Bolehkah Mengucapkan Selamat Hari Natal?

T-Rex

New member
Syaikh Al-Utsaimin pernah ditanya tentang hukum memberi ucapan selamat hari natal kepada orang kafir (Nasrani). Bagaimana membalas ucapan selamat mereka jika mereka memberi selamat? Bolehkah kita pergi ke tempat-tempat perayaan acara natal? Berdosakah jika seseorang melakukan hal-hal tadi tanpa bermaksud merayakannya, tetapi hanya sekedar basa-basi, malu atau sungkan, atau karena sebab-sebab lain? Bolehkah menyerupai orang-orang kafir dengan menyelenggarakan acara-acara seperti itu?

Syaikh Al-Utsaimin pernah ditanya tentang hukum memberi ucapan selamat hari natal kepada orang kafir (Nasrani). Bagaimana membalas ucapan selamat mereka jika mereka memberi selamat? Bolehkah kita pergi ke tempat-tempat perayaan acara natal? Berdosakah jika seseorang melakukan hal-hal tadi tanpa bermaksud merayakannya, tetapi hanya sekedar basa-basi, malu atau sungkan, atau karena sebab-sebab lain? Bolehkah menyerupai orang-orang kafir dengan menyelenggarakan acara-acara seperti itu?

Jawab:
Memberi ucapan selamat kepada orang-orang kafir pada hari natal atau hari-hari besar keagamaan mereka lainnya hukumnya haram menurut kesepakatan ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qoyyim di dalam kitabnya Ahkam Ahli Adz-Dzimmah. Beliau menulis, ''Adapun memberi ucapan selamat untuk syiar-syiar khusus orang kafir, maka haram hukumnya menurut kesepakatan (ulama). Misalnya memberi ucapan selamat untuk hari-hari besar mereka atau puasa-puasa mereka dengan mengucapkan, ''semoga hari raya kalian diberkati'' atau ''selamat hari raya untuk kalian'', dan ucapan semisalnya. Sekalipun pengucapnya bukan orang kafir, tetapi ucapan itu termasuk perkara-perkara yang diharamkan. Hal itu sama saja dengan memberi selamat atas sujud mereka kepada salib, bahkan lebih besar dosanya di sisi Allah subhanahu wa ta'ala dan lebih dibenci oleh-Nya daripada selamat kepada orang yang minum minuman keras, menghilangkan nyawa orang, berzina dan sebagainya.

Banyak orang yang tidak memiliki pengetahuan agama yang baik jatuh ke dalam kesalahan-kesalahan seperti itu dan tidak menyadari kejelekan perbuatannya itu. Barangsiapa memberi ucapan selamat kepada seseorang atas kemaksiatan, bid'ah, atau kekafiran yang telah dilakukannya, maka sungguh dia telah (berani) menantang kemurkaan rnAllah.

Keharaman memberi ucapan selamat kepada orang-orang kafir atas hari-hari besar keagamaan mereka seperti yang disebutkan Ibnul Qoyyim di atas disebabkan di dalam ucapan tersebut terkandung pengakuan dan kerelaan atas syiar-syiar kekafiran yang mereka anut. Kalaupun dia tidak merasa rela dengan kekafiran tersebut untuk dirinya sendiri, namun tetap saja seorang muslim diharamkan merasa rela dengan syiar-syiar kekafiran untuk orang lain atau memberi ucapan selamat kepada orang lain atas syiar-syiar kekafiran tersebut. Hal itu karena Allah subnahahu wa ta'ala tidak rela dengan tindakan seperti itu sebagaimana yang Dia sebutkan dalam firman-Nya berikut:

''Jika kaliannkafir, maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman) kalian dan Dia tidak rela kekafiran bagi hamba-hamba-Nya; dan jika kalian bersyukur, niscaya Dia meridhai kesyukuran kalian itu.'' (QS. Az-Zumar: 7).

''Pada hari ini, telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian dan telah Kucukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam menjadi agama kalian.'' (QS. Al-Maidah: 3).

Memberi ucapan selamat kepada orang-orang kafir dalam hal-hal semacam itu adalah haram, baik mereka adalah partnernya (rekannya) dalam pekerjaan atau bukan.

