nurcahyo
New member
Bidara Upas Atasi TBC dan Muntah Darah
Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia cukup banyak. Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk yang lama dan muntah darah. Saat ini, banyak obat yang bisa menyembuhkannya bila diminum rutin dalam waktu minimal enam bulan.
Selain obat-obatan modern, banyak pula tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat dan mengatasi muntah darah dan TBC. Tumbuhan berkhasiat obat ini sudah banyak digunakan sebelum ditemukannya obat-obatan modern.
Salah satu pengobatan tradisional untuk batuk dan muntah darah adalah bidara upas (Merremia mammosa (Lour) Hall.f). Tanaman dari familia Convolvulaceae ini ternyata juga mampu mengatasi berbagai penyakit lain yang berkaitan dengan paru, keracunan makanan, luka, patek, kanker, kencing manis, dan lain-lain.
Tumbuhan ini tergolong terna (tumbuhan) membelit dan memanjat. Panjangnya 3-6 meter, berbatang licin, berukuran kecil, dan berwarna gelap. Daunnya berwarna hijau berbentuk jantung. Ujung daunnya meruncing dan helaian daunnya lebar. Bunganya berbentuk payung menggarpu dan seperti lonceng berwarna putih.
Konon, tumbuhan ini berasal dari Filipina dan bisa tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 1-250 meter di atas permukaan laut. Bidara upas juga memiliki umbi yang berkumpul di dalam tanah, mirip umbi jalar. Kulit umbinya berwarna kuning kecoklatan, tebal, dan mengeluarkan getah berwarna putih.
Dalam umbinya terdapat kandungan kimia seperti damar, resin, pati, zat oksidasi (getah), dan zat pahit. Kandungannya itu bersifat anti radang, menghilangkan rasa sakit, menghilangkan bengkak, sebagai pencahar, menetralkan racun, dan penyejuk. Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai obat luar dan dalam. Untuk pengobatan luar, biasanya umbinya diparut menjadi bubur dan dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Contohnya, untuk pengobatan luka bakar, gigitan ular, luka-luka di kulit (diiris tipis dan diletakkan di atas luka), melancarkan air susu ibu (ASI), eksim, dan busung lapar.
Pemakaian umbi untuk pengobatan dalam biasanya digunakan dengan cara diparut atau direbus. Air parutan atau rebusannya kemudian diminum. Untuk pengobatan TBC paru, panduan Prof HM Hembing Wijayakusuma menyebutkan, ramuannya terdiri atas sebanyak 30 gram umbi bidara upas ditambah 10 gram daun patikan kebo, dan 10 gram daun kumis kucing, direbus dengan 400 cc hingga airnya tersisa 200 cc. Air rebusannya diminum setiap malam. Sedangkan untuk mengatasi muntah darah, sebanyak 60 gram umbi bidara upas segar dicuci dan diparut. Airnya disaring sampai terkumpul 150 cc dan diminum.
Pengobatan batuk (tussis, pertussis, dan batuk kering), biasanya dilakukan dengan meminum air saringan parutan umbi bidara upas. Untuk batuk kering, irisan umbinya dikunyah. Air dari parutan umbi bidara upas ini juga mampu mengatasi keracunan makanan, kencing manis, dipteri, serta mencegah dan mengatasi kanker. (wed)
Sumber: Republika Online, Selasa, 06 April 2004
Jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia cukup banyak. Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk yang lama dan muntah darah. Saat ini, banyak obat yang bisa menyembuhkannya bila diminum rutin dalam waktu minimal enam bulan.
Selain obat-obatan modern, banyak pula tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat dan mengatasi muntah darah dan TBC. Tumbuhan berkhasiat obat ini sudah banyak digunakan sebelum ditemukannya obat-obatan modern.
Salah satu pengobatan tradisional untuk batuk dan muntah darah adalah bidara upas (Merremia mammosa (Lour) Hall.f). Tanaman dari familia Convolvulaceae ini ternyata juga mampu mengatasi berbagai penyakit lain yang berkaitan dengan paru, keracunan makanan, luka, patek, kanker, kencing manis, dan lain-lain.
Tumbuhan ini tergolong terna (tumbuhan) membelit dan memanjat. Panjangnya 3-6 meter, berbatang licin, berukuran kecil, dan berwarna gelap. Daunnya berwarna hijau berbentuk jantung. Ujung daunnya meruncing dan helaian daunnya lebar. Bunganya berbentuk payung menggarpu dan seperti lonceng berwarna putih.
Konon, tumbuhan ini berasal dari Filipina dan bisa tumbuh di daerah tropis pada ketinggian 1-250 meter di atas permukaan laut. Bidara upas juga memiliki umbi yang berkumpul di dalam tanah, mirip umbi jalar. Kulit umbinya berwarna kuning kecoklatan, tebal, dan mengeluarkan getah berwarna putih.
Dalam umbinya terdapat kandungan kimia seperti damar, resin, pati, zat oksidasi (getah), dan zat pahit. Kandungannya itu bersifat anti radang, menghilangkan rasa sakit, menghilangkan bengkak, sebagai pencahar, menetralkan racun, dan penyejuk. Umbinya bisa dimanfaatkan sebagai obat luar dan dalam. Untuk pengobatan luar, biasanya umbinya diparut menjadi bubur dan dibalurkan ke bagian tubuh yang sakit. Contohnya, untuk pengobatan luka bakar, gigitan ular, luka-luka di kulit (diiris tipis dan diletakkan di atas luka), melancarkan air susu ibu (ASI), eksim, dan busung lapar.
Pemakaian umbi untuk pengobatan dalam biasanya digunakan dengan cara diparut atau direbus. Air parutan atau rebusannya kemudian diminum. Untuk pengobatan TBC paru, panduan Prof HM Hembing Wijayakusuma menyebutkan, ramuannya terdiri atas sebanyak 30 gram umbi bidara upas ditambah 10 gram daun patikan kebo, dan 10 gram daun kumis kucing, direbus dengan 400 cc hingga airnya tersisa 200 cc. Air rebusannya diminum setiap malam. Sedangkan untuk mengatasi muntah darah, sebanyak 60 gram umbi bidara upas segar dicuci dan diparut. Airnya disaring sampai terkumpul 150 cc dan diminum.
Pengobatan batuk (tussis, pertussis, dan batuk kering), biasanya dilakukan dengan meminum air saringan parutan umbi bidara upas. Untuk batuk kering, irisan umbinya dikunyah. Air dari parutan umbi bidara upas ini juga mampu mengatasi keracunan makanan, kencing manis, dipteri, serta mencegah dan mengatasi kanker. (wed)
Sumber: Republika Online, Selasa, 06 April 2004