SATU lagi terungkap keuntungan memberikan ASI saja (ASI eksklusif) pada bayi usia 0-6 bulan adalah mencegah munculnya penyakit kencing manis atau diabetes pada saat bayi tersebut dewasa.
DIABETES, disebut juga penyakit gula atau kencing manis, merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh ketiadaan (insuline dependent diabetes mellitus/ IDDM, diabetes tipe-1) atau berkurangnya kepekaan hormon insulin dalam tubuh (non insuline dependent diabetes mellitus/NIDDM, diabetes tipe-2). Hormon tersebut berperan mengontrol gula darah tetap konstan di bawah 140 mg/ dL.
Munculnya penyakit diabetes tipe-2, antara lain disebabkan oleh faktor keturunan dan/atau gaya hidup dan pola makan yang salah. Banyak laporan penelitian membuktikan bahwa yang paling berperan dalam inisiasi dan parahnya perkembangan diabetes adalah gaya hidup dan pola makan yang salah. Penyusuan bayi termasuk dalam faktor gaya hidup dan pola makan.
Suatu laporan hasil penelitian yang dimuat di majalah kesehatan, Lancet, membawa kabar gembira bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi ternyata dapat mencegah bayi tersebut menderita penyakit diabetes tipe-2 setelah ia dewasa. Laporan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh periset David J Pettit et al (1997) dari National Institute of Dibetes and Digestive and Kidney Diseases, Phonix, di daerah suku Indian Pima, Amerika.
Daerah suku Indian Pima dipilih sebagai lokasi penelitian karena penderita diabetes tipe-2 di daerah ini cukup tinggi. Dan, berdasarkan penelusuran ilmiah, hal itu diduga berkaitan dengan perubahan pola penyusuan bayi yang terjadi sekitar tahun 1950-1978.
Dengan menggunakan kriteria dan variabel yang telah ditentukan, terpilih sebanyak 720 orang sampel berusia 10-39 tahun (kelahiran antara tahun 1950-1978), yang terlibat dalam penelitian. Mereka dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan pola penyusuan pada saat bayi (dengan kuesioner yang ketat), yaitu kelompok ASI eksklusif (144 orang), ASI + formula (251 orang), dan kelompok formula eksklusif (325 orang).
Penambahan kata eksklusif pada kelompok ASI dan formula untuk menunjukkan bahwa pada saat bayi usia 0-4 bulan, mereka hanya diberi ASI saja atau formula saja. Sementara kelompok ASI + formula menunjukkan bahwa selain ASI, diberi juga susu formula.
Lebih sedikit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah (persentase) penderita dibetes menurut kelompok umur pada kelompok ASI eksklusif ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Dan jumlah penderita terbanyak ditemukan pada kelompok formula eksklusif. Sementara pada kelompok ASI + formula, jumlah penderita dibetesnya berada di antara dua kelompok ekstrem tersebut. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel.
Untuk mengetahui kekuatan pengaruh variabel pola penyusuan, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, berat badan lahir, dan riwayat diabetes keluarga terhadap kejadian diabetes, data tersebut dianalisis dengan regresi logistik berganda (multiple logistic regression).
Ada dua hal menarik yang dapat diketahui dari hasil analisis tersebut. Pertama, ternyata pemberian ASI eksklusif memberikan efek perlindungan secara signifikan terhadap risiko menderita diabetes pada saat ia dewasa jika didukung oleh pola makan yang sehat (Odds Ratio 0.41, 95%, CI 0.18-0.93).
Kedua, bagi mereka yang memiliki anggota keluarga menderita diabetes (kakek, nenek, orang tua, atau saudara) perlu memperhatikan pola makan yang sehat sejak dini sebab variabel tersebut secara signifikan menunjang munculnya penyakit diabetes. Salah satu pola makan yang sehat sejak dini adalah memberikan ASI eksklusif kepada bayi keturunannya.
Mekanisme alamiah
Menurut David, efek pencegahan ASI eksklusif terhadap munculnya penyakit diabetes tersebut antara lain berasal dari kandungan gizi ASI dan mekanisme alamiah yang mengatur pasokannya. Keduanya berperan dalam menghambat inisiasi diabetes sejak dini.
Komposisi gizi ASI ternyata paling sempurna dan sesuai dengan kebutuhan gizi masa kritis tumbuh kembang bayi usia 0-4 bulan. Pasokannya pas karena diatur oleh mekanisme alamiah ASI yang tidak dimiliki oleh susu formula. Dilaporkan bahwa dalam setiap kali penyusuan yang berdurasi sekitar empat menit, bayi telah mengonsumsi 80-90 persen volume ASI yang kaya gizi. Hal itu sudah dapat memenuhi kebutuhan kalori tubuh dan zat-zat gizi vital lainnya yang diperlukan bayi untuk proses tumbuh kembangnya saat itu.
Pada menit kelima, kadar lemak ASI meningkat dibanding zat gizi lainnya. Diketahui bahwa lemak mengandung kalori tertinggi dibanding karbohidrat dan protein. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemuas selera.