Kemudian, jika mereka memberi ucapan selamat kepada kita pada hari-hari raya mereka, maka kita tidak boleh menjawabnya, karena hari-hari itu bukanlah hari-hari raya agama kita. Juga, karena Allah tidak rela dengan hari-hari raya itu. Karena bisa jadi hari raya itu bid'ah buatan mereka atau memang disyariatkan dalam agama mereka, akan tetapi telah dihapus dengan datangnya agama Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Muhammad untuk seluruh manusia. Allah berfirman tentang agama Islam:

''Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima darinya, dan di akhirat kelak dia termasuk orang-orang yang merugi.'' (QS Ali Imran: 85).

Memenuhi undangan acara perayaan natal yang mereka selenggarakan adalah haram hukumnya karena hal itu lebih parah daripada sekedar mengucapkan selamat natal kepada mereka, karena berarti dia telah ikut serta dalam acara tersebut.

Kaum muslimin diharamkan juga tasyabbuh (meniru-niru) orang-orang kafir dengan mengadakan acara-acara perayaan hari natal, saling memberi hadiah atau parcel, meliburkan kerja, dan yang semisalnya berdasarkan sabda Nabi shalallahu alaihi wa salam:

''Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka''. (HR Imam Ahmad).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidha' ash-Shirat al-Mustaqim menulis, ''Tindakan menyerupai mereka (orang-orang kafir) dalam berhari raya mengakibatkan mereka bangga dengan kebatilan yang selama ini mereka lakukan. Dan hal itu akan mendorong mereka lebih bersemangat memanfaatkan segala kesempatan yang ada dan merendahkan orang-orang yang lemah.''

Jadi, barangsiapa melakukan hal-hal tersebut berarti dia telah berdosa, baik kelakuannya itu dengan alasan basa-basi, tenggang rasa, sungkan, maupun karena alasan-alasan lainnya. Karena semua itu termasuk sikap mudahanah (mengorbankan agama untuk kepentingan dunia) dalam agama dan termasuk di antara sebab-sebab yang menguatkan dan menumbuhkan kebanggaan orang-orang kafir dengan agama mereka.

Allah-lah yang kita mintai pertolongan-Nya untuk memuliakan kaum muslimin, menganugerahkan kekokohan dalam beragama, dan menolong mereka menghadapi musuh. Sesungguhnya Dia Maha Kuat dan Maha Perkasa. Wallahu a'lam bish shawab.

Diambil dari: Majalah Fatawa Vol. 02/I/ Syawal 1423 H - 2002 M
 
Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

Penulis: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan



Hukum menyambut dan merayakan hari Raya non Muslim (Natal/Tahun Baru/Imlek, red)

Sesungguhnya di antara konsekwensi terpenting dari sikap membenci orang-orang kafir ialah menjauhi syi'ar dan ibadah mereka. Sedangkan syi'ar mereka yang paling besar adalah hari raya mereka, baik yang berkaitan dengan tempat maupun waktu. Maka orang Islam berkewajiban menjauhi dan meninggalkannya.

Ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk meminta fatwa karena ia telah bernadzar memotong hewan di Buwanah (nama sebuah tempat), maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menanyakan kepadanya (yang artinya) : " Apakah disana ada berhala, dari berhala-berhala orang Jahiliyah yang disembah ?" Dia menjawab, "Tidak". Beliau bertanya, "Apakah di sana tempat dilaksanakannya hari raya dari hari raya mereka ?" Dia menjawab, "Tidak". Maka Nabi bersabda, "Tepatillah nadzarmu, karena sesungguhnya tidak boleh melaksanakan nadzar dalam maksiat terhadap Allah dalam hal yang tidak dimiliki oleh anak Adam"
[Hadits Riwayat Abu Daud dengan sanad yang sesuai dengan syarat Al-Bukhari dan Muslim]

Hadits diatas menunjukkan, tidak bolehnya menyembelih untuk Allah di bertepatan dengan tempat yang digunakan menyembelih untuk selain Allah ; atau di tempat orang-orang kafir merayakan pesta atau hari raya. Sebab hal itu berarti mengikuti mereka dan menolong mereka di dalam mengagungkan syi'ar-syi'ar mereka, dan juga karena menyerupai mereka atau menjadi wasilah yang mengantarkan kepada syirik. Begitu pula ikut merayakan hari raya (hari besar) mereka mengandung wala' (loyalitas) kepada mereka dan mendukung mereka dalam menghidupkan syi'ar-syi'ar mereka.

