Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat!

bagaimana pendapat anda?

  • Setuju banget, alasannya?

    Votes: 2 16.7%
  • Tidak setuju, alasannya?

    Votes: 3 25.0%
  • Ini ngaco tapi....

    Votes: 4 33.3%
  • ini pasti ditunggangi

    Votes: 3 25.0%

  • Total voters
    12
Status
Not open for further replies.

nizhami

New member
Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai, --katakanlah hingga dua dekade ke depan--, yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur. Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur.

Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun.

Dalam "kalimat lain", ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya. Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi?

Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai, fakta yang ada sekarang menunjukkan orientasi tersebut keliru. Dari sekitar 105 juta tenaga kerja yang sekarang bekerja, lebih dari 55 juta pegawai adalah lulusan SD! Pemilik diploma hanya sekitar 3 juta orang dan sarjana sekitar 5 juta orang. Jika sebagian besar lapangan kerja hanya tersedia untuk lulusan SD, lalu untuk apa anak-anak kita harus buang-buang waktu dan uang demi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?

Sir Ken Robinson, profesor pakar pendidikan dan kreativitas dari Inggris, dalam orasi-orasinya, yang menyentakkan ironisme: menggambarkan betapa sekarang ini sudah terjadi inflasi gelar akademis sehingga ketersediaannya melampaui tingkat kebutuhan. Akibatnya, nilainya di dunia kerja semakin merosot.

Lebih dari itu, ia menilai sekolah-sekolah hanya membunuh kreativitas para siswa. Maka, harus dilakukan revolusi di bidang pendidikan yang lebih mengutamakan pembangunan kreativitas.

Paul Krugman, kolumnis The New York Times yang disegani, dalam tulisannya pada 6 Maret 2011, menegaskan fakta-fakta di Amerika Serikat bahwa posisi golongan kerah putih di level menengah— yang selama beberapa dekade dikuasai para sarjana dan bergaji tinggi--, kini digantikan peranti lunak komputer. Lowongan kerja untuk level ini tidak tumbuh, malah terus menciut. Sebaliknya, lapangan kerja untuk yang bergaji rendah, dengan jenis kerja manual yang belum bisa digantikan komputer, seperti para petugas pengantaran dan kebersihan, terus tumbuh.

Kreativitas dan imajinasi

Fakta lokal dan kondisi global tersebut harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Persepsi kultural dan sosial yang mengangankan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin mudah mendapatkan pekerjaan adalah mimpi di siang bolong!

Namun, jika orientasi masyarakat tetap untuk "jadi pegawai", yang harus difasilitasi adalah sekolah-sekolah dan pelatihan-pelatihan murah dan singkat. Misalnya untuk menempati posisi operator, baik yang manual seperti pekerjaan di bidang konstruksi, manufaktur, transportasi, pertanian, ataupun yang berbasis komputer di perkantoran.

Untuk itu, tak perlu embel-embel (sekolah) "bertaraf internasional" yang menggelikan itu karena komputer sudah dibuat dengan standar internasional. Akan tetapi, kualitas peradaban sebuah bangsa tak cukup hanya ditopang oleh para operator di lapangan. Mutlak perlu dilahirkan para kreator yang kaya imajinasi. Oleh karena itu, seluruh potensi kecerdasan anak bangsa harus dibangun secara lebih serius yang hanya bisa dicapai jika rangsangannya diberikan sejak usia dini.

Maka, diperlukan metode pengajaran yang tak hanya membangun kecerdasan visual-auditori-kinestetik, juga kreativitas dan kemandirian. Kata kuncinya adalah "kreativitas" dan "imajinasi"; dua hal yang belum akan tergantikan oleh komputer secerdas apa pun!

Zaman terus berubah. Sistem pendidikan dan paradigma usang harus diganti dengan yang baru. Era teknologi analog sudah ketinggalan zaman. Kini kita sudah memasuki era digital. Itu artinya, konsep tentang ruang dan waktu pun berubah.

Hal-hal yang tadinya dikerjakan dalam waktu panjang, dengan biaya tinggi, dan banyak pekerja, jadi lebih ringkas. Maka, tujuan paling mendasar dari suatu sistem pendidikan baru harus bisa membangun semangat "cinta belajar" pada semua peserta didik sejak awal. Dengan spirit dan mentalitas "cinta belajar", apa pun yang akan dihadapi pada masa depan, mereka akan bisa bertahan untuk beradaptasi, menguasai, dan mengubahnya.

Membangun semangat "cinta belajar" tak perlu harus ke perguruan tinggi. Kini seluruh ilmu pengetahuan sudah tersedia secara digital, bisa diakses melalui komputer di warnet ataupun melalui telepon genggam. Jadi, cukup berikan kemampuan menggunakan komputer, mencari sumber informasi yang dibutuhkan di internet, dan bahasa Inggris secukupnya karena di dunia maya tersedia mesin penerjemah aneka bahasa yang instan.

Anak-anak cukup sekolah 12 tahun saja (mulai dari pendidikan anak usia dini, PAUD)! Mereka tidak usah jadi pegawai. Dunia kreatif yang bernilai tinggi tersedia untuk mereka, sepanjang manusia masih ada.

