nurcahyo
New member
Bahan Bakar Alternatif Industri Tekstil
Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pengganti minyak di industri tekstil mulai disarankan. Sebagai sumber energi alternatif, batu bara merupakan pemasok listrik di luar pasokan perusahaan listrik negara.
Batu bara dalam industri tekstil digunakan untuk dua hal, yaitu boiller atau pemasak air pada proses pencelupan dan untuk pembangkit listrik. Listrik itu dihasilkan dan dialirkan melalui turbin, tujuannya juga sebagai boiller, ujar Ade Sudrajat, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat, Kamis (14/7) di Bandung.
Menurut Ade, di kabupaten dan Kota Bandung tercatat 50 dari 300 perusahaan tekstil memanfaatkan batu bara sebagai sumber energi. Hampir 80 persen perusahaan tekstil yang memiliki proses pencelupan menggunakan batu bara.
Selain dinilai sebagai bentuk penghematan energi bahan bakar minyak (BBM) yang makin langka, batu bara lebih dipilih daripada gas, karena mudah didapat dan digunakan. Alasan lainnya, penyediaan gas oleh pemerintah di Jawa Barat belum optimal.
Jawa Barat belum memiliki distribution channel. Belum ada pemasangan jalur pipa gas menuju Bandung, hanya sampai di Cikampek, kata Ade.
Faktor pendorong penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik adalah mahalnya tarif dasar listrik yang dibebankan pada industri. Tahun depan tarif akan naik sehingga diperlukan pembangkit listrik mandiri yang memasok keperluan intern industri.
Di Bandung baru ada satu perusahaan yang memiliki pembangkit listrik mandiri. Tiga perusahaan lain di Bandung selatan sedang dalam proses pembuatan.
Menurut Adang Sunarya, Kepala Subdinas Industri Kecil Menengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, limbah buangan batu bara dapat dimanfaatkan lagi, asal jumlahnya banyak.
Sumber : Kompas
Penggunaan batu bara sebagai bahan bakar pengganti minyak di industri tekstil mulai disarankan. Sebagai sumber energi alternatif, batu bara merupakan pemasok listrik di luar pasokan perusahaan listrik negara.
Batu bara dalam industri tekstil digunakan untuk dua hal, yaitu boiller atau pemasak air pada proses pencelupan dan untuk pembangkit listrik. Listrik itu dihasilkan dan dialirkan melalui turbin, tujuannya juga sebagai boiller, ujar Ade Sudrajat, Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat, Kamis (14/7) di Bandung.
Menurut Ade, di kabupaten dan Kota Bandung tercatat 50 dari 300 perusahaan tekstil memanfaatkan batu bara sebagai sumber energi. Hampir 80 persen perusahaan tekstil yang memiliki proses pencelupan menggunakan batu bara.
Selain dinilai sebagai bentuk penghematan energi bahan bakar minyak (BBM) yang makin langka, batu bara lebih dipilih daripada gas, karena mudah didapat dan digunakan. Alasan lainnya, penyediaan gas oleh pemerintah di Jawa Barat belum optimal.
Jawa Barat belum memiliki distribution channel. Belum ada pemasangan jalur pipa gas menuju Bandung, hanya sampai di Cikampek, kata Ade.
Faktor pendorong penggunaan batu bara sebagai pembangkit listrik adalah mahalnya tarif dasar listrik yang dibebankan pada industri. Tahun depan tarif akan naik sehingga diperlukan pembangkit listrik mandiri yang memasok keperluan intern industri.
Di Bandung baru ada satu perusahaan yang memiliki pembangkit listrik mandiri. Tiga perusahaan lain di Bandung selatan sedang dalam proses pembuatan.
Menurut Adang Sunarya, Kepala Subdinas Industri Kecil Menengah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, limbah buangan batu bara dapat dimanfaatkan lagi, asal jumlahnya banyak.
Sumber : Kompas