HulkHogan
New member
Ayam Klojotan Pak Bungkik, Sedep Tenan!
Jakarta - Suasana hujan yang dingin paling pas diusir dengan seporsi bakmi godog dan ayam klojotan. Rasa pedas merica di kuah bakmi yang kemepul bikin tenggorokan hangat. Ayam klojotan yang bergelimang saus dan cabaipun membawa efek panas segar. Apalagi diiringi secangkir teh poci gula batu. Hmm... sedep tenan!
Hujan turun di pagi hari ternyata tak membuat saya surut mendatangi pusat tamanan di Taman Techno BSD buat berburu aglonema. Saat melintasi jalan raya Rawa Buntu yang rusak agak parah, mulailah saya mendata deretan resto dan rumah makan yang bannernya mulai bertaburan.
Selain Pecel Madiun yang sudah kesohor, ada rumah makan Cibiuk yang baru buka, bakso Titoti, Tahu Slawi, dan beberapa warung sate kambing. Saat pulang, karena perut sudah minta diisi, akhirnya saya memutuskan mampir ke rumah joglo, tepat di sebelah bakso Titoti.
Tak ada keterangan jelas, makanan apa yang ditawarkan di rumah makan ini. Karena di papan nama kecil berwarna hijau hanya tertulis 'Rumah Makan Pak Bungkik, Bakmi Jawa-Bebek-Ayam-Sambal Petir'.Karena bangunan rumah makan berbentuk joglo saya pun yakin masakan Jawa yang bakal ditawarkan resto ini.
Ternyata dugaan saya tak meleset. Menu yang dipasang di meja kayu berplitur terdiri dari Bakmi dan Mihun Goreng/Godog, Magelangan, nasi goreng, bebek goreng/bakar plus nasi, ayam bakar/goreng, ayam klojotan dan sop buntut. Karena udara siang yang dingin maka pilihan saya jatuh pada bakmi godog Jawa dan ayam klojotan.
Nama Pak Bungkik ini rupanya merupakan nama pemilik rumah makan ini Ki Winarto Purwo Raharjo dari Klaten yang fotonya terpampang di papan nama dan di dinding. Tubuhnya kecil kerempeng dengan baju tradisional Jawa komplet dengan keris. Hmm.. pantas saja julukannya 'Bungkik' alias kecil kerempeng!
Seporsi mi rebus Jawa panas mengepul tersaji di piring keramik cekung, khas Jawa. Tampilannya agak pucat, minya lebar agak tebal, putih kekuningan, digenangi kuah kental yang keruh. Hmm.. aroma wangi bawang merah goreng yang ditaburkan di atas mi mulai menyesaki hidung.
Sekali hirup kuah kental mi rebus ini terasa tarikan Jawa yang kuah, mlekoh. Pemakaian bawang putih dan merica butiran terasa garang menguasai kuah ini. Gumpalan telur plus daun kol yang renyah memperkuat kesan Jawa yang medhok . Bakminya terasa lentur gurih dengan selingan rasa kenyal suwiran daging ayam dan gumpalan telur ayam.
Ayam klojotan yang didiskripsikan oleh si pelayan sebagai ayam yang ditumis dengan cabai, disajikan dalam piring lonjong mungil. Kuahnya kental cokelat kemerahan sedikit berminyak dengan irisan tomat, cabai hijau, dan cabi rawit. Ayamnya dipotong-potong kecil berikut tulangnya tersembunyi dalam balutan saus kental.
Meskipun rasa pedasnya tak terlalu menonjok, saus yang kental memberikan tambahan rasa gurih yang enak. Paduan saus tomat, kecap dan saus tiram, bawang dan cabai membuat sajian ini jadi gurih-gurih, pedas dan enak! Harusnya ayam ini pas dimakan dengan nasi putih hangat tetapi saya terlanjur tergoda dengan bakmi godog!
O, ya nama 'klonjotan' dalam bahasa Jawa sebenarnya berkonotasi sebagai bergerak tak beraturan karena kepanasan atau kepedasan. Meskipun tak sampai tersengat kepedasan saya cukup puas dengan sajian mi godog yang medhok . Lain kali saya harus mencicipi bebek goreng atau bakar yang konon enak plus sambal petir alias gledek yang pedas menggigit!