Di antara yang dilarang adalah menampakkan rasa gembira pada hari raya mereka, meliburkan pekerjaan (sekolah), memasak makanan-makanan sehubungan dengan hari raya mereka (kini kebanyakan berpesiar, berlibur ke tempat wisata, konser, acara musik, diakhiri mabuk-mabukan atau perzinaan, red).

Dan diantaranya lagi ialah mempergunakan kalender Masehi, karena hal itu menghidupkan kenangan terhadap hari raya Natal bagi mereka. Karena itu para shahabat menggunakan kalender Hijriyah sebagai gantinya.

Syaikhul Islam Ibnu Timiyah berkata, "Ikut merayakan hari-hari besar mereka tidak diperbolehkan karena dua alasan".

Pertama. Bersifat umum, seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa hal tersebut berarti mengikuti ahli Kitab, yang tidak ada dalam ajaran kita dan tidak ada dalam kebiaasaan Salaf. Mengikutinya berarti mengandung kerusakan dan meninggalkannya terdapat maslahat menyelisihi mereka. Bahkan seandainya kesamaan yang kita lakukan merupakan sesuatu ketetapan semata, bukan karena
mengambilnya dari mereka, tentu yang disyari'atkan adalah menyelisihiya karena dengan menyelisihinya terdapat maslahat seperti yang telah diisyaratkan di atas. Maka barangsiapa mengikuti mereka, dia telah kehilangan maslahat ini sekali pun tidak melakukan mafsadah (kerusakan) apapun, terlebih lagi kalau dia melakukannya.

Alasan Kedua.
Karena hal itu adalah bid'ah yang diada adakan. Alasan ini jelas menunjukkan bahwa sangat dibenci hukumnya menyerupai mereka dalam hal itu".

Beliau juga mengatakan, "Tidak halal bagi kaum muslimin ber-Tasyabuh (menyerupai) mereka dalam hal-hal yang khusus bagi hari raya mereka ; seperti, makanan, pakaian, mandi, menyalakan lilin, meliburkan kebiasaan seperti bekerja dan beribadah ataupun yang lainnya. Tidak halal mengadakan kenduri atau memberi hadiah atau menjual barang-barang yang diperlukan untuk hari raya tersebut. Tidak halal mengizinkan anak-anak ataupun yang lainnya melakukan permainan pada hari itu, juga tidak boleh menampakkan perhiasan.

Ringkasnya, tidak boleh melakukan sesuatu yang menjadi ciri khas dari syi'ar mereka pada hari itu. (Dalam Iqtidha Shirathal Mustaqim, pentahqiq Dr Nashir Al-'Aql 1/425-426).

Hari raya mereka bagi umat Islam haruslah seperti hari-hari biasanya, tidak ada hal istimewa atau khusus yang dilakukan umat Islam. Adapun jika dilakukan hal-hal tersebut oleh umat Islam dengan sengaja [1] maka berbagai golongan dari kaum salaf dan khalaf menganggapnya makruh. Sedangkan pengkhususan seperti yang tersebut di atas maka tidak ada perbedaan di antara ulama, bahkan sebagian ulama menganggap kafir orang yang melakukan hal tersebut, karena dia telah mengagungkan syi'ar-syi'ar kekufuran.

Segolongan ulama mengatakan. "Siapa yang menyembelih kambing pada hari raya mereka (demi merayakannya), maka seolah-olah dia menyembelih babi". Abdullah bin Amr bin Ash berkata, "Siapa yang mengikuti negera-negara 'ajam (non Islam) dan melakukan perayaan Nairuz [2] dan Mihrajan [3] serta menyerupai mereka sampai ia meninggal dunia dan dia belum bertobat, maka dia akan dikumpulkan bersama mereka pada Hari Kiamat.


