Asap Cair Tempurung Kelapa sebagai Pengganti Formalin
Rabu, 29 Maret 06 - oleh : akhirudin
Bogor, Selasa
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sedang mengkaji kemungkinan penggunaan asap cair dari pembakaran tempurung kelapa, sebagai disinfektan. Bahan ini disebut-sebut memiliki potensi untuk menggantikan formalin sebagai pengawet.
"Distilat asap tempurung kelapa memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Kami sedang melakukan kajian kemungkinan penggunaan asap cair untuk pengawetan daging, ikan, mie, dan bakso," kata Dr Ir Sugiyono, peneliti dan staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, di Bogor, Selasa (28/3).
Sementara itu, sejawatnya, Dr Ir Rokhani Hasbullah, peneliti dari Departemen Teknik Fateta IPB menambahkan bahwa distilat asap juga akan diaplikasikan dalam penanganan pascapanen hortikultura sebagai disinfektan dalam prosedur karantina produk ekspor.
Menurut dia, setelah pelarangan etilen dibromida untuk proses disinfekstasi hama/penyakit oleh USDA sejak tahun 1984, satu-satunya prosedur karantina adalah menggunakan perlakuan panas.
Di pasar internasional, agar produk segar buah-buahan bisa diterima, penerapan prosedur karantina mutlak diperlukan untuk menjamin buah-buahan atau sayuran dari serangan hama/penyakit.
"Oleh karena itu, kami mengaji penggunaan distilat asap ini sebagai disinfektan dalam penanganan pascapanen buah-buahan," tambahnya.
Sedangkan Dr Ir Dadang dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB mengkaji distilat asap sebagai insektisida pada sayuran. Menurutnya, distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri yang cukup aman sebagai pengawet alami.
Cara memproduksi asap cair adalah dengan mengeringkan tempurung kelapa hingga kadar airnya konsisten, kemudian dibakar dalam perapian dengan pengontrolan oksigen, waktu dan suhu. Asap kemudian dikondesikan melalui suatu kondensor dengan menggunakan media air sebagai pendingin.
Produk kasar ini selanjutnya didiamkan dalam tangki stainless steel selama kurang lebih 10 hari untuk mengendapkan komponen larut melalui distilasi multi tahap.
Penelitian ini dilakukan di industri arang tempurung kelapa yang terletak di daerah lingkar kampus IPB Darmaga Bogor. Industri tersebut setiap hari mampu mengolah 4-5 kwintal arang tempurung kelapa atau sekitar 10-12,5 ton per bulan untuk memenuhi permintaan dari pabrik pengecoran besi. Dari produksi arang tersebut dihasilkan distilat asap tempurung kelapa sekitar 40 liter per hari.
Penggunaan asap cair sebagai pengawet sebelumnya juga dipelajari oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada.
Sumber: 'KCM'
Update: 28 Maret 2006
Website Dinas Perindustrian & Perdagangan Jawa Barat
Rabu, 29 Maret 06 - oleh : akhirudin
Bogor, Selasa
Para peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), sedang mengkaji kemungkinan penggunaan asap cair dari pembakaran tempurung kelapa, sebagai disinfektan. Bahan ini disebut-sebut memiliki potensi untuk menggantikan formalin sebagai pengawet.
"Distilat asap tempurung kelapa memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Kami sedang melakukan kajian kemungkinan penggunaan asap cair untuk pengawetan daging, ikan, mie, dan bakso," kata Dr Ir Sugiyono, peneliti dan staf pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB, di Bogor, Selasa (28/3).
Sementara itu, sejawatnya, Dr Ir Rokhani Hasbullah, peneliti dari Departemen Teknik Fateta IPB menambahkan bahwa distilat asap juga akan diaplikasikan dalam penanganan pascapanen hortikultura sebagai disinfektan dalam prosedur karantina produk ekspor.
Menurut dia, setelah pelarangan etilen dibromida untuk proses disinfekstasi hama/penyakit oleh USDA sejak tahun 1984, satu-satunya prosedur karantina adalah menggunakan perlakuan panas.
Di pasar internasional, agar produk segar buah-buahan bisa diterima, penerapan prosedur karantina mutlak diperlukan untuk menjamin buah-buahan atau sayuran dari serangan hama/penyakit.
"Oleh karena itu, kami mengaji penggunaan distilat asap ini sebagai disinfektan dalam penanganan pascapanen buah-buahan," tambahnya.
Sedangkan Dr Ir Dadang dari Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB mengkaji distilat asap sebagai insektisida pada sayuran. Menurutnya, distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri yang cukup aman sebagai pengawet alami.
Cara memproduksi asap cair adalah dengan mengeringkan tempurung kelapa hingga kadar airnya konsisten, kemudian dibakar dalam perapian dengan pengontrolan oksigen, waktu dan suhu. Asap kemudian dikondesikan melalui suatu kondensor dengan menggunakan media air sebagai pendingin.
Produk kasar ini selanjutnya didiamkan dalam tangki stainless steel selama kurang lebih 10 hari untuk mengendapkan komponen larut melalui distilasi multi tahap.
Penelitian ini dilakukan di industri arang tempurung kelapa yang terletak di daerah lingkar kampus IPB Darmaga Bogor. Industri tersebut setiap hari mampu mengolah 4-5 kwintal arang tempurung kelapa atau sekitar 10-12,5 ton per bulan untuk memenuhi permintaan dari pabrik pengecoran besi. Dari produksi arang tersebut dihasilkan distilat asap tempurung kelapa sekitar 40 liter per hari.
Penggunaan asap cair sebagai pengawet sebelumnya juga dipelajari oleh para peneliti dari Universitas Gadjah Mada.
Sumber: 'KCM'
Update: 28 Maret 2006
Website Dinas Perindustrian & Perdagangan Jawa Barat