Kalina
Moderator
SIDOARJO - Upaya Timnas Penanggulangan Lumpur Lapindo menyumbat semburan lumpur dengan bola-bola beton dimulai kemarin sore. Teknik penyumbatan dengan metode HDCB (high density chained ball) itu dimulai dengan memasukkan (insersi) untaian pertama bola-bola beton ke kawah lumpur.
"Untaian pertama kami masukkan ke kawah sekitar pukul setengah empat sore tadi (kemarin, Red)," kata Juru Bicara Timnas Rudi Novrianto kemarin. Meski bola sukses masuk ke kawah semburan, kawat baja sling yang digunakan untuk mengerek untaian bola itu terputus. Akibatnya, insersi pertama tak dapat dilanjutkan sesuai rencana.
Pada insersi itu, Timnas berencana memasukkan lima untaian bola beton. Prosesnya, masing-masing untai dimasukkan satu per satu dengan selang waktu sekitar satu jam. "Tapi, karena kawat slingnya putus, kami lanjut besok (hari ini, Red)," kata Rudi.
Walau demikian, lanjut Rudi, tanda-tanda bahwa teknik HDCB itu akan berhasil mulai terlihat. Untaian pertama yang dimasukkan ke kawah lumpur kemarin diperkirakan berhasil mencapai permukaan tanah keras. "Untaian pertama yang kami masukkan ke kawah itu dilengkapi benang ukur dan alat sensor tekanan. Setelah kami ukur, untaian pertama tersebut bisa tenggelam sampai kedalaman 700 meter," jelas Rudi.
Pada penjelasan tentang metode HDCB sebulan lalu, Timnas mengatakan bahwa keberhasilan teknik itu harus diawali dengan tenggelamnya untaian bola beton ke dasar kawah semburan. Setiap untai terdiri atas dua bola besar dan dua bola kecil. Bola besar masing-masing berdiameter 40 sentimeter. Berat setiap bola berat 40 kilogram. Bola yang kecil, masing-masing berdiameter 20 cm dengan berat 16-17 kilogram.
Jika ditotal, berat setiap untai bola beton tersebut 112-114 kilogram. Sempat dikhawatirkan untaian bola beton itu tak dapat tenggelam ke dasar kawah karena kuatnya tekanan semburan. "Kalau untaian bola beton itu cuma melayang-layang di antara semburan lumpur, harus kami analisis lagi, apakah teknik itu dapat diteruskan atau tidak," jelas Koordinator Monitoring Bidang Keahlian Sifat Magnetis Sedimen Tim Insersi HDCB Satria Bijaksana.
Satria pernah mengatakan, pelaksanaan teknik senilai Rp 3 miliar itu berpotensi gagal. Potensi kegagalan yang utama, jelas Satria, jika untaian bola beton tidak tenggelam ke dasar kawah. Potensi kegagalan berikutnya, jika untaian bola beton tidak masuk tepat ke lubang kawah lumpur. "Masalahnya, data yang kami miliki sangat minim. Kami belum tahu persis posisi lubang kawah dan besar tekanan semburan," tuturnya.
Data tersebut, imbuh Satria, baru dapat diperoleh setelah insersi pertama terlaksana. Sebab, dalam insersi pertama itu, salah satu untaian bola beton dilengkapi alat sensor tekanan.
Alat tersebut berfungsi mengetahui posisi HDCB di dalam kawah, serta berfungsi memberikan gambaran tentang geometri dasar kawah. "Kalau tahap itu berhasil dilaksanakan, baru kami masukkan untaian-untaian berikutnya, secara bertahap," beber Satria. Total HDCB yang akan digunakan 374 untai.
Proses insersi pertama sendiri kemarin nyaris gagal. Sebelum memasukkan untaian bola beton pertama ke dalam kawah, Timnas menyurvei posisi kawah menggunakan sonar.
Peralatan sonar tersebut dipasang pada kawat sling yang dibentangkan antara dua tower crane di tepi barat dan timur kawah lumpur. "Untuk mengetahui posisi kawah, sonar itu digerakkan ke barat dan timur, persis cara kerja scanner," jelas Rudi.
Timnas memulai tahap survei posisi kawah sekitar pukul 09.00. Namun, sekitar pukul 12.30 proses itu terhenti. Penyebabnya, angin kencang berembus di sekitar kawah lumpur sehingga posisi tower crane labil. "Padahal, proses scanning-nya tinggal sekitar 2 meter. Tapi, kami sudah mengetahui posisi kawah dan bentuknya. Tinggal sedikit penyempurnaan," kata Rudi.
Sekitar pukul 13.00 embusan angin mereda. Timnas kembali berusaha melanjutkan proses insersi. Namun, datang awan gelap yang disusul hujan deras. Baru sekitar pukul 14.30 cuaca agak bersahabat. "Begitu hujan reda, kami segera memulai proses insersi pertama. Proses itu berakhir sekitar pukul setengah lima sore," ujar Rudi.