Footnote :
[1] Mungkin yang dimaksud (yang benar) adalah 'tanpa sengaja'.
[2] Nairuz atau Nauruz (bahasa Persia) hari baru, pesta tahun baru Iran yang
bertepatan dengan tanggal 21 Maret -pent.
[3] Mihrajan, gabungan dari kata mihr (matahari) dan jan (kehidupan atau
ruh), yaitu perayaan pada pertengahan musim gugur, di mana udara tidak panas
dan tidak dingin. Atau juga merupakan istilah bagi pesta yang diadakan untuk
hari bahagia -pent.

(Dinukil dari tulisan Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan, dalam kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy[Edisi Indonesia, Kitab Tauhid 1])

Bagaimana semestinya sikap Muslim yang tepat menyikapi hari raya Natal/Tahun Baru/Non Muslim lainnya ?

Berikut nasihat dari Komisi Tetap Saudi Arabia

"Sesungguhnya nikmat terbesar yang diberikan oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala kepada hamba-Nya adalah nikmat Islam dan iman serta istiqomah di atas jalan yang lurus. Allah Subhannahu wa Ta'ala telah memberitahukan bahwa yang dimaksud jalan yang lurus adalah jalan yang ditempuh oleh hamba-hamba-Nya yang telah diberi nikmat dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhadaa dan sholihin (Qs. An Nisaa :69).

Jika diperhatikan dengan teliti, maka kita dapati bahwa musuh-musuh Islam sangat gigih berusaha mema-damkan cahaya Islam, menjauhkan dan menyimpangkan ummat Islam dari jalan yang lurus, sehingga tidak lagi istiqomah.Hal ini diberitahukan sendiri oleh Allah Ta'ala di dalam firman-Nya, diantaranya, yang artinya: "Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesung-guh-Nya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. 2:109)

Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala yang lain, artinya: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, mengapa kamu menghalang-halangi dari jalan Allah orang-orang yang telah beriman, kamu menghendakinya menjadi beng-kok, padahal kamu menyaksikan". Allah sekali-kali tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan. (QS. 3:99)

Firman ALLAH (yang artinya) : " Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menta'ati orang-orang yang kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu kebelakang (kepada kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi". (QS. 3:149)

Salah satu cara mereka untuk menjauhkan umat Islam dari agama (jalan yang lurus)yakni dengan menyeru dan mempublikasikan hari-hari besar mereka ke seluruh lapisan masyara-kat serta dibuat kesan seolah-oleh hal itu merupakan hari besar yang sifatnya umum dan bisa diperingati oleh siapa saja. Oleh karena itu, Komisi Tetap Urusan Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi telah memberikan fatwa berkenaan dengan sikap yang seharusnya dipegang oleh setiap muslim terhadap hari-hari besar orang kafir.Secara garis besar fatwa yang dimaksud adalah:

Sesungguhnya kaum Yahudi dan Nashara menghubungkan hari-hari besar mereka dengan peristiwa-peritiwa yang terjadi dan menjadikannya sebagai harapan baru yang dapat memberikan keselamatan, dan ini sangat tampak di dalam perayaan milenium baru (tahun 2000 lalu), dan sebagian besar orang sangat sibuk memperangatinya, tak terkecuali sebagian saudara kita -kaum muslimin- yang terjebak di dalamnya. Padahal setiap muslim seharusnya menjauhi hari besar mereka dan tak perlu menghiraukannya.

Perayaan yang mereka adakan tidak lain adalah kebatilan semata yang dikemas sedemikian rupa, sehingga kelihatan menarik. Di dalamnya berisikan pesan ajakan kepada kekufuran, kesesatan dan kemungkaran secara syar'i seperti: Seruan ke arah persatuan agama dan persamaan antara Islam dengan agama lain. Juga tak dapat dihindari adanya simbul-simbul keagamaan mereka, baik berupa benda, ucapan ataupun perbuatan yang tujuannya bisa jadi untuk menampakkan syiar dan syariat Yahudi atau Nasrani yang telah terhapus dengan datangnya Islam atau kalau tidak agar orang menganggap baik terhadap syariat mereka, sehingga biasnya menyeret kepada kekufuran. Ini merupakan salah satu cara dan siasat untuk menjauhkan umat Islam dari tuntunan agamanya, sehingga akhirnya merasa asing dengan agamanya sendiri.

