Atasi Mendengkur Penting untuk Cegah KerusakanOtak

Kalina

Moderator
KOMPAS.com

Mendengkur telah diketahui menjadi tanda dari sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Penelitian yang dipublikasikan pada jurnal kedokteran Sleep mengungkapkan, efek pengobatan ngorok pada kemampuan kognitif dan mental manusia. Mendengkur sering kali diselingi oleh henti nafas
saat tidur. Henti nafas terjadi akibat saluran nafas
yang menyempit saat tidur. Akibatnya, walau gerak nafas masih ada, udara tak ada yag bisa masuk ataupun keluar. Biasanya penderita akan tampak sesak dalam tidurnya. Akibat sesak, mekanisme pengaman tubuh akan membangunkan otak sejenak tanpa terjaga. Lalu diikuti dengan episode seolah tersedak atau batuk-batuk. Walau terbangun-bangun sepanjang malam, penderita tak menyadari. Ia hanya merasa bangun tak segar walau tidur sudah cukup. Efek lain dari henti nafas saat tidur tentu
berkurangnya kadar oksigen dalam darah. Kadar
oksigen dan karbondioksian terus naik dan turun
selama tidur. Kadang kala bahkan sampai
membahayakan nyawa.
 
Dengkur rusak otak

Sleep apnea telah diketahui menyebabkan
hipertensi, diabetes, penyakit jantung hingga
stroke dan kematian. Namun mendengkur juga
mengganggu kemampuan otak manusia. Kemampuan kognitif-mental dan emosional penderita sleep apnea jelas terganggu. Kantuk
berlebihan yang dialami jelas menurunkan
konsentrasi, ketajaman analisa, daya ingat dan
ketelitian. Emosi pun turut terganggu. Bayangkan saja, misalkan diri kita hanya tidur 2-3 jam di malam hari, bagaimana rasanya di pagi hari? Begitu juga yang dirasakan penderita sleep apnea
setiap hari. Dua penelitian di tahun 2008 dan 2009 sudah
membuktikan lewat pencitraan otak bagaimana mendengkur merusak beberapa bagian otak. Terutama bagian-bagian yang bertanggung jawab
pada kemampuan pengambilan keputusan, daya ingat dan emosi. Penelitian selanjutnya dengan MRI juga buktikan bahwa wanita yang mendengkur mengalami kerusakan lebih parah dibanding pria. Efeknya pada kecenderungan depresi dan kecemasan juga
didapati lebih tinggi dibandingkan pria.

Kompas
 
Efek Perawatan

Kelompok peneliti dari Stanford menjalankan the Apnea Positive Pressure Long-term Efficacy Study (APPLES) yang ambisius. Penelitian yang dipimpin Clete Kushida ini ingin melihat efek perawatan sleep apnea dalam jangka panjang. Selama 6 bulan
1098 peserta diikuti dan diteliti. Pendengkur menjalani pemeriksaan di laboratorium tidur. Yang terdiagnosa positif alami henti nafas saat tidur diberikan perawatan dengan
gunakan continuous positive airway pressure
(CPAP). CPAP adalah sebuah alat yang dihubungkan ke masker hidung pendengkur untuk mengatasi henti nafasnya. Suara dengkuran otomatis juga
hilang dengan gunakan CPAP ini. Setelah gunakan CPAP selama 2 bulan dan 6 bulan, para pasien ini diperiksa kemampuan kognitif-mentalnya. Yang dites adalah kemampuan konsentrasi, kemampuan belajar dan daya ingat. Hasilnya CPAP secara obyektif maupun subyektif,
mengurangi rasa kantuk berlebihan yang
dikeluhkan pendengkur. Kemampuan untuk mengambil keputusan dan
fungsi-fungsi lobus frontal otak didapati membaik
setelah penggunaan CPAP selama 2 bulan.
Sedangkan kemampuan konsentrasi dan belajar
didapati tak mengalami perubahan setelah 6 bulan. Tim peneliti menyimpulkan, terdapat hubungan
yang kompleks antara sleep apnea dan
kemampuan kognitif-mental. Tak banyak
perbaikan yang ditemukan sekali bagian-bagian
tertentu otak sudah alami gangguan. Untuk itu para
ahli menekankan pentingnya penanganan mendengkur sesegera mungkin sebagai
pencegahan kerusakan lebih lanjut.

Kompas.com
 
Back
Top