Burungpun Tahu Berterimakasih Kepada Pemberi Hidup

Mrs_Sumart1

New member
Dapat dikatakan enam puluh sampai tujuh puluh persen suasana hati akan tidak menyenangkan saat berdoa. Tidak jarang kebosanan menyerang. Hal seperti ini adalah lumrah bagi seorang pendoa. Tuhanpun mengerti keadaan ini dan Ia tetap mendukung kita. Semakin keruh suasana hati namun tetap berdoa dan berharap kepadaNya menunjukkan kekuatan iman seseorang dan bukan sebaliknya. Momen ini pasti terjadi dalam kehidupan semua orang tanpa kecuali.
Alasan kenapa Tuhan menjawab doa, dikarenakan seseorang tidak menyerah meskipun logikanya mengatakan tidak mungkin dan demikian juga dengan perasaannya. Manusia tidak ada yang sempurna dan Tuhan tahu itu, manusialah sering menyangkalnya. Banyak yang mengatakan mereka tidak punya iman serta banyak kelemahan. Lebih buruk lagi mereka lupa Tuhan telah memberi kasih karunia kepada kita untuk selalu dapat berhubungan denganNya, meskipun keadaan kita mengatakan tidak untuk berdoa. Dibutuhkan seumur hidup untuk mengubah karakter serta kelemahan kita. Dibutuhkan seumur hidup pula untuk berdoa dan berharap kepadaNya. Sekali seseorang menganggap ia sempurna maka kesombongan dan kehancuran telah menunggu.

Kita akan belajar banyak hal-hal yang aneh dan ajaib yang pasti dilakukan Tuhan, lanjut teman saya. Tuhan akan melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh kita. Kepercayaan kepadaNya akan meningkat saat Ia menjawab doa-doa. Saat kita menoleh kebelakang dan bertanya ,"Kenapa Dia menjawab doa saya meskipun Ia terasa jauh saat saya berdoa?", merupakan suatu misteri kebaikan Tuhan bagi yang mau merenungkannya. Dan ,"Kenapa Ia menjawab doa saya meskipun karakter saya belum berubah ?" merupakan dorongan Tuhan kepada kita untuk tetap bertumbuh dan tidak menyerah . Tuhan mengetahui diperlukan waktu tahunan untuk mengubah satu saja kebiasaan buruk seseorang

Tuhan memakai satu kejadian atau peristiwa untuk menciptakan mujizat yang akan membantu kita lepas dari kesulitan. Awalnya kita tidak merasakan tetapi kita mulai menyadari seiring berjalannya waktu. Tanpa peristiwa ini bisa jadi nyawa keluarga kita atau orang yang kita cintai akan lenyap dengan sia-sia dan meninggalkan luka seumur hidup.

Pernahkah anda berpikir bahwa burungpun dapat dijadikan Tuhan sebagai pemicu untuk menyelamatkan jiwa seseorang diakhir hayatnya? Pernahkah anda berpikir seekor burungpun tahu berterima kasih kepada manusia entah bagaimana caranya? Dan burung yang tahu berterima kasih ini sanggup menggerakkan binatang lainnya untuk menolong disaat keputus asaan datang menerpa entah dengan cara apa?. Berikut salah satu dari sekian banyak kesaksian teman saya. Kesaksian yang benar-benar aneh dan ajaib.

Saya telah berjanji untuk tidak memelihara burung . Saya pernah memelihara seekor burung Jalak selama 13 tahun. Burung ini sangat jinak, saya yang memberi makan dan minum. Dimalam hari burung ini dilepas diruang tamu untuk bermain. Jalak burung yang jinak dan setia. Bila lepas dari sangkar ia akan kembali lagi.

Akhir kehidupan burung ini terjadi saat saya kuliah. Kesibukan perkuliahan membuat saya lupa memberi makan dan minum sehingga ibu saya yang memberinya makan. Jalak yang dulunya ramah menjadi burung yang pemarah bila saya beri makan. Akhirnya ibu saya yang memberinya makan dengan setia. Jalak mati karena tuanya dan sejak itu saya berjanji untuk tidak memelihara burung lagi.

Dua belas tahun sejak kematian jalak, saya menyewa kamar dikota tempat saya bekerja. Dibelakang rumah terdapat sangkar dan kandang burung merpati, perkutut, tekukur. Burung-burung terpelihara dengan baik dalam arti cukup diberi makan dan minum. Saya selalu melewati kandang dan sangkar ( ada tujuh sangkar) saat menuju kamar mandi. Saya tidak begitu mempedulikan burung-burung ini kecuali seekor burung peranakan merpati dan tekukur. Itupun dalam arti sekedar melihat dan tidak lebih.

Burung-burung ini beranak pinak dan sebagian dijual. Pada masa itu didaerah kami berkeliaran tikus-tikus. Tikus-tikusnya ada yang besar dan yang lebih mencengangkan mereka berani berkeliaran disiang hari. Kucing sendiri takut dengan tikus-tikus ini. Saya heran dan selalu bertanya kenapa kucingnya yang takut. Dan tidak dapat menemukan jawaban.

