Asyiknya Jadi Ghost-Writer

tongbajil

New member
Tanyalah kepada para penulis, sucikah misi kepenulisan mereka? Tanyakan lagi, pernahkah mereka menjadi ghost-writer?
Menulis semata-semata menghamba pada materi. Menulis untuk orang lain, entah berbentuk buku, makalah, artikel, dan sebagainya, dengan kompensasi materi yang cukup menggiurkan.
Ghost writer, profesi ini sama halnya dengan melacur, hanya saja pelacuran intelektual. Siapa mau coba?
 
Ah apa pemikiranmu itu ga terlalu ekstrim...
Melacur itu sama dengan menyerahkan harga diri, kehormatan demi uang. Dan biasanya menyebabkan si pelacur merasa menjadi manusia yang tidak berharga...

Klo menulis artikel untuk mendapatkan uang apa salahnya...
Toh bukan harga diri qta yang dijual, bukan kehormatan kita yang diberikan...
Uang itu adalah bentuk penghargaan atas hasil pemikiran penulis..

Klo Tongbajil bilang begitu itu sama aja kayak menyebut guru,dokter,polisi sebagai pelacur...
Dia memberikan ilmunya kepada murid2 untuk mendapatkan uang, menyembuhkan orang untuk mendapatkan uang. Ini sih cara pemikiran orang yang memandang dunia dengan cara negatif. Saya yakin semua orang melakukan pekerjaan demi dirinya sendiri bukan demi orang lain. Mana mau dokter nyembuhin klo ga dibayar. Mana mau guru meluangkan waktunya setiap hari untuk mengajar jika tidak dibayar...
Uang itu adalah bentuk penghargaan seseorang terhadap hasil kerja orang lain...
Maaf kalau kalimat saya agak tajam.
Topik yang menarik.
 
Baca sekali lagi tulisan saya, Bung EsterAntonia. Saya kira kejelianmu perlu ditingkatkan.
Tahu kau ghost-writers, penulis hantu itu? Mereka menulis bukan untuk dirinya, bukan untuk eksistensinya sendiri. tapi untuk orang lain. menulis berdasar pesanan. maka jangan salahkan jika saya pun menyebutnya dengan istilah "penulis panggilan". mereka dipanggil dulu, baru menulis. mereka menulis tidak berangkat dari lubuk nurani yang dalam, tapi dari auman birahi materi.
apa perlu saya sebutkan orang-orang besar di negeri kita yang gemar menggunakan jasa ghost-writers agar mata kau terbuka terhadap kepicisan paradigma ini, bung.
Jika menulis berdasarkan nurani, kemudian dikirim ke media massa atau dipublikasikan penerbit, tentu tidak jadi masalah sebab tulisan-tulisan sendiri, dan atas nama sendiri pula. siapa yang mempersoalkan ini, bung. Bahkan, menulis harus dipancangkan sebagai sebuah profesi sama halnya dengan profesi lain: dokter, pengacara, guru, dan sebagainya. tapi, siapa yang berani berujar lantang ketika ditanya tentang profesinya? Orang yang pernah kutemui sendiri yang lantang bicara "profesiku adalah penulis" yaitu Mustofa Bisri (seorang sastrawan yang gus dan mengasuh pesantren di Rembang) dan Asmanadia. Saya kira, kau tak asing lagi dengan kedua nama ini.
Mestinya, polemik ini digeser: Kenapa muncul ghost-writers, para penulis hantu?
Ayo, apa kata kau, Bung EsterAntonia....
 
Kayaknya wawasan saya masih kurang luas. Jujur saja saya tidak tahu penulis2 yang anda sebutkan itu. Saya tidak mengerti apa salahnya menulis untuk dapat uang. Koki masak untuk dapat uang, pelayan restoran mengantarkan makanan untuk dapat uang, satpam jaga rumah untuk dapat uang...
Selama tulisannya itu ga merugikan, memfitnah atau menghina orang lain saya pikir itu bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan....
Di dunia ini banyak orang yang ga mengerjakan tugasnya karena mereka memang senang dengan tugas mereka tapi karena keharusan. Contoh karyawan perusahaan. Mereka bekerja bukan karena mereka suka jadi bawahan orang lain tapi karena harus cari duit kan..
Klo mencari soal kemurnian sih emang ga udh ga banyak lagi di masyarakat ini.
 
Oalah, begitu tho, Bung. Ya sudahlah, cukup di sini saja. Ini persoalan etika. Betul katamu bahwa cari uang beragam caranya. tapi jika etika dirompak apa jadinya...
Jika kau pernah mengetahui cadasnya dunia ghost-writer, aku yakin kau akan merevisi paradigma itu.
Belajar yang rajin, Bung, jangan lupa juga minum susu yang banyak.
salam
 
Back
Top