Seporsi bakmi godog atau goreng dihargai Rp. 12.000,00, ayam klonjotan Rp. 14.000,00 dan magelangan Rp. 12.000,00. Harga yang tak terlalu mahal untuk sebuah kehangatan rasa khas Jawa ini!
sumber :http://food.detik.com
Jakarta - Suasana hujan yang dingin paling pas diusir dengan seporsi bakmi godog dan ayam klojotan. Rasa pedas merica di kuah bakmi yang kemepul bikin tenggorokan hangat. Ayam klojotan yang bergelimang saus dan cabaipun membawa efek panas segar. Apalagi diiringi secangkir teh poci gula batu. Hmm... sedep tenan!
Hujan turun di pagi hari ternyata tak membuat saya surut mendatangi pusat tamanan di Taman Techno BSD buat berburu aglonema. Saat melintasi jalan raya Rawa Buntu yang rusak agak parah, mulailah saya mendata deretan resto dan rumah makan yang bannernya mulai bertaburan.
Selain Pecel Madiun yang sudah kesohor, ada rumah makan Cibiuk yang baru buka, bakso Titoti, Tahu Slawi, dan beberapa warung sate kambing. Saat pulang, karena perut sudah minta diisi, akhirnya saya memutuskan mampir ke rumah joglo, tepat di sebelah bakso Titoti.
Tak ada keterangan jelas, makanan apa yang ditawarkan di rumah makan ini. Karena di papan nama kecil berwarna hijau hanya tertulis 'Rumah Makan Pak Bungkik, Bakmi Jawa-Bebek-Ayam-Sambal Petir'.Karena bangunan rumah makan berbentuk joglo saya pun yakin masakan Jawa yang bakal ditawarkan resto ini.
Ternyata dugaan saya tak meleset. Menu yang dipasang di meja kayu berplitur terdiri dari Bakmi dan Mihun Goreng/Godog, Magelangan, nasi goreng, bebek goreng/bakar plus nasi, ayam bakar/goreng, ayam klojotan dan sop buntut. Karena udara siang yang dingin maka pilihan saya jatuh pada bakmi godog Jawa dan ayam klojotan.
Nama Pak Bungkik ini rupanya merupakan nama pemilik rumah makan ini Ki Winarto Purwo Raharjo dari Klaten yang fotonya terpampang di papan nama dan di dinding. Tubuhnya kecil kerempeng dengan baju tradisional Jawa komplet dengan keris. Hmm.. pantas saja julukannya 'Bungkik' alias kecil kerempeng!
Seporsi mi rebus Jawa panas mengepul tersaji di piring keramik cekung, khas Jawa. Tampilannya agak pucat, minya lebar agak tebal, putih kekuningan, digenangi kuah kental yang keruh. Hmm.. aroma wangi bawang merah goreng yang ditaburkan di atas mi mulai menyesaki hidung.
Sekali hirup kuah kental mi rebus ini terasa tarikan Jawa yang kuah, mlekoh. Pemakaian bawang putih dan merica butiran terasa garang menguasai kuah ini. Gumpalan telur plus daun kol yang renyah memperkuat kesan Jawa yang medhok . Bakminya terasa lentur gurih dengan selingan rasa kenyal suwiran daging ayam dan gumpalan telur ayam.
Ayam klojotan yang didiskripsikan oleh si pelayan sebagai ayam yang ditumis dengan cabai, disajikan dalam piring lonjong mungil. Kuahnya kental cokelat kemerahan sedikit berminyak dengan irisan tomat, cabai hijau, dan cabi rawit. Ayamnya dipotong-potong kecil berikut tulangnya tersembunyi dalam balutan saus kental.
Meskipun rasa pedasnya tak terlalu menonjok, saus yang kental memberikan tambahan rasa gurih yang enak. Paduan saus tomat, kecap dan saus tiram, bawang dan cabai membuat sajian ini jadi gurih-gurih, pedas dan enak! Harusnya ayam ini pas dimakan dengan nasi putih hangat tetapi saya terlanjur tergoda dengan bakmi godog!
O, ya nama 'klonjotan' dalam bahasa Jawa sebenarnya berkonotasi sebagai bergerak tak beraturan karena kepanasan atau kepedasan. Meskipun tak sampai tersengat kepedasan saya cukup puas dengan sajian mi godog yang medhok . Lain kali saya harus mencicipi bebek goreng atau bakar yang konon enak plus sambal petir alias gledek yang pedas menggigit!
Seporsi bakmi godog atau goreng dihargai Rp. 12.000,00, ayam klonjotan Rp. 14.000,00 dan magelangan Rp. 12.000,00. Harga yang tak terlalu mahal untuk sebuah kehangatan rasa khas Jawa ini!
sumber :http://food.detik.com