Dua tahun sejak saya tinggal dirumah tersebut, tikus-tikus sudah mulai memangsa burung-burung. Tikus-tikus menyerang malam dan siang hari, memotong kawat besi kandang burung dengan giginya dan dengan mudah mematahkan sangkar yang terbuat dari kayu. Korban pun berjatuhan. Kucing liar yang mondar-mandir disekitar kandang tidak dapat berbuat apa-apa bahkan kucingnya yang ketakutan.

Bapak pemilik rumah pada saat yang sama memiliki banyak kesibukan. Makanan burung masih tercukupi tetapi minumannya sering habis. Awalnya saya tidak peduli karena saya tidak memperhatikan keadaanya. Lambat laun saya terpaksa memperhatikannya. Kejadian diawali saat saya memperhatikan sangkar burung dikala panas terik. Saya melihat burung tekukur diam saja meskipun minumannya sudah habis. Iseng-iseng saya isi kembali air ketempat minumannya. Seketika itu juga kepala-kepala burung langsung masuk ke dalam tempat minum dan minum sepuas-puasnya. Saya terkejut melihat betapa hausnya burung-burung ini. Ada perasaan sedih dan belas kasihan melihat bagaimana burung ini kehausan tetapi tidak dapat mengatakan "haus" kecuali ada yang memperhatikannya. Tetapi kejadian ini belum cukup berbekas dihati saya.

Suatu ketika seekor merpati yang biasanya menyayi setiap pagi berhenti bernyanyi. Awalnya saya tidak memperhatikannya. Setelah lima hari saya melihat sarangnya dan menemukan airnya kering. Saya terkejut membayangkan betapa haus dan diamnya burung ini . Terkejut karena ia berharap ada yang mengerti bahwa dia haus tetapi tidak ada yang peduli. Saya putuskan untuk mengisi air ini dan kembali burung ini mencelupkan kepalanya kedalam air dan minum sepuas-puasnya. Esok hari burung ini mulai benyanyi. Akhirnya hati saya luluh dan memutuskan untuk mencek minuman semua burung.

Keadaan burung sudah lebih baik karena sudah dua orang yang memberi minum yaitu bapak yang punya rumah dan saya. Tiga bulan kemudian saya mulai mengerti kapan burung-burung ini haus. Pada saat saya menuju kamar mandi dan mereka semua berdiri bergerombol didekat pintu kandang/sangkar sambil memandang saya , saya tahu mereka sudah haus dan saya mengisi kembali minumannya.

Saat itu juga tikus-tikus sering mengganggu, membunuh burung yang muda. Tikus-tikus menerkam kepala dan langsung membunuh burung. Awalnya saya memperbaiki bagian kandang atau sangkar yang bolong. Hasilnya tidak banyak membantu. Saya juga memastikan kandang dan sangkar tertutup dengan baik tetapi hasilnya tidak memadai. Saya benar-benar putus asa dan tidak tahu berbuat apa-apa. Pernah dicoba memelihara jangkrik yang berbunyi dimalam hari. Usaha ini berhasil mengusir tikus tetapi kami tidak dapat tidur akibat suara ribut jangkrik. Berharap menjaga kandangnya setiap jam adalah tidak mungkin. Berharap agar pemiliknya menjaga dengan lebih ketatpun tidak mungkin. Berharap kepada kucing apalagi, kucing aja takut sama tikus. Terkadang saya berpikir dan kesal sambil bertanya,,"Kenapa Tuhan menciptakan kucing yang takut dengan tikus".

Setelah melalui pergumulan yang berat, saya putuskan berdoa meminta agar Tuhan menjaga burung-burung. Saya tidak tahu apakah Tuhan peduli dengan mereka. Setahu saya Tuhan mati untuk manusia termasuk saya tetapi bukan untuk merpati-merpati ini. Saya tidak tahu apakah Mazmur 127:1,2 bisa dipakai untuk berdoa bagi Tuhan agar Dia menjaga merpati ini. Tetapi mencoba selalu lebih baik dari pada tidak. Saya sendiri tidak yakin dengan ide ini tetapi jalan lain sudah tertutup kecuali yang satu ini.

Awalnya saya berdoa setiap hari, tiga bulan kemudian saya mendoakannya satu kali dalam satu minggu. Semakin saya bedoa semakin menggila serangan tikus-tikusnya. Satu tahun kemudian hasilnya adalah nihil besar. Saya benar-benar menyerah dan berkata kepada Tuhan, " Saya menyerah. Kalau Engkau tidak peduli kepada mereka, akupun tidak peduli". Doapun saya hentikan.