Telah jelas sekali dalil-dalil dari Al Quran, Sunnah dan atsar yang shahih tentang larangan meniru sikap dan perilaku orang kafir yang jelas-jelas itu merupakan ciri khas dan kekhususan dari agama mereka, termasuk di dalam hal ini adalah Ied atau hari besar mereka.Ied di sini mencakup segala sesuatu baik hari atau tempat yang diagung-agungkan secara rutin oleh orang kafir, tempat di situ mereka berkumpul untuk mengadakan acara keagamaan, termasuk juga di dalam hal ini adalah amalan-amalan yang mereka lakukan. Keseluruhan waktu dan tempat yang diagungkan oleh orang kafir yang tidak ada tuntunannya di dalam Islam, maka haram bagi setiap muslim untuk ikut mengagungkannya.

Larangan untuk meniru dan memeriahkan hari besar orang kafir selain karena adanya dalil yang jelas juga dikarenakan akan memberi dampak negatif, antara lain:
Orang-orang kafir itu akan merasa senang dan lega dikarenakan sikap mendukung umat Islam atas kebatilan yang mereka lakukan.
Dukungan dan peran serta secara lahir akan membawa pengaruh ke dalam batin yakni akan merusak akidah yang bersangkutan secara bertahap tanpa terasa.
Yang paling berbahaya ialah sikap mendukung dan ikut-ikutan terhadap hari raya mereka akan menumbuhkan rasa cinta dan ikatan batin terhadap orang kafir yang bisa menghapuskan keimanan.Ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta'ala, (yang artinya) : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya o-rang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (QS. 5:51)

Dari uraian di atas, maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang mengakui Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi dan rasul, untuk ikut merayakan hari besar yang tidak ada asalnya di dalam Islam, tidak boleh menghadiri, bergabung dan membantu terselenggaranya acara tersebut.Karena hal ini termasuk dosa dan melanggar batasan Allah.Dia telah melarang kita untuk tolong-menolong di dalam dosa dan pelanggaran, sebagaimana firman Allah, (yang artinya) : "Dan tolong-menolonglah kamu di dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya." (QS. 5:2)

Tidak diperbolehkan kaum muslimin memberikan respon di dalam bentuk apapun yang intinya ada unsur dukungan, membantu atau memeriahkan perayaan orang kafir, seperti : iklan dan himbauan; menulis ucapan pada jam dinding atau fandel; menyablon/membuat baju bertuliskan perayaan yang dimaksud; membuat cinderamata dan kenang-kenangan; membuat dan mengirimkan kartu ucapan selamat; membuat buku tulis;memberi keistimewaan seperti hadiah /diskon khusus di dalam perdagangan, ataupun(yang banyak terjadi) yaitu mengadakan lomba olah raga di dalam rangka memperingati hari raya mereka. Kesemua ini termasuk di dalam rangka membantu syiar mereka.

Kaum muslimin tidak diperbolehkan beranggapan bahwa hari raya orang kafir seperti tahun baru (masehi), atau milenium baru sebagai waktu penuh berkah(hari baik) yang tepat untuk memulai babak baru di dalam langkah hidup dan bekerja, di antaranya adalah seperti melakukan akad nikah,memulai bisnis, pembukaan proyek-proyek baru dan lain-lain. Keyakinan seperti ini adalah batil dan hari tersebut sama sekali tidak memiliki kelebihan dan ke-istimewaan di atas hari-hari yang lain.

