Redbastard
New member
"Dua turis perempuan berkulit putih berjalan sigap menembus kerumunan puluhan pengasong suvenir berupa hasil kerajinan tangan dan kain di pelataran Candi Borobudur siang itu. Saat para pengasong terus menyodorkan suvenir, wajah dua perempuan itu makin merengut. Berkali-kali keduanya menggeleng dan menggerakan tangan mereka menampik cas cis cus para pedagang yang merayu mereka. Pengasong yang terbata-bata bahasa asing berusaha merayu kedua turis itu, tapi mereka tetap tidak mau membeli suvenir.
Pemandangan seperti itu juga terjadi di sudut lain bagian candi, setiap hari. seolah tanpa jera, para pengasong setiap hari mengadu peruntungan di area candi. Tidak sedikit turis yang merasa jengkel karena ulah pengasong."
Hal tersebut merupakan sebagian contoh dari penyebab hampir di coretnya Borobudur dari daftar warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 2003 silam. Banyaknya pengasong di kawasan candi memang sempat menimbulkan wacana agar Candi Borobudur tidak lagi menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. UNESCO memperingatkan bahwa banyaknya pengasong mempengaruhi status warisan budaya dunia.
Peringatan UNESCO itu direspons pengelola Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB) akan tetapi, lemahnya koordinasi antara pengelola TWCB dan pemerintah yang minim membuat usaha mereka untuk membuat Candi Borobudur terlihat lebih tertib dan nyaman bagi para turis, membuat para pengasong tetap membandel. Berjubelnya para pengasong membuat halaman depan Borobudur tampak kumuh. Banyak tenda-tenda untuk berjualan yang tidak rapi dan penjualpun bisa seenaknya sendiri mendekati wisatawan.
Firman Napitupulu, Kasubdit Pengembangan Kawasan Wilayah II Ditjen Tata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum, berujar bahwa Indonesia memang tidak bisa memenuhi persyaratan world heritage yang diajukan oleh UNESCO. Contoh lainnya adalah banyaknya areal persawahan di sekitar Borobudur yang telah dikuasai para investor untuk dibangun menjadi hotel. Papan Reklame, menara dan sebagainya tidak boleh dipasang di sekitar Borobudur. Belum lagi ulah tangan-tangan jahil yang mencorat-coret di dinding candi. Ditambah lagi keberadaan pkl dan pengasong yang tidak tertib dalam berjualan membuat 'penderitaan' Borobudur semakin terasa lengkap.
Apalagi UNESCO sudah menggulirkan dana untuk pemeliharaan Borobudur sebagai world heritage Mau tidak mau, baik dari pemerintah pusat maupun daerah harus tetap membuka mata akan 'teguran' UNESCO tersebut dengan cara membenahi permasalahan2 yang bisa membuat Candi Borobudur tercoret dari warisan Budaya Dunia. Sayangnya, semenjak peringatan tersebut diluncurkan sejak tahun 2003, namun sampai akhir 2010, satu permasalah, pengasong saja, belum terselesaikan.
Haruskah kita menunggu sampai Candi Borobudur tercoret dari daftar warisan Kebudayaan Dunia??? |