Kalina
Moderator
Wapres Cheney Sebut Semua Opsi Masih Terbuka
WASHINGTON - Kengototan Iran untuk melanjutkan program nuklirnya, meski harus menghadapi sanksi Dewan Keamanan (DK) PBB, direaksi keras Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Dick Cheney. Di sela kunjungannya ke Australia kemarin, Cheney menyatakan semua opsi terbuka untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri (PM) Australia John Howard, Cheney mengimbau negara-negara sekutu AS untuk lebih mewaspadai Iran, baik terkait aktivitas nuklir tersembunyi maupun "hasutan" mereka. "Kita tidak bisa membiarkan Iran menjadi negara nuklir. Sebab, tampaknya, mereka cenderung menggunakannya untuk menciptakan senjata nuklir," kata Cheney. Menurut tokoh berusia 66 tahun tersebut, membiarkan Iran menjadi negara nuklir merupakan kesalahan besar.
Orang kedua Gedung Putih itu juga mengatakan, aksi militer tetap menjadi salah satu opsi yang ditawarkan untuk menghentikan program nuklir Iran. "Semua opsi masih sangat terbuka," tegasnya.
Dia menambahkan, AS dan Komunitas Eropa sudah memasukkan aspirasi melalui DK PBB dan kini sedang merumuskan langkah yang tepat untuk menghadapi Iran.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengirimkan Wakil Menlu AS Nicholas Burns ke Eropa untuk menemui diplomat negara-negara terkait. "Burns, orang nomor tiga di Deplu AS, bertolak ke London hari ini. Saya harap, pertemuan di Eropa nanti bisa membuahkan hasil yang baik bagi Iran dan dunia internasional," katanya. Dalam pertemuan tersebut, AS tetap memanfaatkan sanksi DK PBB sebagai senjata untuk membuat Iran patuh.
"Sudah lama kami prihatin atas program nuklir Iran. Kami sudah menyampaikan itu kepada mereka. Karena itu, kami sangat menyesalkan ketidakpatuhan Iran," kata Cheney.
Menurut dia, keputusan Iran untuk mengabaikan deadline DK PBB Rabu lalu sangat keterlaluan. Apalagi, menurut laporan Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei, Iran justru meningkatkan aktivitas nuklir.
Sebelum bertolak ke London, Burns mengatakan, AS dan anggota tetap DK PBB akan "memaksa" Iran untuk menghentikan aktivitas nuklir. "Kami akan merumuskan resolusi untuk membuat Iran patuh. Namun, isi resolusi itu belum bisa kami utarakan," katanya. Menurut Burns, ketidakpatuhan Iran telah membuat negara tersebut kembali disorot dunia.
"Jika tidak ingin semakin terisolasi, sebaiknya mereka segera menyatakan kesediaan untuk berunding. Jika tidak, sanksi yang dijatuhkan DK PBB akan makin tegas, baik sanksi ekonomi maupun sanksi lain," lanjut Burns.
Kamis lalu, Jubir Deplu Tom Casey juga mengatakan bahwa Iran sudah kehilangan kesempatan dengan mengabaikan perintah DK PBB.
WASHINGTON - Kengototan Iran untuk melanjutkan program nuklirnya, meski harus menghadapi sanksi Dewan Keamanan (DK) PBB, direaksi keras Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat (AS) Dick Cheney. Di sela kunjungannya ke Australia kemarin, Cheney menyatakan semua opsi terbuka untuk menghentikan ambisi nuklir Iran.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri (PM) Australia John Howard, Cheney mengimbau negara-negara sekutu AS untuk lebih mewaspadai Iran, baik terkait aktivitas nuklir tersembunyi maupun "hasutan" mereka. "Kita tidak bisa membiarkan Iran menjadi negara nuklir. Sebab, tampaknya, mereka cenderung menggunakannya untuk menciptakan senjata nuklir," kata Cheney. Menurut tokoh berusia 66 tahun tersebut, membiarkan Iran menjadi negara nuklir merupakan kesalahan besar.
Orang kedua Gedung Putih itu juga mengatakan, aksi militer tetap menjadi salah satu opsi yang ditawarkan untuk menghentikan program nuklir Iran. "Semua opsi masih sangat terbuka," tegasnya.
Dia menambahkan, AS dan Komunitas Eropa sudah memasukkan aspirasi melalui DK PBB dan kini sedang merumuskan langkah yang tepat untuk menghadapi Iran.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengirimkan Wakil Menlu AS Nicholas Burns ke Eropa untuk menemui diplomat negara-negara terkait. "Burns, orang nomor tiga di Deplu AS, bertolak ke London hari ini. Saya harap, pertemuan di Eropa nanti bisa membuahkan hasil yang baik bagi Iran dan dunia internasional," katanya. Dalam pertemuan tersebut, AS tetap memanfaatkan sanksi DK PBB sebagai senjata untuk membuat Iran patuh.
"Sudah lama kami prihatin atas program nuklir Iran. Kami sudah menyampaikan itu kepada mereka. Karena itu, kami sangat menyesalkan ketidakpatuhan Iran," kata Cheney.
Menurut dia, keputusan Iran untuk mengabaikan deadline DK PBB Rabu lalu sangat keterlaluan. Apalagi, menurut laporan Ketua Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Mohamed ElBaradei, Iran justru meningkatkan aktivitas nuklir.
Sebelum bertolak ke London, Burns mengatakan, AS dan anggota tetap DK PBB akan "memaksa" Iran untuk menghentikan aktivitas nuklir. "Kami akan merumuskan resolusi untuk membuat Iran patuh. Namun, isi resolusi itu belum bisa kami utarakan," katanya. Menurut Burns, ketidakpatuhan Iran telah membuat negara tersebut kembali disorot dunia.
"Jika tidak ingin semakin terisolasi, sebaiknya mereka segera menyatakan kesediaan untuk berunding. Jika tidak, sanksi yang dijatuhkan DK PBB akan makin tegas, baik sanksi ekonomi maupun sanksi lain," lanjut Burns.
Kamis lalu, Jubir Deplu Tom Casey juga mengatakan bahwa Iran sudah kehilangan kesempatan dengan mengabaikan perintah DK PBB.