Bentrok TNI dengan Warga di Kebumen.

Dipi76

New member
Sengketa Agraria
TNI AD Investigasi Bentrok di Kebumen
yuli | Minggu, 17 April 2011 | 02:30 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Markas TNI Angkatan Darat (AD) segera mengirim tim investigasi untuk menyelidiki insiden bentrokan antara prajurit TNI dan sejumlah warga Bulus Pesantren, Kebumen, Jawa Tengah, Sabtu (16/4/2011).

"Ya, segera kami kirim tim investigasi ke sana untuk memastikan latar belakang dan penanganan di masa datang agar tidak terjadi lagi," kata Kepala Dinas Penerangan Umum TNI AD Kolonel Dedy Agus Purwoko di Jakarta, Minggu (17/4/2011).

Untuk sementara, penyelidikan dilakukan tim dari Kodam dan jajaran setempat, sedangkan tim dari Mabes akan menyelidiki secara mendalam dan menyeluruh insiden tersebut, katanya.

Sebelumnya, Dedy mengatakan, prajurit TNI AD yang bentrok dengan sejumlah warga di kawasan Urut Sewu, Desa Sentrojenar, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, itu hanya membela diri.

Ia mengatakan, pihaknya sudah melakukan langkah-langkah persuasif dan prosedural untuk menghalau warga yang berunjuk rasa dan mencoba masuk ke dalam markas Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat (Dislitbangad). "Namun, mereka tidak menghiraukan dan bahkan terus merangsek ke dalam markas," katanya.

Dedy menuturkan, bentrokan dilatarbelakangi penolakan warga jika wilayahnya digunakan latihan Dislitbangad. "Kami sudah mengalah dengan memindahkan areal latihan. Namun, warga tetap menolak dan berunjuk rasa di depan markas," katanya.

Aksi unjuk rasa ditangani prajurit TNI AD dengan melakukan langkah-langkah prosedural dan persuasif. Namun, warga terus menyerang dan bahkan sempat merobohkan salah satu papan nama gedung di sekitar Markas Dislitbangad, katanya.

Sejumlah pengunjuk rasa juga memotong ranting dan dahan pohon di sekitar markas untuk menutup jalan yang melintas dari dan menuju ke markas. "Akibatnya, akses jalan menuju markas pun tertutup. Warga juga terus merangsek mencoba memasuki markas," katanya.

Melihat aksi massa yang semakin tidak terkendali, lanjut Dedy, prajurit melakukan tindakan pembelaan diri untuk melindungi aset yang berada di dalam markas. "Walaupun di sana adalah markas penelitian dan pengembangan, tetapi namanya markas tentara. Jadi tetap ada gudang mesiu dan lainnya," tuturnya.

Tentang tindakan para prajurit yang dianggap berlebihan karena menembaki warga, Dedy menegaskan, "Ini bukan masalah berlebihan atau tidak. Tetapi, markas kami diserang dan akan dimasuki paksa. Karena itu, kami perlu membela diri."

Terkait dengan korban, ia mengatakan, mereka sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat. "Tidak ada korban tewas. Mereka sebagian besar mengalami luka memar akibat peluru karet," katanya.

Dalam insiden ini, tujuh warga dilarikan ke rumah sakit setempat untuk mendapatkan perawatan. Di antara para korban yang dirawat di Bangsal Teratai RS Kebumen tersebut adalah Aris Wahyudi (49), Mustofa (65), Syamsudin (26), Mulyanto (21), dan Kusriyanto (29).

=================

13 Luka Berat, 4 Petani Tertembak
Minggu, 17 April 2011 | 03:16 WIB

Kebumen, Kompas - Situasi terakhir Desa Setrojenar, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, pascabentrok antara petani dan aparat TNI Angkatan Darat, Sabtu (16/4) malam, masih mencekam. Petani menuntut TNI bertanggung jawab terhadap aksi penembakan dan penganiayaan yang menyebabkan 4 petani tertembak dan sekitar 13 petani lain luka berat.

Dari pemantauan Kompas di RSUD Kebumen pukul 21.00 semalam, tercatat sembilan petani

masih dirawat intensif di ruang instalasi gawat darurat. Empat korban menderita luka tembak. Korban lain dirawat di RS PKU Muhammadiyah Serueng dan RS PKU Petanahan.

Kendati tak tertembak, kondisi sebagian korban di RSUD Kebumen umumnya cedera serius. Dua orang patah kaki akibat kena popor senjata laras panjang. Salah satu korban, Mustofa (65), terluka paling parah karena gegar otak ringan serta lebam akibat pukulan di dada, punggung, dan tengkuk. Mustofa terus-menerus muntah darah.

Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro Letkol Inf Zainal M, Sabtu malam, mengemukakan, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Langgeng Sulistiyono menyesalkan bentrokan itu.

Bentrokan seharusnya tak terjadi karena rencana latihan militer dan uji senjata berat di lokasi tersebut telah dibatalkan dan dialihkan ke Lumajang. ”Karena ini tidak disangka-sangka terjadi. Yang mau latihan sudah bergeser, anggota yang tinggal di sana hanya anggota yang menjaga Kantor Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD,” kata Zainal.

”Dari informasi, warga merangsek sampai masuk ke pagar kantor yang dijaga anggota TNI. Warga berusaha masuk dan merusak instalasi telepon di Kantor Dislitbang, kebetulan di sana ada gudang penyimpanan sementara amunisi. Karena khawatir membahayakan, anggota yang berjaga berusaha mempertahankan diri,” kata Zainal.

