Kalina
Moderator
Mulai hari ini, akan ditampilkan berita-berita Festival Film Indonesia 2009
[ Rabu, 09 Desember 2009 ]
FFI Belum Bisa Menjadi Rumah Bagi Sineas Indonesia
JAKARTA - Berbagai kritik yang mampir ke Festival Film Indonesia (FFI) di perhelatan tahun-tahun sebelumnya mendapatkan perhatian serius penyelenggara. Ketua Komite FFI 2009 Niniek L. Karim menyatakan, untuk perhelatan tahun ini semua sudah disiapkan dengan matang. Terutama, sistem penilaian dan dewan juri.
Niniek percaya bahwa dewan juri yang terpilih untuk FFI akan objektif. Dia optimistis para nomine dan pemenang acara perebutan Piala Citra yang dihelat 16 Desember mendatang di PRJ, Kemayoran, tersebut adalah hasil terbaik. Termasuk, menilai Niniek yang juga menjadi salah seorang nomine. Dia masuk dalam nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik lewat peran di film Ketika Cinta Bertasbih 2.
Secara psikologis, dia yakin ada beban dan kecurigaan tersendiri terhadap para dewan juri film bioskop. Beberapa di antara dewan juri itu adalah Alex Kumara, Eduard Pesta Sirait, El Manik, Franky Raden, German Mintapradja, Indra Yudistira, Sekar Ayu Asmara, Jajang C. Noer, dan Totot Indrarto.
"Terima kasih, alhamdulillah saya sudah terpilih jadi nomine. Tapi, menang atau tidaknya terserah dewan juri yang sudah kami pilih dengan sangat luar biasa selektif. Saya sangat percaya bahwa mereka sangat objektif. Saya tidak akan mengintervensi, apa pun bentuknya," tegasnya di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, kemarin (8/12).
Secara pribadi dan sesuai dengan tugas saat ini, Niniek menyatakan mengupayakan FFI 2009 berjalan dengan baik. Dia mengakui bahwa sampai saat ini pun masih ada banyak kekurangan. Salah satunya, FFI belum bisa menjadi rumah bagi seluruh sineas yang berkarya di Indonesia.
Niniek mengatakan saat ini berusaha menemukan konsep paling ideal, setidaknya dalam tiga tahun ke depan. "Masih ada orang film yang ragu untuk mengirimkan film di FFI memang sah-sah saja. Kami akan berusaha membuat FFI kali ini lebih bersinar, baru mungkin mereka tertarik," harap perempuan berkacamata itu.
Belum lama ini, Niniek menuturkan berbincang dengan Riri Riza, salah seorang sineas andal yang belum ingin ikut berkompetisi. Mereka mulai memperbincangkan solusi agar FFI bisa menjadi rumah bersama.
Niniek menambahkan, FFI 2009 pun memang belum merupakan format yang paling ideal untuk festival film yang bisa menampung harapan para sineas. "Zaman berubah. Jadi, tidak ada yang baku di dunia ini. Sekarang dibutuhkan formula baru, kisi-kisi baru, yes! Kami berusaha," ucap dia.
Salah satu upaya tersebut, segera dihelat Indonesian Film Summit. Seluruh pihak yang berkompeten akan dikumpulkan untuk berdiskusi secara berkelompok.
[ Rabu, 09 Desember 2009 ]
FFI Belum Bisa Menjadi Rumah Bagi Sineas Indonesia
JAKARTA - Berbagai kritik yang mampir ke Festival Film Indonesia (FFI) di perhelatan tahun-tahun sebelumnya mendapatkan perhatian serius penyelenggara. Ketua Komite FFI 2009 Niniek L. Karim menyatakan, untuk perhelatan tahun ini semua sudah disiapkan dengan matang. Terutama, sistem penilaian dan dewan juri.
Niniek percaya bahwa dewan juri yang terpilih untuk FFI akan objektif. Dia optimistis para nomine dan pemenang acara perebutan Piala Citra yang dihelat 16 Desember mendatang di PRJ, Kemayoran, tersebut adalah hasil terbaik. Termasuk, menilai Niniek yang juga menjadi salah seorang nomine. Dia masuk dalam nominasi Pemeran Pendukung Wanita Terbaik lewat peran di film Ketika Cinta Bertasbih 2.
Secara psikologis, dia yakin ada beban dan kecurigaan tersendiri terhadap para dewan juri film bioskop. Beberapa di antara dewan juri itu adalah Alex Kumara, Eduard Pesta Sirait, El Manik, Franky Raden, German Mintapradja, Indra Yudistira, Sekar Ayu Asmara, Jajang C. Noer, dan Totot Indrarto.
"Terima kasih, alhamdulillah saya sudah terpilih jadi nomine. Tapi, menang atau tidaknya terserah dewan juri yang sudah kami pilih dengan sangat luar biasa selektif. Saya sangat percaya bahwa mereka sangat objektif. Saya tidak akan mengintervensi, apa pun bentuknya," tegasnya di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, kemarin (8/12).
Secara pribadi dan sesuai dengan tugas saat ini, Niniek menyatakan mengupayakan FFI 2009 berjalan dengan baik. Dia mengakui bahwa sampai saat ini pun masih ada banyak kekurangan. Salah satunya, FFI belum bisa menjadi rumah bagi seluruh sineas yang berkarya di Indonesia.
Niniek mengatakan saat ini berusaha menemukan konsep paling ideal, setidaknya dalam tiga tahun ke depan. "Masih ada orang film yang ragu untuk mengirimkan film di FFI memang sah-sah saja. Kami akan berusaha membuat FFI kali ini lebih bersinar, baru mungkin mereka tertarik," harap perempuan berkacamata itu.
Belum lama ini, Niniek menuturkan berbincang dengan Riri Riza, salah seorang sineas andal yang belum ingin ikut berkompetisi. Mereka mulai memperbincangkan solusi agar FFI bisa menjadi rumah bersama.
Niniek menambahkan, FFI 2009 pun memang belum merupakan format yang paling ideal untuk festival film yang bisa menampung harapan para sineas. "Zaman berubah. Jadi, tidak ada yang baku di dunia ini. Sekarang dibutuhkan formula baru, kisi-kisi baru, yes! Kami berusaha," ucap dia.
Salah satu upaya tersebut, segera dihelat Indonesian Film Summit. Seluruh pihak yang berkompeten akan dikumpulkan untuk berdiskusi secara berkelompok.