Jadi, perubahan kadar lemak ASI itu merupakan mekanisme alamiah yang mengisyaratkan agar sang bayi berhenti menyusu karena kebutuhan kalori tubuhnya sudah terpenuhi. Dengan mekanisme itu, tubuh bayi tidak mengalami kelebihan kalori.
Sementara pada susu formula, komposisi zat gizinya tidak pas, tidak lengkap, pasokannya monoton, dan tidak memiliki mekanisme alamiah yang mengatur pasokannya.
Akibatnya, bayi akan mengalami kekenyangan dan kelebihan kalori (gula darah). Meningkatnya kadar gula darah tersebut akan memacu organ pankreas untuk memproduksi insulin yang berperan mengatur kadar gula darah tetap stabil dengan mengubahnya menjadi cadangan energi dalam bentuk timbunan lemak.
Dilaporkan bahwa kadar hormon insulin, neurotensin, dan motilin lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Hormon neurotensin berperan mengatur pengeluaran hormon insulin dan glukagon (berfungsi mengubah gula darah ke bentuk glikogen, simpanan energi dalam otot), sedangkan hormon motilin berperan dalam proses tumbuh kembang usus bayi dan daya gerak (motilitas) ususnya.
Pemacuan produksi insulin tersebut berakibat pada rusaknya sel beta pankreas, satu-satunya sel tubuh yang berperan memproduksi hormon insulin. Hal itu juga dapat menurunkan sensitivitas hormon-hormon yang terkait dengan produksi insulin sehingga semuanya menjadi tidak resistan (insuline resistance) dan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
Dari hasil penelitian David tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes sebenarnya dapat dicegah sejak dini dengan cara mudah, yaitu dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-4 bulan. Dalam hal ini, ASI eksklusif berfungsi menghambat inisiasi penyakit diabetes pada bayi sehingga ia terhindar dari penyakit degeneratif pada saat dewasanya.
Ibu bertanggung jawab
Selain keuntungan ekonomis, kepraktisan, imunitas bayi terhadap infeksi penyakit, kentalnya hubungan kasih sayang orangtua-anak, dan lain-lain, hasil penelitian David tersebut juga menunjukkan bahwa sejak dini seorang ibu sangat bertanggung jawab dan berperan dalam upaya menghindarkan anaknya dari penyakit diabetes, yaitu dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Oleh karena itu, teruskan dan wariskan pada anak cucu kita, terutama wanitanya, agar mereka tetap tegar untuk dan hanya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, minimal hingga usianya empat bulan.
Mohamad Harli Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, IPB
DIABETES, disebut juga penyakit gula atau kencing manis, merupakan salah satu penyakit degeneratif yang disebabkan oleh ketiadaan (insuline dependent diabetes mellitus/ IDDM, diabetes tipe-1) atau berkurangnya kepekaan hormon insulin dalam tubuh (non insuline dependent diabetes mellitus/NIDDM, diabetes tipe-2). Hormon tersebut berperan mengontrol gula darah tetap konstan di bawah 140 mg/ dL.
Munculnya penyakit diabetes tipe-2, antara lain disebabkan oleh faktor keturunan dan/atau gaya hidup dan pola makan yang salah. Banyak laporan penelitian membuktikan bahwa yang paling berperan dalam inisiasi dan parahnya perkembangan diabetes adalah gaya hidup dan pola makan yang salah. Penyusuan bayi termasuk dalam faktor gaya hidup dan pola makan.
Suatu laporan hasil penelitian yang dimuat di majalah kesehatan, Lancet, membawa kabar gembira bahwa pemberian ASI eksklusif pada bayi ternyata dapat mencegah bayi tersebut menderita penyakit diabetes tipe-2 setelah ia dewasa. Laporan tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh periset David J Pettit et al (1997) dari National Institute of Dibetes and Digestive and Kidney Diseases, Phonix, di daerah suku Indian Pima, Amerika.
Daerah suku Indian Pima dipilih sebagai lokasi penelitian karena penderita diabetes tipe-2 di daerah ini cukup tinggi. Dan, berdasarkan penelusuran ilmiah, hal itu diduga berkaitan dengan perubahan pola penyusuan bayi yang terjadi sekitar tahun 1950-1978.
Dengan menggunakan kriteria dan variabel yang telah ditentukan, terpilih sebanyak 720 orang sampel berusia 10-39 tahun (kelahiran antara tahun 1950-1978), yang terlibat dalam penelitian. Mereka dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan pola penyusuan pada saat bayi (dengan kuesioner yang ketat), yaitu kelompok ASI eksklusif (144 orang), ASI + formula (251 orang), dan kelompok formula eksklusif (325 orang).
Penambahan kata eksklusif pada kelompok ASI dan formula untuk menunjukkan bahwa pada saat bayi usia 0-4 bulan, mereka hanya diberi ASI saja atau formula saja. Sementara kelompok ASI + formula menunjukkan bahwa selain ASI, diberi juga susu formula.