Dilarang bagi umat Islam untuk mengucapkan selamat atas hari raya orang kafir, karena ini menunjukkan sikap rela terhadapnya di samping memberikan rasa gembira di hati mereka.Berkaitan dengan ini Ibnul Qayim rahimahullah pernah berkata, "Mengucapkan selamat terhadap syiar dan simbol khusus orang kafir sudah disepakati kaha-ramannya seperti memberi ucapan selamat atas hari raya mereka, puasa mereka dengan mengucapkan, "Selamat hari raya (dan yang semisalnya), meskipun pengucapnya tidak terjeru-mus ke dalam kekufuran, namun ia telah melakukan keharaman yang besar, karena sama saja kedudukannya dengan mengucapkan selamat atas sujudnya mereka kepada salib. Bahkan di hadapan Allah, hal ini lebih besar dosanya daripada orang yang memberi ucapan selamat kapada peminum khamar, pembunuh, pezina dan sebagainya. Dan banyak sekali orang Islam yang tidak memahami ajaran agamanya, akhirnya terjerumus ke dalam hal ini, ia tidak menyadari betapa besar keburukan yang telah ia lakukan. Dengan demikian, barang siapa memberi ucapan selamat atas kemaksiatan, kebid'ahan dan lebih-lebih kekufuran, maka ia akan berhadapan dengan murka Allah". Demikian ucapan beliau rahimahullah!

Setiap muslim harus merasa bangga dan mulia dengan hari rayanya sendiri termasuk di dalam hal ini adalah kalender dan penanggalan hijriyah yang telah disepakati oleh para shahabat Radhiallaahu anhu, sebisa mungkin kita pertahan kan penggunaannya, walau mungkin lingkungan belum mendukung. Kaum muslimin sepeninggal shahabat hingga sekarang (sudah 14 abad), selalu menggunakannya dan setiap pergantian tahun baru hijriyah ini, tidak perlu dengan mangadakan perayaan-perayaan tertentu.
Demikianlah sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap mukmin, hendaknya ia selalu menasehati dirinya sendiri dan berusaha sekuat tenaga menyelamatkan diri dari apa-apa yang menyebabkan kemurkaan Allah dan laknatNya. Hendaknya ia mengambil petunjuk hanya dari Allah dan menjadikan Dia sebagai penolong.

(Dinukil dari Fatwa Komisi Tetap untuk Penelitian Ilmiyah dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi tentang Perayaan Milenium Baru tahun 2000.
Tertanda
Ketua: Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Alu Syaikh
Anggota: Syaikh Abdullah bin Abdur Rahman Al-Ghadyan, Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid, Syakh Shalih bin Fauzan Al Fauzan)

(Dikutip dari terjemah Kitab At-Tauhid Lish-Shaffil Awwal Al-Aliy, Edisi Indonesia, Kitab Tauhid, Penulis Dr Shalih bin Fauzan)
 
Re: Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

jaman sekarang kan banyak banget orang2 islam yg salah mengartikan Al-Quran/hadits yg membawa nama islam dimata dunia menjadi hancur + identik dengan kekerasan + terorisme . Sebenarnya apa sih yg kalian ambil dari Al Quran itu ? sudah jelas2 kekerasan kepada sesama manusia itu dilarang tapi masih ada aja yg berpikiran sempit mengatasnamakan agama berbuat kekerasan. Tolong ya, jgn buat nama islam lebih buruk lagi, kenapa nggak menerapkan prinsip "bagiku agamaku dan bagimu agamamu"
 
Re: Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

u mang gila yah...kita semua hidup bersama jangan anggap agama u \yang paling bener,ingat sejarah arab adalah negara barbar( negara gila) dan muhamad adalah yang paling bijak diantara mereka,u harusnya bisa liat sejarah..islam adalah agama yang paling baru tapi menggangap dirinya yang paling benar..islam muncul karena di arab pada jaman itu dah parah keadaannya makanya nabi muhammad dikuburkan disana..gak usah jauh jauh deh u bisa liat kan TKW kita yang diperkosa di ARAB...u keliatannya cuma memperhatikan Hadis2,tapi gak pernah memperhatikan kata2 muhammad so yang ada diotak u cuma kebenciaan diluar ISLAM..
 
knapa sich u benci bener ma anak2 ALLAH (Nasrani),u mikir gak perkataan perkataan muhammad,u gak bisa hidup sendiri kita semua saling membutuhkan saling tolong menolong...jangan anggap u paling bener..g pengen ktemu u nichh..kita saling ngebahas jangan cuma u bisanya ngajak orang lain ngemusuhin agama lain,g jg bingung kenapa diajaran agama u bisanya cuma ngajak ribut orang,,g jadi bingung apa disalah artikan ato u yang salah mengartikan..gara gara u ini g jadi beranggapan ISLAM memang agama yang tidak ada pri kemanusiaan..
 
