Sumber : http://www.rumah.com/berita-properti
RumahCom - Bugdet hotel alias hotel ramah anggaran, kini digandrungi oleh beberapa pengembang properti. Tak hanya pengembang menengah, pengembang besar pun mulai mengincar ceruk pasar dari bisnis penginapan ini.
Direktur PT Ciputra Property Tbk, Artadinata Djangkar menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat pihaknya termotivasi untuk bermain di bisnis bugdet hotel. “Meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mobilitas karyawan dari level menengah, serta munculnya budget airline yang sering di-bundling dengan bugdet hotel, membuat pasar bugdet hotel sangat besar,” kata Arta. “Hal ini juga terjadi di negara-negara dengan jumlah penduduk besar seperti China.”
Arta menambahkan, permintaan akan budget hotel kini semakin kuat, bahkan berpotensi memberikan return on investment yang cepat dan berkesinambungan. Tak tanggung-tanggung, Ciputra Group akan membangun 20 bugdet hotel dalam tiga tahun ke depan, dengan proyeksi dana sekitar Rp800 miliar. “Tahun ini, kami akan membangun enam bugdet hotel di enam kota. Tiga lokasi sudah fix, yakni di Bandung, Semarang, dan Yogyakarta, sedangkan tiga lokasi lain ada di Sumatera dan Kalimantan,” papar Arta. “Saya masih belum bisa menyebut kotanya, karena saat ini masih dalam tahap negosiasi.”
Guna membangun proyek-proyek ini, Ciputra Group memiliki dua pilihan pengembangan, yakni membangun di lahan sendiri atau dengan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan. Ke depan, Ciputra Group mengincar kota-kota prospektif, seperti Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Palembang, Medan, serta Makassar.
Ciputra Group merogoh kocek sebesar Rp35 miliar - Rp45 miliar per hotel. Satu bugdet hotel dibangun dengan tinggi 10-12 lantai dan jumlah kamar sekitar 120-140 unit, sementara tarif yang akan dikenakan sebesar Rp300.000-400.000 per malam. “Kami masih mempersiapkan brand yang akan mengelola budget hotel ini. Ke depannya, mungkin tidak hanya mengelola hotel milik sendiri, tetapi juga milik pihak lain,” kata Arta.
Pasar Sangat Potensial
Disamping Ciputra Group, Grup Metropolitan Land (MetLand) ternyata telah lebih dulu mencermati bisnis budget hotel. Saat ini, Metland memiliki sebuah budget hotel, yakni @HOM Hotel di kawasan Tambun, Bekasi. Untuk hotel bertarif Rp350 ribu – Rp450 ribu per malam ini, MetLand menawarkan suasana rumah di dalam hotel dengan tagline ‘to feel at home’. “Tingkat okupansi di hotel ini sudah mencapai 90 persen,” tukas Nanda Widya, Presiden Direktur MetLand.
Pengelolaan hotel ini, imbuhnya, diserahkan pada Horison Group (Metropolitan Golden Management) sebagai pemegang brand @HOM. Metropolitan Golden Management (MGM) masih satu grup dengan Metland, tetapi tidak hanya mengelola hotel milik Metland.
Senada dengan Arta, Nanda Widya juga optimis bisnis budget hotel di Indonesia masih sangat menjanjikan. “Indonesia punya 33 provinsi, sehingga bisa jadi market yang potensial, terutama untuk local business, yakni para karyawan yang sedang traveling,” jelas Nanda. “Untuk hotel yang dikelola MGM, umumnya 70 persen tamu adalah orang Jakarta yang traveling. Saya kira kota-kota besar adalah pasar potensial untuk hotel bintang dua.”
Saat ini, MetLand tengah mengkaji lima kota lain yang dinilai prospektif sebagai lokasi budget hotel, namun Nanda masih enggan menyebutkan satu persatu. Dia hanya mengatakan, dana yang digunakan untuk membangun sebuah budget hotel mencapai Rp20 miliar – Rp30 miliar, di luar investasi lahan.
Untuk membangun budget hotel tersebut, Metland memakai dua opsi, yakni membangun di atas lahan sendiri, atau bekerjasama dengan pemilik lahan. “Kami membuka diri untuk bekerjasama dengan para investor, pemilik lahan untuk pengembangan bisnis budget hotel ini,” kata Nanda.