Saat saya kekamar mandi dimalam hari, dua hari kemudian, saya terkejut melihat seekor kucing liar duduk disekitar kandang burung. Saya juga memperhatikan tikus tidak menyerang lagi, saya menganggap ini kebetulan. Dihari-hari berikut hal yang sama terjadi lagi. Awalnya saya tidak percaya tetapi itulah yang terjadi. Tuhan telah mengirim beberapa kucing untuk menjaga kandangnya. Yang lebih hebat lagi kucing-kucing liar ini bekerja bergantian, ada yang menjaga pagi, siang dan malam seperti ada yang mengatur secara kasat mata. Kucing-kucing tidak takut kepada tikus-tikus yang besar seperti kucing lainnya dan yang lebih aneh lagi mereka tidak mengganggu anak-anak ayam atau binatang yang ada disekitar kandang dan sangkar burung. Saat saya memandang mata kucing-kucing, saya melihat tatapan persahabatan seperti yang dipancarkan oleh manusia biasa. Dan sayapun mulai menghargai kucing-kucing liar yang ada dilingkungan saya karena peristiwa ini.

Bapak saya mengidap kanker menjelang Natal, satu tahun setelah kejadian ini. Bapak belum lahir baru dan masih memegang jimat-jimat. Saya sudah mendoakan bapak sejak dua tahun sebelumnya dan hasilnya masih nihil. Sangat sedih mengalami keadaan ini, yang lebih berat adalah bapak jauh dari Tuhan. Saya merasakan tekanan yang begitu kuat dan berpikir, "Apa yang akan terjadi bila bapak dipanggilNya dan belum mengenal Yesus?". "Adalah sangat menyedihkan jika kita dapat menolong saudara-saudara seiman tetapi tidak dapat menolong orang yang paling kita cintai". "Apa gunanya pelayanan saya selama ini bagi orang lain tetapi bapak sendiri tidak dapat menerima Yesus". Saya merasa sangat malu pada diri sendiri.

Kekuatan untuk berdoa bagi kesehatan bapak saya sudah tidak ada. Saya benar-benar tidak yakin akan doa saya tetapi tetap berdoa juga. Hampir setiap malam dan pagi saya berdoa diberanda rumah. Kamar tidur bukan lagi tempat yang aman untuk berdoa. Menyebut nama Tuhan merupakan beban yang berat, rasanya tidak adil kenapa penyakit menyerang bapak. Saat duduk diberanda depan, seekor kucing jantan liar berekor pendek lewat didepan saya. Warnanya abu-abu, jalannya lambat cenderung agak malas dan ia duduk dua meter dari saya. Awalnya saya tidak tertarik padanya, akhirnya saya menyadari kucing ini selalu datang saat saya duduk diluar sejak enam bulan lalu. Entah kebetulan atau tidak saya tidak tahu. Ia mempunyai kebiasaan aneh, senang duduk dibawah bunga berlama-lama sambil mencium bunga sambil pindah dari satu bunga ke bunga lainnya , pandangannya juga bersahabat seperti pandangan manusia tetapi ia akan pergi bila didekati. Saya selalu tersenyum melihat ia datang dan keadaan ini sudah cukup untuk membangkitkan semangat saya bekerja atau berdoa tanpa saya sadari.

Selama pergumulan doa untuk kesehatan bapak saya, kucing ini melakukan beberapa tindakan lebih aneh lagi. Ia akan duduk di lantai, menjaga pintu keluar atau duduk dikursi beranda saat saya diberanda baik untuk sekedar duduk atau berdoa atau saat saya tidur di kursi beranda. Sepertinya ia dikirim untuk menghibur saya dan mengatakan semuanya akan baik-baik. Saya terharu dengan tingkahnya dan mengucap syukur kepadaNya bahwa Tuhan mengirim seekor (bukan seorang ) penghibur saat saya mengalami pergumulan yang berat.

Bulan Mei setelah Natal bapak saya dipanggil menghadapNya. Saya bersyukur bapak akhirnya menerima Yesus sebelum dipanggilNya dan telah membuang semua jimat-jimatnya. Saudara-saudara saya mengatakan wajah bapak bersinar saat menghadap Tuhan. Dan bahkan ada tetangga yang mengatakan," Rumah anda aneh. Biasanya setelah ada yang meninggal kesan rumah akan suram tetapi rumah anda tidak suram (cerah) dan damai".

Sampai sekarang saya tidak mengerti bagaimana satu keadaan yang kedengarannya mustahil dapat memicu mujizat untuk menyelamatkan jiwa. Dan saya enggan membayangkan apa yang akan terjadi seandainya saya tidak memberi minum burung-burung ditempat saya. Saya juga tidak mengerti bagaimana kejadian yang dimulai dengan menyelamatkan burung-burung akhirnya dapat menyelamatkan jiwa bapak saya. Tetapi saya yakin dan percaya ,"Tidak ada hal yang kecil bagi Tuhan, semua hal adalah besar bila dilakukan dengan hati yang tulus meskipun dimulai dari burung merpati atau apa saja yang dianggap kecil".

Tahukah anda bagaimana komentar saya bila ditanya, " Bagaimana perasaan anda setelah bapak anda menerima Yesus dan dipanggilNya?"

Saya akan jawab," Saya tidak merasa bapak saya meninggal, saya hanya merasakan bapak pergi bekerja dan suatu saat kami akan bertemu kembali
 
Back
Top