"Untaian pertama kami masukkan ke kawah sekitar pukul setengah empat sore tadi (kemarin, Red)," kata Juru Bicara Timnas Rudi Novrianto kemarin. Meski bola sukses masuk ke kawah semburan, kawat baja sling yang digunakan untuk mengerek untaian bola itu terputus. Akibatnya, insersi pertama tak dapat dilanjutkan sesuai rencana.
Pada insersi itu, Timnas berencana memasukkan lima untaian bola beton. Prosesnya, masing-masing untai dimasukkan satu per satu dengan selang waktu sekitar satu jam. "Tapi, karena kawat slingnya putus, kami lanjut besok (hari ini, Red)," kata Rudi.
Walau demikian, lanjut Rudi, tanda-tanda bahwa teknik HDCB itu akan berhasil mulai terlihat. Untaian pertama yang dimasukkan ke kawah lumpur kemarin diperkirakan berhasil mencapai permukaan tanah keras. "Untaian pertama yang kami masukkan ke kawah itu dilengkapi benang ukur dan alat sensor tekanan. Setelah kami ukur, untaian pertama tersebut bisa tenggelam sampai kedalaman 700 meter," jelas Rudi.
Pada penjelasan tentang metode HDCB sebulan lalu, Timnas mengatakan bahwa keberhasilan teknik itu harus diawali dengan tenggelamnya untaian bola beton ke dasar kawah semburan. Setiap untai terdiri atas dua bola besar dan dua bola kecil. Bola besar masing-masing berdiameter 40 sentimeter. Berat setiap bola berat 40 kilogram. Bola yang kecil, masing-masing berdiameter 20 cm dengan berat 16-17 kilogram.
Jika ditotal, berat setiap untai bola beton tersebut 112-114 kilogram. Sempat dikhawatirkan untaian bola beton itu tak dapat tenggelam ke dasar kawah karena kuatnya tekanan semburan. "Kalau untaian bola beton itu cuma melayang-layang di antara semburan lumpur, harus kami analisis lagi, apakah teknik itu dapat diteruskan atau tidak," jelas Koordinator Monitoring Bidang Keahlian Sifat Magnetis Sedimen Tim Insersi HDCB Satria Bijaksana.
Satria pernah mengatakan, pelaksanaan teknik senilai Rp 3 miliar itu berpotensi gagal. Potensi kegagalan yang utama, jelas Satria, jika untaian bola beton tidak tenggelam ke dasar kawah. Potensi kegagalan berikutnya, jika untaian bola beton tidak masuk tepat ke lubang kawah lumpur. "Masalahnya, data yang kami miliki sangat minim. Kami belum tahu persis posisi lubang kawah dan besar tekanan semburan," tuturnya.
Data tersebut, imbuh Satria, baru dapat diperoleh setelah insersi pertama terlaksana. Sebab, dalam insersi pertama itu, salah satu untaian bola beton dilengkapi alat sensor tekanan.
Alat tersebut berfungsi mengetahui posisi HDCB di dalam kawah, serta berfungsi memberikan gambaran tentang geometri dasar kawah. "Kalau tahap itu berhasil dilaksanakan, baru kami masukkan untaian-untaian berikutnya, secara bertahap," beber Satria. Total HDCB yang akan digunakan 374 untai.
Proses insersi pertama sendiri kemarin nyaris gagal. Sebelum memasukkan untaian bola beton pertama ke dalam kawah, Timnas menyurvei posisi kawah menggunakan sonar.
Peralatan sonar tersebut dipasang pada kawat sling yang dibentangkan antara dua tower crane di tepi barat dan timur kawah lumpur. "Untuk mengetahui posisi kawah, sonar itu digerakkan ke barat dan timur, persis cara kerja scanner," jelas Rudi.
Timnas memulai tahap survei posisi kawah sekitar pukul 09.00. Namun, sekitar pukul 12.30 proses itu terhenti. Penyebabnya, angin kencang berembus di sekitar kawah lumpur sehingga posisi tower crane labil. "Padahal, proses scanning-nya tinggal sekitar 2 meter. Tapi, kami sudah mengetahui posisi kawah dan bentuknya. Tinggal sedikit penyempurnaan," kata Rudi.
Sekitar pukul 13.00 embusan angin mereda. Timnas kembali berusaha melanjutkan proses insersi. Namun, datang awan gelap yang disusul hujan deras. Baru sekitar pukul 14.30 cuaca agak bersahabat. "Begitu hujan reda, kami segera memulai proses insersi pertama. Proses itu berakhir sekitar pukul setengah lima sore," ujar Rudi.