Anto Erawan
RumahCom - Bugdet hotel alias hotel ramah anggaran, kini digandrungi oleh beberapa pengembang properti. Tak hanya pengembang menengah, pengembang besar pun mulai mengincar ceruk pasar dari bisnis penginapan ini.
Direktur PT Ciputra Property Tbk, Artadinata Djangkar menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat pihaknya termotivasi untuk bermain di bisnis bugdet hotel. “Meningkatnya kunjungan wisatawan domestik dan mobilitas karyawan dari level menengah, serta munculnya budget airline yang sering di-bundling dengan bugdet hotel, membuat pasar bugdet hotel sangat besar,” kata Arta. “Hal ini juga terjadi di negara-negara dengan jumlah penduduk besar seperti China.”
Arta menambahkan, permintaan akan budget hotel kini semakin kuat, bahkan berpotensi memberikan return on investment yang cepat dan berkesinambungan. Tak tanggung-tanggung, Ciputra Group akan membangun 20 bugdet hotel dalam tiga tahun ke depan, dengan proyeksi dana sekitar Rp800 miliar. “Tahun ini, kami akan membangun enam bugdet hotel di enam kota. Tiga lokasi sudah fix, yakni di Bandung, Semarang, dan Yogyakarta, sedangkan tiga lokasi lain ada di Sumatera dan Kalimantan,” papar Arta. “Saya masih belum bisa menyebut kotanya, karena saat ini masih dalam tahap negosiasi.”
Guna membangun proyek-proyek ini, Ciputra Group memiliki dua pilihan pengembangan, yakni membangun di lahan sendiri atau dengan sistem bagi hasil dengan pemilik lahan. Ke depan, Ciputra Group mengincar kota-kota prospektif, seperti Balikpapan, Samarinda, Pekanbaru, Palembang, Medan, serta Makassar.
Ciputra Group merogoh kocek sebesar Rp35 miliar - Rp45 miliar per hotel. Satu bugdet hotel dibangun dengan tinggi 10-12 lantai dan jumlah kamar sekitar 120-140 unit, sementara tarif yang akan dikenakan sebesar Rp300.000-400.000 per malam. “Kami masih mempersiapkan brand yang akan mengelola budget hotel ini. Ke depannya, mungkin tidak hanya mengelola hotel milik sendiri, tetapi juga milik pihak lain,” kata Arta.
Pasar Sangat Potensial
Disamping Ciputra Group, Grup Metropolitan Land (MetLand) ternyata telah lebih dulu mencermati bisnis budget hotel. Saat ini, Metland memiliki sebuah budget hotel, yakni @HOM Hotel di kawasan Tambun, Bekasi. Untuk hotel bertarif Rp350 ribu – Rp450 ribu per malam ini, MetLand menawarkan suasana rumah di dalam hotel dengan tagline ‘to feel at home’. “Tingkat okupansi di hotel ini sudah mencapai 90 persen,” tukas Nanda Widya, Presiden Direktur MetLand.
Pengelolaan hotel ini, imbuhnya, diserahkan pada Horison Group (Metropolitan Golden Management) sebagai pemegang brand @HOM. Metropolitan Golden Management (MGM) masih satu grup dengan Metland, tetapi tidak hanya mengelola hotel milik Metland.
Senada dengan Arta, Nanda Widya juga optimis bisnis budget hotel di Indonesia masih sangat menjanjikan. “Indonesia punya 33 provinsi, sehingga bisa jadi market yang potensial, terutama untuk local business, yakni para karyawan yang sedang traveling,” jelas Nanda. “Untuk hotel yang dikelola MGM, umumnya 70 persen tamu adalah orang Jakarta yang traveling. Saya kira kota-kota besar adalah pasar potensial untuk hotel bintang dua.”
Saat ini, MetLand tengah mengkaji lima kota lain yang dinilai prospektif sebagai lokasi budget hotel, namun Nanda masih enggan menyebutkan satu persatu. Dia hanya mengatakan, dana yang digunakan untuk membangun sebuah budget hotel mencapai Rp20 miliar – Rp30 miliar, di luar investasi lahan.
Untuk membangun budget hotel tersebut, Metland memakai dua opsi, yakni membangun di atas lahan sendiri, atau bekerjasama dengan pemilik lahan. “Kami membuka diri untuk bekerjasama dengan para investor, pemilik lahan untuk pengembangan bisnis budget hotel ini,” kata Nanda.
Anto Erawan
Last edited: