organ-organ yang ada dalam partai.
"Di sini kami meneguhkan jati diri PPP melalui visi keislaman dan keindonesiaan sebagai gerakan politik kaum santri yang mencerdaskan," katanya menegaskan.
Kapanlagi.com - Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tidak bisa dan tidak boleh berjuang semata-mata untuk dirinya sendiri atau para politisi yang tergabung di dalamnya.
"PPP harus berjuang untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara sebagai implementasi dari prinsip rahmatan lil alamin," kata kandidat Ketua Umum PPP Arief Mudatsir Mandan saat menyampaikan pidato politik di Jakarta, Senin (04/12).
Tokoh muda PPP itu menyampaikan pidato politik dalam acara peluncuran buku karyanya yang bertajuk "Trilogi Pembaruan Politik" yang dihadiri sejumlah tokoh, antara lain Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Saifullah Yusuf dan Wakil Ketua MPR Aksa Mahmud, serta kandidat Ketua Umum PPP Endin AJ Soefihara dan Eggi Sudjana.
PPP, kata Arief, akan terus turut menyelesaikan masalah kebangsaan dan sebagai partai politik akan memperjuangkan tujuan politiknya dengan berorientasi pada upaya "nation building". Artinya PPP tetap berpegang pada komitmen kebangsaan dan kenegaraan.
"Citra, eksistensi, dan masa depan PPP akan ditentukan oleh kemampuannya melakukan artikulasi politik yang mencerminkan dirinya sebagai partai yang visioner, mempunyai integritas politik dan mampu memberi harapan bagi masyarakat luas," katanya.
Sebagai partai berasas Islam, PPP memilih Islam bercorak Indonesia. Menurut Arief, asas Islam itu tidak perlu dipertentangkan dengan Pancasila. Pilihan asas Islam merupakan bagian dari keberagaman politik di alam demokrasi Indonesia.
"PPP berpandangan bahwa memperjuangkan ajaran dan prinsip-prinsip Islam sebagai panduan moral tidak lain adalah untuk kepentingan negara dan bangsa Indonesia dengan mengingat batas-batas yang tidak bertentangan dengan prinsip NKRI, Pancasila, dan UUD 1945," katanya.
Sementara dalam bukunya tersebut Arief menegaskan perlunya PPP melakukan revitalisasi ideologi partai. Ideologi bagi PPP merupakan identitas dan citra diri, landasan teologis, panduan moral serta medium untuk mendefinisikan kembali peran politik kaum santri yang selama ini mengalami kemerosotan.
Namun demikian, katanya, Islam sebagai ideologi jangan hanya dimaknai secara normatif belaka tetapi harus ditransformasikan menjadi energi penggerak, pembentuk cara berfikir, bersikap dan bertindak bagi organ-organ yang ada dalam partai.
"Di sini kami meneguhkan jati diri PPP melalui visi keislaman dan keindonesiaan sebagai gerakan politik kaum santri yang mencerdaskan," katanya menegaskan.