Belerang Dipanggulnya

Irawansaja

New member
BELERANG DIPANGGULNYA
Mampukah dia menjalaninya, bisakah dia melaluinya
Setiap hari keraguan yang terpatahkan oleh semangatnya tertanam dalam pikirannya
Akankah dia meraih hasil ditengah menanjaknya tanah yang harus dijamahnya
Kebiasaan yang tak bisa diabayangkan kapan berakhirnya seiring tegar tubuhnya

Alas tebal seadanya seakan percuma karna kerikil tajam masih terasa di telapak kakinya
Berat dia angkat langkah demi langkah menyusuri jalan yang semakin meninggi
Dia hela nafas sesaat sampai di puncak tertinggi karna saat kembali lebih berat dari keberangkatannya
Bahunya mengeras karna terbiasa tergayut bambu yang terbebani belerang yang tersusun tinggi

Asap panas dari mulut kawah menyapa perih mata dan kulitnya yang kering dan berdebu
Air mata selalu keluar membasahi matanya tuk menyejukkan mata itu dari sentuhan gumpalan putih yang menyakiti
Dia raih onggok demi onggok belerang denga nafas yang seringakli tertahan karna sesak dan ngilu
Dia tumpuk dalam dua keranjang yang akan segera dia papah keatas pinggiran kawah karna dadanya mulai tak tahan dan mendidih

Tulang dalam tubuhnya berusaha bertahan membawa beratnya beban menuruni terjalnya lereng gunung itu
Pelan-pelan dia langkahkan kakinya agar tak terjatuh isi dua keranjang tumpuhan hidupnya setiap hari
Sesekali dia berhenti untuk menata nafas yang tersengal dan tubuh yang dia paksa untuk tetap tegak berdiri tanpa keluh
Sesampainya dibawah dia harus kembali lagi, keatas dan turun berulang-ulang sampai batas kuat tubuhnya terhenti

Kadang dia berpikir bila gunung ini tidak tinggi
Kadang dia tak ingin kembali jikalau bukan karna tuk terus menyambung hidup ini
Kadang dia berharap bila belerang ada di dasar dan bukannya di puncak yang harus didaki
Dan sering dia berkhayal bahwa kawah itu indah, segar, sejuk, tidak berasap panas dan perih

Dia tidak peduli sampai habisnya keringatnya terperas jatuh menyirami jejak tapaknya
Karna gunung itulah hidupnya yang setiap hari harus dia taklukkan dengan semangatnya
Yang dia takuti hanya batas kekuatan tubuh dan nafasnya tuk mengiringi panggulan belerang kuningnya
Entah berapa ribuan kilo jarak yang pernah dijajaki selama dia menekuni pekerjaan yang terlanjur menyatu dalam hidupnya

Entah ..dan entah karna dia sudah tidak peduli lagi..
Entah ..dan.. entah,.. karna inilah jalan yang harus dia lalui
Baginya, gunung adalah dunia yang berbaik hati padanya
Baginya, gunung adalah harta dari Tuhan yang harus direngkuh meski dengan curahan peluhnya

By. Irawan.
 
Bls: Belerang Dipanggulnya

Asap panas dari mulut kawah menyapa perih mata dan kulitnya yang kering dan berdebu
Air mata selalu keluar membasahi matanya tuk menyejukkan mata itu dari sentuhan gumpalan putih yang menyakiti
Dia raih onggok demi onggok belerang denga nafas yang seringakli tertahan karna sesak dan ngilu
Dia tumpuk dalam dua keranjang yang akan segera dia papah keatas pinggiran kawah karna dadanya mulai tak tahan dan mendidih
=b=
 
Back
Top