rafed
New member
Bulan Purnama Picu Pelepasan Energi di Lempeng Bumi
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan ) Dr Thomas Djamaluddin meminta masyarakat waspada setiap kali terjadi bulan purnama atau bulan baru.
Efek pasang maksimum bulan-matahari bisa juga memicu pelepasan energi di lempeng bumi berupa gempa. Karena itu sebagai kawasan berpotensi gempa Indonesia maka masyarakat perlu mewaspadainya, kata Djamaluddin di Jakarta, Rabu.
Disebutkan dalam siaran pers itu, gaya diferensial dua arah menuju atau menjauhi bulan-matahari berpotensi mengganggu struktur lempeng bumi di daerah perbatasan malam dan siang.
"Hal ini dapat dipahami karena pelepasan energi saat gempa Aceh terjadi pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan saat gempa Yogyakarta pukul 06.00 WIB," katanya.
Data tentang gempa besar di Indonesia yang berdampak pada kerusakan parah terjadi di sekitar bulan baru atau purnama.
Ia memberi contoh antara lain gempa Alor (12/11 2004) terjadi menjelang bulan baru (28 Ramadhan 1425), gempa Nabire (26/11 2004) terjadi menjelang purnama 13 Syawal 1425, gempa Aceh (26/12 2004) terjadi saat purnama 14 Dzulqaidah 1425, gempa Simeulue (26/2 2005) terjadi setelah purnama (16 Muharam 1426).
Demikian pula gempa Nias (28/3 2005) setelah purnama (17 Safar 1426), gempa Mentawai (10/4 2005) terjadi pada bulan baru (1 Rabiul Awal 1426) dan gempa Yogya (27/5 2006) terjadi menjelang bulan baru (29 Rabiuts Tsaniah 1427).
Berdasarkan pengalaman kejadian pihaknya mengusulkan agar para pakar memasukkan faktor astronomi efek pasang bulan-matahari pada analisis peringatan dini meteorologis-geofisis.
Banyak masyarakat menganggap aneh peristiwa gelombang pasang pada 17 dan 18 Mei lalu yang terjadi secara tiba-tiba menghantam pesisir yang luas hingga tujuh meter. Demikian pula peristiwa banjir tiba-tiba di Surabaya tanpa hujan.
Dari sisi kajian penelitian, fenomena pasang air laut maksimum saat bulan baru menjadi penyebab utama dengan indikasi gelombang pasang sebagai efek penguatan antara fenomena pasang maksimum dan angin.
Pada saat bulan purnama atau bulan baru , air pasang akibat gravitasi bulan diperkuat oleh gravitasi matahari yang berada hampir dalam satu garis. Akibatnya air laut naik lebih tinggi dari pasang biasa.
Air pasang makin tinggi bila posisi bulan dan matahari segaris dan jaraknya dari bumi pada posisi terdekat, ujarnya.
Pada Mei 2007, deklinasi bulan dan matahari hanya beda sedikit dan jarak bulan dan bumi hampir pada posisi terdekat yakni hanya 362.307 km dari rata-rata 384.401 km.(*)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfir dan Iklim Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan ) Dr Thomas Djamaluddin meminta masyarakat waspada setiap kali terjadi bulan purnama atau bulan baru.
Efek pasang maksimum bulan-matahari bisa juga memicu pelepasan energi di lempeng bumi berupa gempa. Karena itu sebagai kawasan berpotensi gempa Indonesia maka masyarakat perlu mewaspadainya, kata Djamaluddin di Jakarta, Rabu.
Disebutkan dalam siaran pers itu, gaya diferensial dua arah menuju atau menjauhi bulan-matahari berpotensi mengganggu struktur lempeng bumi di daerah perbatasan malam dan siang.
"Hal ini dapat dipahami karena pelepasan energi saat gempa Aceh terjadi pada pagi hari sekitar pukul 08.00 WIB dan saat gempa Yogyakarta pukul 06.00 WIB," katanya.
Data tentang gempa besar di Indonesia yang berdampak pada kerusakan parah terjadi di sekitar bulan baru atau purnama.
Ia memberi contoh antara lain gempa Alor (12/11 2004) terjadi menjelang bulan baru (28 Ramadhan 1425), gempa Nabire (26/11 2004) terjadi menjelang purnama 13 Syawal 1425, gempa Aceh (26/12 2004) terjadi saat purnama 14 Dzulqaidah 1425, gempa Simeulue (26/2 2005) terjadi setelah purnama (16 Muharam 1426).
Demikian pula gempa Nias (28/3 2005) setelah purnama (17 Safar 1426), gempa Mentawai (10/4 2005) terjadi pada bulan baru (1 Rabiul Awal 1426) dan gempa Yogya (27/5 2006) terjadi menjelang bulan baru (29 Rabiuts Tsaniah 1427).
Berdasarkan pengalaman kejadian pihaknya mengusulkan agar para pakar memasukkan faktor astronomi efek pasang bulan-matahari pada analisis peringatan dini meteorologis-geofisis.
Banyak masyarakat menganggap aneh peristiwa gelombang pasang pada 17 dan 18 Mei lalu yang terjadi secara tiba-tiba menghantam pesisir yang luas hingga tujuh meter. Demikian pula peristiwa banjir tiba-tiba di Surabaya tanpa hujan.
Dari sisi kajian penelitian, fenomena pasang air laut maksimum saat bulan baru menjadi penyebab utama dengan indikasi gelombang pasang sebagai efek penguatan antara fenomena pasang maksimum dan angin.
Pada saat bulan purnama atau bulan baru , air pasang akibat gravitasi bulan diperkuat oleh gravitasi matahari yang berada hampir dalam satu garis. Akibatnya air laut naik lebih tinggi dari pasang biasa.
Air pasang makin tinggi bila posisi bulan dan matahari segaris dan jaraknya dari bumi pada posisi terdekat, ujarnya.
Pada Mei 2007, deklinasi bulan dan matahari hanya beda sedikit dan jarak bulan dan bumi hampir pada posisi terdekat yakni hanya 362.307 km dari rata-rata 384.401 km.(*)