Menurut sejumlah petani, bentrok terjadi saat puluhan petani, pukul 10.00, pulang dari berziarah di makam lima orang yang meninggal pada 1997 akibat terkena mortir aktif milik TNI AD di areal pertanian Desa Setrojenar.

Sesampainya di dekat Kantor Dislitbang TNI AD di Pantai Bocor, para petani membetulkan ”blokade” palang kayu yang dipasang warga sejak 12 April 2011. Pemblokiran jalan menuju Kantor Dislitbang TNI AD dilakukan karena warga bersikeras menolak latihan perang dan uji senjata berat di kawasan Urut Sewu. Sengketa lahan antara TNI dan petani terjadi sejak 2004.

Tentara mendatangi warga yang berjaga di titik blokade dan bermaksud membubarkannya. Namun, warga menolak pergi.

Pukul 13.30, menurut petani, sekitar 100 tentara keluar dari Kantor Dislitbang TNI AD yang hanya berjarak 10 meter dari lokasi kejadian. Tentara langsung menyerbu warga. ”Mereka langsung memukuli kami dengan popor senjata,” ujar Wahyudi, salah seorang korban.

Petani yang ketakutan lari ke perkampungan. Saat itulah, tentara menembaki petani dengan senapan. Beberapa petani langsung berjatuhan. Selanjutnya hingga pukul 17.00, tentara melakukan sweeping ke perkampungan, mencari tokoh-tokoh penentang pemanfaatan kawasan Urut Sewu untuk lahan latihan perang TNI.

Diperoleh informasi, semalam jajaran musyawarah pimpinan daerah Kebumen langsung membahas insiden bentrokan tersebut bersama Panglima Kodam IV Diponegoro, kepala polres, dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Tengah. (GRE/SON)

sumber : kompas



-dipi-
 
Bentrok Kebumen
KSAD: Tak Ada Pelanggaran di Kebumen
Heru Margianto | Rabu, 20 April 2011 | 13:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta menyatakan, tidak ada pelanggaran yang dilakukan personelnya saat mengatasi aksi massa di depan Markas Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Darat di Kebumen, Jawa Tengah.

"Penyelidikan dan evaluasi sudah dilakukan dan tidak ditemukan adanya pelanggaran," katanya seusai memimpin serah terima jabatan Panglima Kodam Jaya di Jakarta, Rabu (20/4/2011).

George menegaskan, langkah-langkah yang dilakukan prajurit TNI Angkatan Darat sudah sesuai prosedur yang diawali dengan langkah persuasif dan tindakan peringatan, tetapi massa tetap saja merangsek atau maju. "Semua sudah dilakukan sesuai prosedur yang berlaku, hingga tembakan peringatan, tetapi mereka tetap memaksa," ujar KSAD.

Bahkan, ia menilai aksi massa yang melakukan unjuk rasa dengan perusakan markas merupakan tindakan perusuh dan bukan warga masyarakat. "Itu bukan rakyat, melainkan perusuh, karena sudah membakar gudang senjata kami," katanya.

Jadi, ia menambahkan, "Kalaupun ditembak, sudah sesuai aturan dan standar, karena beberapa kali sudah diberi peringatan."

KSAD menegaskan, TNI telah melakukan evaluasi dan memeriksa prajurit yang terlibat bentrokan. "Tidak ada yang melanggar," katanya.

Bentrok aparat TNI dengan warga dipicu penolakan warga Bulus Pesantren karena daerahnya dijadikan tempat latihan militer. Aksi unjuk rasa telah dipersiapkan sejak awal pekan silam, yakni pada 11 April. Sekitar 400 warga Desa Sestrojenar melakukan aksinya di depan markas dengan membawa senjata tajam, bambu runcing, dan membakar ban bekas.

Akibat aksi massa yang terus berlanjut, digelarlah pertemuan antara Panglima Kodam IV, Danrem 072/ Pamungkas, Dandim 0709/Kebumen, serta masing-masing mitranya dari kepolisian dan Bupati Kebumen pada hari yang sama. Hasilnya, uji coba senjata meriam 105 mm dibatalkan.

Namun, putusan ini tidak menghentikan aksi unjuk rasa hingga akhirnya terjadi bentrok pada Sabtu (16/4/2011). Pascaperistiwa tersebut, 21 anggota TNI yang terlibat bentrok diperiksa secara internal.


sumber: kompas



-dipi-
 
memang harusnya nggak boleh berhubungan langsung kali ya..??
kalo berhubungan langsung ya pasti gitu.. namanya sipil vs militer..
harus ada mediator utk permasalahan permasalahan yang menyangkut sipil vs militer..
kalo dibiar biarin langsung kontak.. ya gitu deh..sipil mana bisa ngelawan.. ahaha.. terus.. kalo kejadiannya tentaranya menggunakan senjata.. langsung disalahkan..
hmm...
apa yang salah..??

pembiaran..??
tidak terbaca oleh intelijen..??

aah.. darkgrey puyeng ah..
 
kan udah ane bilang, daripada tentara kerjanya cuma apel pagi + ngerokok + ngopi plus bonus nembaki orang sendiri kan lebih baik perang ama alaysial atau perompak somalia.. payahhh
 
Back
Top