Salah satu capaian MDGs Indonesia adalah Mengurangi Kelaparan dan Kemiskinan
Setiap orang apalagi orang lapar perlu (2kali) makan setiap hari seumur hidupnya.
Makanan tersebut harus dibeli dengan uangnya, bukan diberi gratis (sesekali boleh), dan uang itu harus diperoleh dengan bekerja bukan dengan mengemis atau tunggu saweran.
Pekerjaan yang dilakukan untuk dapat penghasilan, harus produktif dan berkelanjutan bukan jadi makelar kasus dan bukan bersifat sesaat.
Pekerjaan itu akan didapat oleh orang lapar dan miskin, kalau lapangan kerja kompetitif tersedia luas, menyebar rata dan terbuka.
Lapangan kerja kompetitif akan tersedia terbuka luas, jika ada banyak sekali pengusaha visioner tercipta tiada putus/ berkelanjutan.
Pengusaha yang visioner, pasti berempati pada orang lapar dan orang miskin, bukan cuma cari untung semata.
Visionernya pengusaha pengusaha tersebut, selain terbentuk karena motivasinya, juga karena adanya cara-sistem unggulan dan keterlibatan para ahli serta adanya praktek keteladanan aspiratif.
Secara profesional, hanya para ahli kompeten yang mampu menggabungkan motif, cara-sistem dan apresiasi menjadi Nilai kekuatan yang besar.
Profesionalitas para ahl tersebut,i harus diakomodir-dipelihara dalam sebuah wadah yang juga "unggul", dimana hidup dan tumbuhnya wadah unggul tersebut karena dijaga oleh orang yang diandalkan dan dipelihara oleh para dermawan terpilih.
Keterlibatan para dermawan terpilih terbentuk karena diperolehnya rasa kebanggaan, kepuasan dan kenyamanan yang dirasakan secara langsung, berdasar pada keutamaan nilai luhur Persaudaraan-Kesetiakawanan.
Keteladanan yang mengedepankan keutamaan nilai persaudaraan-kesetiakawanan tersebut, hadir diawali oleh sejumlah elite, tokoh, pemimpin terkemuka yang terpuji.
Integritas, amanah, pluralis, demokratis menjiwai para tokoh untuk pantas terlibat dalam melahirkan wadah sebagai para Pendiri.
Tingkat nalar dan moral dari calon pendiri wadah, mampu membuat mereka mengapresiasi dan paham akan pentingnya wadah tersebut terlahir dan berdiri.
Setujukah anda ?
Setiap orang apalagi orang lapar perlu (2kali) makan setiap hari seumur hidupnya.
Makanan tersebut harus dibeli dengan uangnya, bukan diberi gratis (sesekali boleh), dan uang itu harus diperoleh dengan bekerja bukan dengan mengemis atau tunggu saweran.
Pekerjaan yang dilakukan untuk dapat penghasilan, harus produktif dan berkelanjutan bukan jadi makelar kasus dan bukan bersifat sesaat.
Pekerjaan itu akan didapat oleh orang lapar dan miskin, kalau lapangan kerja kompetitif tersedia luas, menyebar rata dan terbuka.
Lapangan kerja kompetitif akan tersedia terbuka luas, jika ada banyak sekali pengusaha visioner tercipta tiada putus/ berkelanjutan.
Pengusaha yang visioner, pasti berempati pada orang lapar dan orang miskin, bukan cuma cari untung semata.
Visionernya pengusaha pengusaha tersebut, selain terbentuk karena motivasinya, juga karena adanya cara-sistem unggulan dan keterlibatan para ahli serta adanya praktek keteladanan aspiratif.
Secara profesional, hanya para ahli kompeten yang mampu menggabungkan motif, cara-sistem dan apresiasi menjadi Nilai kekuatan yang besar.
Profesionalitas para ahl tersebut,i harus diakomodir-dipelihara dalam sebuah wadah yang juga "unggul", dimana hidup dan tumbuhnya wadah unggul tersebut karena dijaga oleh orang yang diandalkan dan dipelihara oleh para dermawan terpilih.
Keterlibatan para dermawan terpilih terbentuk karena diperolehnya rasa kebanggaan, kepuasan dan kenyamanan yang dirasakan secara langsung, berdasar pada keutamaan nilai luhur Persaudaraan-Kesetiakawanan.
Keteladanan yang mengedepankan keutamaan nilai persaudaraan-kesetiakawanan tersebut, hadir diawali oleh sejumlah elite, tokoh, pemimpin terkemuka yang terpuji.
Integritas, amanah, pluralis, demokratis menjiwai para tokoh untuk pantas terlibat dalam melahirkan wadah sebagai para Pendiri.
Tingkat nalar dan moral dari calon pendiri wadah, mampu membuat mereka mengapresiasi dan paham akan pentingnya wadah tersebut terlahir dan berdiri.
Setujukah anda ?