Kalina
Moderator
Tiba di AS Pas Kapten Penolongnya Dibunuh di Iraq
Bertugas di medan perang Iraq tak membuat Kapten Brian Freeman kehilangan belas kasih dan kepedulian terhadap sesama. Di sela tugasnya yang penuh risiko, Freeman dan beberapa rekannya mengupayakan keberangkatan Ali, bocah Iraq yang menderita cacat jantung, ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani operasi. Sayang, saat Ali menginjakkan kaki di AS pada 20 Januari lalu, Freeman mengembuskan napas terakhir di tangan pemberontak Iraq.
Pekan lalu, janda Freeman, Charlotte, menerima kembali barang-barang pribadi yang dibawa sang suami ke medan perang. Salah satunya adalah PlayStation portabel yang biasa menemani istirahat Freeman di Iraq. Saat Charlotte mengenang kembali sang suami melalui barang-barang pribadi tersebut, Ali sedang menjalani tahap penting kehidupannya. Bocah laki-laki 11 tahun itu menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Long Island, New York.
Sadar Freeman tak mungkin menyaksikan kesembuhan Ali, Charlotte memutuskan mewakilinya. Selasa lalu, dia meninggalkan rumahnya di Temecula, California, untuk menjenguk Ali di Rumah Sakit Anak Schneider di Long Island. Dalam kesempatan itu, dia juga membawa video game yang menjadi teman setia Freeman saat bertugas di Iraq. "Saya ingin memberikannya kepada Ali sebagai tanda persahabatan," kata Charlotte. Dia berharap, persahabatan Ali dan Freeman yang berawal di Iraq itu berlanjut, meski kini sang suami berada di alam baka.
Menurut Charlotte, pada hari markasnya diserang pemberontak, Freeman diberi tahu bahwa dokumen keberangkatan Ali ke AS sudah lengkap. Artinya, tujuan Freeman untuk membantu bocah malang itu tercapai. Beberapa jam kemudian, Freeman dan tiga serdadu lain diculik dan dibunuh pemberontak Iraq. "Setelah Freeman dilaporkan meninggal, rekan-rekannya di unit yang sama memberitahukan kasus Ali kepada saya. Kami pun mengontak Gift of Life International untuk mewujudkan harapan Freeman," kata Charlotte.
Selanjutnya, yayasan tersebut mengurus persiapan operasi Ali, termasuk dana yang dibutuhkan. Yayasan yang sama juga dihubungi Freeman semasa hidupnya untuk mengurus perjalanan Ali ke AS. Saat itu, Gift of Life International berhasil menggalang dana USD 10.000 (sekitar Rp 90 juta) untuk membiayai kebutuhan Ali dan seorang bocah Iraq lain yang hingga saat ini belum tiba di AS. Dana yang terkumpul tersebut dipakai untuk membayar ongkos perjalanan Ali dan bocah itu plus biaya operasi mereka.
"Saya ingin berterima kasih kepada rekan-rekan satu unit Brian yang sudah membantu dia mewujudkan janjinya kepada Ali," kata Charlotte dalam konferensi pers bersama Ali di kantin rumah sakit. Melalui penerjemah, Ali yang saat itu mengenakan baju hangat abu-abu menyampaikan terima kasih kepada Freeman dan istrinya, staf rumah sakit, dan pihak lain yang membantunya. Dia juga mengaku sangat merindukan keluarganya di Iraq.
Bertugas di medan perang Iraq tak membuat Kapten Brian Freeman kehilangan belas kasih dan kepedulian terhadap sesama. Di sela tugasnya yang penuh risiko, Freeman dan beberapa rekannya mengupayakan keberangkatan Ali, bocah Iraq yang menderita cacat jantung, ke Amerika Serikat (AS) untuk menjalani operasi. Sayang, saat Ali menginjakkan kaki di AS pada 20 Januari lalu, Freeman mengembuskan napas terakhir di tangan pemberontak Iraq.
Pekan lalu, janda Freeman, Charlotte, menerima kembali barang-barang pribadi yang dibawa sang suami ke medan perang. Salah satunya adalah PlayStation portabel yang biasa menemani istirahat Freeman di Iraq. Saat Charlotte mengenang kembali sang suami melalui barang-barang pribadi tersebut, Ali sedang menjalani tahap penting kehidupannya. Bocah laki-laki 11 tahun itu menjalani operasi jantung di Rumah Sakit Long Island, New York.
Sadar Freeman tak mungkin menyaksikan kesembuhan Ali, Charlotte memutuskan mewakilinya. Selasa lalu, dia meninggalkan rumahnya di Temecula, California, untuk menjenguk Ali di Rumah Sakit Anak Schneider di Long Island. Dalam kesempatan itu, dia juga membawa video game yang menjadi teman setia Freeman saat bertugas di Iraq. "Saya ingin memberikannya kepada Ali sebagai tanda persahabatan," kata Charlotte. Dia berharap, persahabatan Ali dan Freeman yang berawal di Iraq itu berlanjut, meski kini sang suami berada di alam baka.
Menurut Charlotte, pada hari markasnya diserang pemberontak, Freeman diberi tahu bahwa dokumen keberangkatan Ali ke AS sudah lengkap. Artinya, tujuan Freeman untuk membantu bocah malang itu tercapai. Beberapa jam kemudian, Freeman dan tiga serdadu lain diculik dan dibunuh pemberontak Iraq. "Setelah Freeman dilaporkan meninggal, rekan-rekannya di unit yang sama memberitahukan kasus Ali kepada saya. Kami pun mengontak Gift of Life International untuk mewujudkan harapan Freeman," kata Charlotte.
Selanjutnya, yayasan tersebut mengurus persiapan operasi Ali, termasuk dana yang dibutuhkan. Yayasan yang sama juga dihubungi Freeman semasa hidupnya untuk mengurus perjalanan Ali ke AS. Saat itu, Gift of Life International berhasil menggalang dana USD 10.000 (sekitar Rp 90 juta) untuk membiayai kebutuhan Ali dan seorang bocah Iraq lain yang hingga saat ini belum tiba di AS. Dana yang terkumpul tersebut dipakai untuk membayar ongkos perjalanan Ali dan bocah itu plus biaya operasi mereka.
"Saya ingin berterima kasih kepada rekan-rekan satu unit Brian yang sudah membantu dia mewujudkan janjinya kepada Ali," kata Charlotte dalam konferensi pers bersama Ali di kantin rumah sakit. Melalui penerjemah, Ali yang saat itu mengenakan baju hangat abu-abu menyampaikan terima kasih kepada Freeman dan istrinya, staf rumah sakit, dan pihak lain yang membantunya. Dia juga mengaku sangat merindukan keluarganya di Iraq.