Oleh Yudhistira ANM Massardi, kompas.com
Penulis adalah Sastrawan; Pengelola Sekolah Gratis untuk Dhuafa, TK-SD Batutis Al-Ilmi Bekasi
 
menurutku sih ini ngaco.. tapi... ada benarnya juga seh, karena pendidikan kita minim keahlian. sementara di dunia kerja, mungkin, skill lebih diutamakan, tapi itu tidak serta merta harus berhenti sekolah juga kaleeeeeee...
 
Aku Vote Setuju. Soalnya mau Bilang Nggak setuju tapi artikel di atas ada benarnya Juga.

Oh iya, sebenarnya tujuan sekolah bukan hanya untuk jadi pegawai tapi untuk mencari jati diri dan supaya bisa memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik. Sehingga bisa jadi Orang yang berhasil di kemudian hari.
 
lbh tepatnya sie sistem pendidikan d indo yg perlu dibenahi ...ga perlu sampe ga sekolah ...siswa jg sbaiknya mengembangkan bakatnya d luar sekolah ...

Btw, ane vote tdak setuju :D
 
bro ishi, kalo liat kenyataan diatas koq masih bisa berpendapat ndak setuju?? karena sekolah tinggi kan ujung2nya cari duit juga?
 
setuju..
yang tidak setuju, karena tidak menjadi bagian dari berjuta2 yang nasibnya beruntung jadi pegawai dan pekerja.


http://energihaq.com siap bantu..:)
 
saya vote 4, :D
dari pernyataan diatas lebih menjurus ke arah mencari penghasilan setelah belajar di sekolah. saya bilang sekolah itu perlu, menuntut ilmu itu wajib, tapi menuntut ilmu juga tidak harus disekolah, kursus itupun menuntut ilmu.
kalau hanya diambil dari sisi mencari penghasilan setelah sekolah saya bilang gak perlu sekolah, tapi saya juga bilang wajib dan harus bersekolah setiap orang dengan alasan menuntut ilmu karena menuntut ilmu itu wajib dan salah satunya di sekolah sebagai wadahnya.
 
saia tdak setujunya mengenai 'berhentilah sekolah sebelum terlambat' ...makanya saia td komen kalu sistem pendidikan d indo perlu dibenahi ...:)
 
pertama.. commen tentang the phenomenon dulu.. xixixi
darkgrey juga udah kirim PM lho.. teteeeep..
ggggggdotcom siap bantu jika anda dapat infract..

kedua.. comment thread cak niz..
cak.. ane vote tidak setuju..

yang harus dan perlu dirubah itu orientasi orang bersekolahnya.. dan juga muatan yang diberikan di sekolah terhadap siswa didiknya..
bukannya malah disuruh berhenti sekolah.. ahaha..

dah pokoknya ggggggdotcom siap bantu dah..
 
ini pasti d tunggangi :)


sistem pendidikan udah bagus namun sayangnya dalam pelaksanaannya tak seperti sistem yg ada. Di belokkan hingga ujung2nya duit. Misalnya nih proyek pelaksanaan UN yg sementara berlangsung. Metodenya udah bagus namun masih aja ada bocoran soal yg pelakunya tentu orang dalam juga. Nah pembocoran ini tidak gratis, dan sifatnya BEBAS tapi RAHASIA
 
saya vote 4, :D
dari pernyataan diatas lebih menjurus ke arah mencari penghasilan setelah belajar di sekolah. saya bilang sekolah itu perlu, menuntut ilmu itu wajib, tapi menuntut ilmu juga tidak harus disekolah, kursus itupun menuntut ilmu.
kalau hanya diambil dari sisi mencari penghasilan setelah sekolah saya bilang gak perlu sekolah, tapi saya juga bilang wajib dan harus bersekolah setiap orang dengan alasan menuntut ilmu karena menuntut ilmu itu wajib dan salah satunya di sekolah sebagai wadahnya.

vote nomer 4 memang amaaaaaaaaannnn


saia tdak setujunya mengenai 'berhentilah sekolah sebelum terlambat' ...makanya saia td komen kalu sistem pendidikan d indo perlu dibenahi ...:)

saya kira berhenti disini bukan berarti ndak sekolah, tapi bagaimana agar supaya jikalau bagaimana kemana... halah.. maksud ane adalah bagaimana mengubah paradigma berpikir murid supaya ndak terjebak dengan angan2 jikalau punya pendidikan tinggi pasti sukses.. kenyataannya, sekarang banyak banget universitas2 swasta yang menerima mahasiswa baru yang jumlahnya ribuan tanpa fasilitas dan kualitas, tanpa kejelasan masa depan pula. intinya kan cuma keruk duit ortu yang punya angan2 setinggi langit.. penyediaan lapangan kerja juga... halahhhh... hehehehe

kedua.. comment thread cak niz..
cak.. ane vote tidak setuju..