Lebih sedikit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah (persentase) penderita dibetes menurut kelompok umur pada kelompok ASI eksklusif ternyata lebih sedikit dibandingkan dengan dua kelompok lainnya. Dan jumlah penderita terbanyak ditemukan pada kelompok formula eksklusif. Sementara pada kelompok ASI + formula, jumlah penderita dibetesnya berada di antara dua kelompok ekstrem tersebut. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel.
Untuk mengetahui kekuatan pengaruh variabel pola penyusuan, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, berat badan lahir, dan riwayat diabetes keluarga terhadap kejadian diabetes, data tersebut dianalisis dengan regresi logistik berganda (multiple logistic regression).
Ada dua hal menarik yang dapat diketahui dari hasil analisis tersebut. Pertama, ternyata pemberian ASI eksklusif memberikan efek perlindungan secara signifikan terhadap risiko menderita diabetes pada saat ia dewasa jika didukung oleh pola makan yang sehat (Odds Ratio 0.41, 95%, CI 0.18-0.93).
Kedua, bagi mereka yang memiliki anggota keluarga menderita diabetes (kakek, nenek, orang tua, atau saudara) perlu memperhatikan pola makan yang sehat sejak dini sebab variabel tersebut secara signifikan menunjang munculnya penyakit diabetes. Salah satu pola makan yang sehat sejak dini adalah memberikan ASI eksklusif kepada bayi keturunannya.
Mekanisme alamiah
Menurut David, efek pencegahan ASI eksklusif terhadap munculnya penyakit diabetes tersebut antara lain berasal dari kandungan gizi ASI dan mekanisme alamiah yang mengatur pasokannya. Keduanya berperan dalam menghambat inisiasi diabetes sejak dini.
Komposisi gizi ASI ternyata paling sempurna dan sesuai dengan kebutuhan gizi masa kritis tumbuh kembang bayi usia 0-4 bulan. Pasokannya pas karena diatur oleh mekanisme alamiah ASI yang tidak dimiliki oleh susu formula. Dilaporkan bahwa dalam setiap kali penyusuan yang berdurasi sekitar empat menit, bayi telah mengonsumsi 80-90 persen volume ASI yang kaya gizi. Hal itu sudah dapat memenuhi kebutuhan kalori tubuh dan zat-zat gizi vital lainnya yang diperlukan bayi untuk proses tumbuh kembangnya saat itu.
Pada menit kelima, kadar lemak ASI meningkat dibanding zat gizi lainnya. Diketahui bahwa lemak mengandung kalori tertinggi dibanding karbohidrat dan protein. Selain itu, lemak juga berfungsi sebagai pemuas selera.
Jadi, perubahan kadar lemak ASI itu merupakan mekanisme alamiah yang mengisyaratkan agar sang bayi berhenti menyusu karena kebutuhan kalori tubuhnya sudah terpenuhi. Dengan mekanisme itu, tubuh bayi tidak mengalami kelebihan kalori.
Sementara pada susu formula, komposisi zat gizinya tidak pas, tidak lengkap, pasokannya monoton, dan tidak memiliki mekanisme alamiah yang mengatur pasokannya.
Akibatnya, bayi akan mengalami kekenyangan dan kelebihan kalori (gula darah). Meningkatnya kadar gula darah tersebut akan memacu organ pankreas untuk memproduksi insulin yang berperan mengatur kadar gula darah tetap stabil dengan mengubahnya menjadi cadangan energi dalam bentuk timbunan lemak.
Dilaporkan bahwa kadar hormon insulin, neurotensin, dan motilin lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Hormon neurotensin berperan mengatur pengeluaran hormon insulin dan glukagon (berfungsi mengubah gula darah ke bentuk glikogen, simpanan energi dalam otot), sedangkan hormon motilin berperan dalam proses tumbuh kembang usus bayi dan daya gerak (motilitas) ususnya.
Pemacuan produksi insulin tersebut berakibat pada rusaknya sel beta pankreas, satu-satunya sel tubuh yang berperan memproduksi hormon insulin. Hal itu juga dapat menurunkan sensitivitas hormon-hormon yang terkait dengan produksi insulin sehingga semuanya menjadi tidak resistan (insuline resistance) dan tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya.
Dari hasil penelitian David tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit diabetes sebenarnya dapat dicegah sejak dini dengan cara mudah, yaitu dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayi usia 0-4 bulan. Dalam hal ini, ASI eksklusif berfungsi menghambat inisiasi penyakit diabetes pada bayi sehingga ia terhindar dari penyakit degeneratif pada saat dewasanya.
Ibu bertanggung jawab
Selain keuntungan ekonomis, kepraktisan, imunitas bayi terhadap infeksi penyakit, kentalnya hubungan kasih sayang orangtua-anak, dan lain-lain, hasil penelitian David tersebut juga menunjukkan bahwa sejak dini seorang ibu sangat bertanggung jawab dan berperan dalam upaya menghindarkan anaknya dari penyakit diabetes, yaitu dengan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya.
Oleh karena itu, teruskan dan wariskan pada anak cucu kita, terutama wanitanya, agar mereka tetap tegar untuk dan hanya memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, minimal hingga usianya empat bulan.
Mohamad Harli Sarjana Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, IPB