Biksu sri lanka tolak produk halal

jainudin

New member
KOLOMBO — Ratusan biksu Buddha di Sri Lanka menghendaki penghapusan sistem sertil.ikasi halal atas makanan dan produk lainnya. Mereka menggerakkan kampanye memboikot produk halal. Termasuk di dalamnya adalah daging. Ribuan orang, terutama dari etnik Sinhale, ikut dalam aksi. Para biksu monamakan diri dengan Bodu Bala Seni atau Pasukan Buddha.
Kampanye pada Ahad (17/2) itu berlangsung di Mahargama, suburban di pinggiran ibu kota negara, Kolombo. Sejumlah pemuda mengenakan kaus bergambar garis yang menyilang tulisan “Halal” dalam sebuah lingkaran. Seorang biksu, Kirama Wimala Jothi, tak hanya meminta pemeluk Buddha bergabung. Namun, ini juga mendesak semua non-Muslim memboikot produk apa pun yang berlabel halal.
Ia meminta pemerintah menghukum para ulama yang memberi fatwa halal. Biasanya, ulama mengeluarkan sertifikasi halal atas produk-produk itu. “Lebih dari 90 persen populasi adalah Buddha, Hindu, dan Kristen. Jadi, tak ada pembenaran memaksa mereka mengonsumsi produk halal,” kata Jothi




seperti dikutip Radio Australia.
Para biksu meminta toko-toko membersihkan barang-barang berlabel halal hingga April 2013. Bodu Bala, Sena juga meminta para pendakwah dari luar negeri segera pergi. Dalam kurun sebulan, mereka mesti meninggalkan Sri Lanka, Sejumlah serangan berulang kali terjadi pada masjid. Usaha milik Muslim mengalami nasib sama. Serangan menyasar pula gereja.
Sekjen Bodu Bala Sena Venerable Galaboda Aththe Gnanasara mengatakan, “Hanya para biksu yang bisa menyelamatkan ras ini.” Ucapannya di depan massa mengacu pada Sinhala. Ia mengatakan, ekstremis Muslim dan Kristen mengancam keberadaan Buddha. Batuan biksu siap memerangi meroka. “Negara ini milik Sinhala dan kita polisi tak resminya,” katanya.
Gnanasara menegaskan, pernyataannya bukan berarti antimmnoritas. Bodu Bala Sena, ujar dia, bukan pelaku serangan pada Muslim dan Kristen. Seorang anggota kelompok ini, Dilanthe Withanage, meruding sejumlah negara. Mereka diyakini mendanal fundamentalis Kristen dan Muslim. Komunitas Muslim maupun Kristen membantahnya. Mereka menegaskan tak mengembangkan ekstremisme.
Kampanye para biksu diyakini membangkitkan ketegangan baru


dekade negara ini mengalami konflik etnik. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan, setidaknya 100 ribu orang tewas akibat konflik. Aksi para biksu mengabaikan peringatan Presiden Mahinda Rajapakse.
Sekitar tiga pekan lalu, ia mendesak mereka tak memicu kebencian agama. Mereka diminta tak memantik kekerasan. Rajapakse menegaskan itu setelah menerima laporan bahwa muncul gelombang serangan pada Muslim. Mereka membantah melakukan kekerasan. Mereka berdalih, ada kelompok yang mematut namanya. Lalu, kelompok gadungan itu berbuat masalah.
Politikus dan partai oposisi, Partai Nasional Bersatu (UNP), Mujeebun Rahuman, mengungkapkan, amtuasi di Sri Lanka sangat buruk. “Setiap saat kerusuhan etnik bisa terjadi antara Sinhala dan Muslim,” katanya. Ia menjelaskan, organisasi para biksu itu sekarang bergerak dengan bebas. Tak ada seorang pun yang berani membicarakannya. “Pemerintah tak mencoba menghentikannya.”
Pada 2009, Sri Lanka berhasil mengakhiri perlawanan kelompok separatis Macan Tamil. Mereka adalah pemeluk Hindu. Buddha berjumlah tiga perempat penduduk Sri Lanka. Sedangkan, Muslim adalah minonitas. Jumlahnya kurang dari 10 persen dari total populasi 20 juta.


Sumber : republika, terry kisihandi
 
bener den biasanya para buddha tak makan daging
atau dia gak mau produk atau makanan2 yg ada label halal masuk ke negara merek
 
bener den biasanya para buddha tak makan daging
atau dia gak mau produk atau makanan2 yg ada label halal masuk ke negara merek

bisa jadi begitu. Bukan soal produk halal tp penolakan mereka lbh ke produk luar masuk sri lanka
 
Sejak kapan mereka memperdulikan Haram atau Halal ?
Bukannya mereka dilarang makan daging dan makanan" yang menurut mereka tidak boleh dimakan
Nikah aja kaga boleh haha
 
Back
Top