yang harus dan perlu dirubah itu orientasi orang bersekolahnya.. dan juga muatan yang diberikan di sekolah terhadap siswa didiknya..
bukannya malah disuruh berhenti sekolah.. ahaha..

dah pokoknya ggggggdotcom siap bantu dah..

sudah saya jelaskan di atas dan saya kira orang indonesia juga ndak sebodoh itu untu berhenti sekolah... bukan begitu cak popoi??

ini pasti d tunggangi :)

sistem pendidikan udah bagus namun sayangnya dalam pelaksanaannya tak seperti sistem yg ada. Di belokkan hingga ujung2nya duit. Misalnya nih proyek pelaksanaan UN yg sementara berlangsung. Metodenya udah bagus namun masih aja ada bocoran soal yg pelakunya tentu orang dalam juga. Nah pembocoran ini tidak gratis, dan sifatnya BEBAS tapi RAHASIA

bener banget den, ini sangat ditunggangi... kepentingan ekonomi. tapi hari gini... semua serba duit..
 
Kalau lihat judulnya itu jelas ngaco tapi ada beberapa point di artikelnya yang daku setuju.

Kalau buat daku, bodoh banget kalau salah satu tujuan bersekolah adalah untuk nantinya mencari nafkah atau untuk bekal kerja. Tapi gimana lagi, sistem yang berkembang sudah seperti ini. Yang sekolah kedokteran jadi dokter untuk mencari nafkah dari situ, yang sekolah teknik jadi engineer yang cari makan dari situ bla bla bla. Kalau buatku, sistem seperti ini cukup menggelikan karena buatku intinya bersekolah itu adalah memasukkan ilmu ke otak, memasukkan cara berpikir ke otak, mengkondisikan pikiran pada pola pikir tertentu. Kalaupun nanti setelah lulus jadi dokter, jadi engineer, jadi akuntan dll itu adalah bonus.

Dulu waktu daku kuliah sering ditanya orang apakah nanti setelah lulus daku mau jadi sutradara, scriptwriter atau pekerjaan lain yang berhubungan dengan film, pasti daku jawab tidak atau tidak mesti karena saat daku memutuskan berkuliah di art cinematography itu memang bukan itu tujuanku, tapi lebih ingin menggali dan mendapatkan ilmunya.

Satu lagi yang penting dari bersekolah, yaitu pembentukan cara berpikir. Dan itu beda sekali kok antara orang yang makan sekolahan dengan orang yang nggak sekolah.

Jadi sekolah itu lebih dari sekedar perlu. Tanpa bersekolah memang kita masih bisa mendapatkan Ilmu dari kehidupan yang kita jalani. Tapi ibaratnya, kehidupan ini itu ladang atau sawah, sedangkan sekolah itu lumbung yang berisi penuh padi. Yang satu kita perlu mengolah lebih dulu sebelum mendapatkan hasilnya, yang satu kita tinggal terima jadi aja.

That's why daku tahun ini berencana daftar kuliah lagi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. :))
 
Kalau lihat judulnya itu jelas ngaco tapi ada beberapa point di artikelnya yang daku setuju.


Satu lagi yang penting dari bersekolah, yaitu pembentukan cara berpikir. Dan itu beda sekali kok antara orang yang makan sekolahan dengan orang yang nggak sekolah.

perasaan para anggota DPR itu sekolahnya tinggi, lalu cara berpikir yang bagaimana lagi non?????? karena kenyataannya ya begitu itu, cari ilmu buat menindas yang lemah....???
 
perasaan para anggota DPR itu sekolahnya tinggi, lalu cara berpikir yang bagaimana lagi non?????? karena kenyataannya ya begitu itu, cari ilmu buat menindas yang lemah....???
Itu yang namanya penyalahgunaan den. :))
Sama halnya dengan kokain, dia adalah obat yang berguna, tapi di tangan yang salah jadi racun yang merugikan.
 
saya kira berhenti disini bukan berarti ndak sekolah, tapi bagaimana agar supaya jikalau bagaimana kemana... halah.. maksud ane adalah bagaimana mengubah paradigma berpikir murid supaya ndak terjebak dengan angan2 jikalau punya pendidikan tinggi pasti sukses.. kenyataannya, sekarang banyak banget universitas2 swasta yang menerima mahasiswa baru yang jumlahnya ribuan tanpa fasilitas dan kualitas, tanpa kejelasan masa depan pula. intinya kan cuma keruk duit ortu yang punya angan2 setinggi langit.. penyediaan lapangan kerja juga... halahhhh... hehehehe
tapi bukan berarti harus ninggalin sekolahnya kan? saia sie lebih setuju kalu mencari ilmu tidak hanya di sekolah, mungkin bisa lewat organisasi ato pengalaman2 nyata lainnya :)

kalu ada yang beranggapan, mencari ilmu hanya di sekolah, baru itu anggapan yang salah :D

sudah saya jelaskan di atas dan saya kira orang indonesia juga ndak sebodoh itu untu berhenti sekolah... bukan begitu cak popoi??
ternyata darkgrey itu kloningan ya? :D

uppssss, maap oot
 
Status
Not open for further replies.
Back
Top