duh yang buka thread tidak bijaksana ya? walaupun itu bukan tulisannya sendiri, mestinya hal-hal seperti ini di jaga oleh moderator.
OK, kalau saya sih mengucapkan selamat hari raya ke pada pemeluk agama yang lagi merayakan sih sah-sah saja, kalau nyaman melakukannya.
yang tidak boleh mengucapkan selamat hari ya itu; orang yang bisu karena tidak bisa berbicara.... :))
 
mana kasihmu!!! where is the Love??? by : BEP
kejam btul jadi orang..... KASIHILAH SESAMAMU SEPERTI KAMU MENGASIHI DIRIMU SENDIRI, DOA KAN LAH MUSUHMU AGAR DIA TAU APA YANG DIA PERBUAT TERHADAPMU. ingat itu yahh...
 
Re: Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

nah btul itu..... setuju gue... perkosa aja dalam otaknya... where is the love ???
 
Yang tidak diperbolehkan adalah mengucapkan "selamat natal", kalau mengucapkan "selamat merayakan natal" justru diperbolehkan.

Menghadiri perayaan natal juga tidak diperbolehkan, tetapi memberi kesempatan sekaligus menjaga kesuksesan pelaksanaan ibadah natal dianjurkan.

Bukan karena benci, bukan karena iri tapi karena ketaatan pada Ilahi.
Islam-nasrani tetap bersaudara walaupun pokok ajarannya berbeda
Tidak ada satu agamapun didunia yang mengajarkan iri, dengki, permusuhan, kekerasan, dan hal-hal yang negatif lainnya
 
Menghadiri perayaan natal juga tidak diperbolehkan, tetapi memberi kesempatan sekaligus menjaga kesuksesan pelaksanaan ibadah natal dianjurkan.

Bukan karena benci, bukan karena iri tapi karena ketaatan pada Ilahi.
Islam-nasrani tetap bersaudara walaupun pokok ajarannya berbeda
Tidak ada satu agamapun didunia yang mengajarkan iri, dengki, permusuhan, kekerasan, dan hal-hal yang negatif lainnya

bner bgt bro.., dlm agama kita memang melarang'y.., "agamu bagi agamamu,agamaku bagi agamaku",
islam melakukan itu semata mata untuk taat kepada tuhan kita ( Allah SWT. )
 
Re: Hukum menyambut hari Natal/non muslim & Tahun Baru

Saya sangat setuju sayang ayat alqor,an tdk tertera utk lbh menguatkan cuma artinya saja, dan juga kalau isinya lebih mendalam dan mudah dicerna bagi orang. Terus kalau dapat dimasukkan selebarannya pada masjid dpt diberikan pada kaum muslim sehabis jumat, juga sekolah2/rmh sakit bernuansa islam spy umat islam tdk terjerumus lebih dalam, apalagi sekarang banyak ahklak orang islam yang sdh menyimpang dari keislamamannya, bahkan tayangan media tv, iklan, pentas2 dll sudah banyak yang merusak.
 
Kayaknya dulu pernah dapat selebarannya dech.
Masalah ini sudah ada dalam fatwa MUI saat Buya Hamka jadi Ketua MUI Pusat
 
T-Rex, T-Rex. Kamu itu benar2 manusia paling bodoh. Yang mengatakan di luar Islam tidak ada keselamatan adalah orang yang terlalu angkuh terhadap Allah-nya dan sok tahu tentang Allah-nya. Apa orang itu dapet Allah yang salah ya ??? He...he...
Kamu itu cuma bisa bikin onar...
Suka mecah belah persatuan.. Orang seperti kamulah yang harus banyak belajar.. Kamu itu terlalu suka sama fatwa ttg haram dan hallal yang dikeluarkan ulama. Padahal itu hukum buatan manusia...
 
jawaban singkat bolehkah orang islam mengucapkan selamat natal : Boleh , yang tidak boleh adalah ikut melaksanakan natal
 
Back
Top