jmw01
New member
KAIRO – Dewan Air Arab pada akhir sesi kedua konferensi internasional menyebutkan mengenai pencurian air Arab di kawasan Palestina yang dilakukan oleh Israel.
Konferensi tersebut mempersiapkan dan mengkoordinasi pembelaan hak-hak Arab atas air yang dicuri Israel dari tanah Arab terjajah di Palestina, Libanon, dan Syiria.
Seorang tentara Israel membawa galon berisi air di depan warga palestina
yg semakin putus asa akan menipisnya cadangan air. Dewan Air Arab dalam kedua konferensi
internasional menyebutkan mengenai pencurian air Arab di kawasan Palestina yg dilakukan oleh Israel
Juga disepakati mengenai pembangunan pusat informasi dan data keamanan air dan bantuan setelah para peserrta pertemuan mendukung perudingan dunia Arab dengan negara-negara non-Arab mengenai perlindungan hak-hak atas air.
November tahun lalu, seorang akademisi Yordania memprediksikan Israel akan beperang dengan negara tetangga Libanon dan Mesir demi bisa mendapatkan air dari dua negara itu.
Seorang pakar air Arab memperingatkan bahwa memburuknya kekurangan air yang dialami Yaman, yang telah mengakibatkan kerusuhan di masyarakat, akan menyuburkan organisasi-organisasi ekstremis yang bisa memicu konflik dengan negara-negara tetangga.
Dua pandangan tersebut memperlihatkan kekhawatiran di Timur Tengah bahwa pemanasan global, menipisnya cadangan air, dan berkembangnya populasi akan memicu perang untuk memperebutkan air di masa mendatang.
Profesor ilmu politik asal Yordania, Ghazi al-Rababah, dikutip oleh surat kabar yang berbasis di Amman, Al-Arab Al-Yaum, mengatakan bahwa Israel akan terlebih dahulu memerangi Libanon untuk merebut Sunghai Litani yang terletak di perbatasan utara dengan Israel.
Jauh sebelum Israel diciptakan pada 1948, David Ben-Gurion, perdana menteri pertama Israel, mengatakan bahwa mereka harus merebut Litani.
Israel mengalihkan aliran air dari Litani saat menjajah Libanon selatan pada 1978-2000. Al-Rababah mengatakan Israel telah mencuri ratusan juta meter kubik air dari sungai tersebut.
Pada 1989, Israel mencuri air Hasbani dan Wazzani dengan memasang pipa untuk keuntungan mereka. Meski telah menarik diri dari Libanon pada 2000, masih ada banyak sumur artesis (sumur bor) Israel yang menyerap air di perbatasan, mengurangi air tanah di kawasan Libanon.
Israel menggunakan berbagai cara untuk mengendalikan air Sungai Nil, yang panjangnya 6825 kilometer dan memiliki dua sumber utama, Kawasan Danau Ekuator di Sudan Selatan dan dataran tinggi Ethiopia. Dari waktu ke waktu, Israel berusaha bekerja sama dengan Ethiopia dan membangun dam serta fasilitas lain untuk mengontrol air Sungai Nil, mengurangi jatah air Mesir dan menekan Ethiopia agar meminta jatah air lebih banyak.
Israel mengendalikan Sungai Yordan, yang berasal dari Libanon dan Syria, dan menyimpan air sungai tersebut di Danau Tiberiius (Laut Galilee), kemudian mengalirkan air dari utara ke selatan untuk mengaliri Israel. Israel mendapatkan 60% air, sementara Yordania mendapat 25% dan Syria 15%, meski sumber air itu ada dalam perbatasan Syria. Hal itu juga mencegah rakyat Palestina menjangkau Sungai Yordan.
Ketika Israel menjajah Dataran Tinggi Golan, Israel menghalangi Syria memanfaatkan sumber airnya. Hingga saat ini, 30% air Israel berasal dari Dataran Tinggi Golan. Israel juga mencaplok sumber air Syria di Sungai Yarmouk.
Dataran Tinggi Golan adalah sumber utama air yang mengalir ke Sungai Yordan dan Danau Tiberius, yang menjadi sumber air bagi Syria, Yordania, dan Palestina. Itulah yang menjadi alasan penolakan Israel menerahkan kawasan itu dalam negosiasi dengan Syria, karena sumber air.
Meski Israel saat ini berusaha mengatasi kekurangan airnya yang semakin memburuk dengan membangun lokasi desalinasi (penghilangan garam air laut) yang menurut laporan akan dioperasikan pada 2013, al-Rababah menyatakan Israel akan berperang dengan Mesir, tetangganya di selatan, dalam kurun waktu tujuh tahun untuk menguasai Sungai Nil.
Amnesti Internasional tahun lalu melaporkan bahwa Israel mengekang suplai air untuk Jalur Gaza yang dipadati 1,5 juta penduduk Palestina.
Tokoh Arab lainnya yang memprediksikan konflik regional karena air adalah Hosny Khordagui, direktur program pengelolaan air negara-negara Arab untuk Program Pengembangan PBB (UNDP).
Dalam wawancara dengan The Times di London, ia memperingatkan bahwa kekurangan air di Yaman, salah satu negara Arab termiskin, bisa menyebabkan kejahatan dan kekerasan. Sebuah hal yang berpotensi melahirkan konflk dengan negara-negara lain di Laut Merah dan kawasan Tanduk Afrika. (dn/im/up/mm)
Sumber : suaramedia
Konferensi tersebut mempersiapkan dan mengkoordinasi pembelaan hak-hak Arab atas air yang dicuri Israel dari tanah Arab terjajah di Palestina, Libanon, dan Syiria.
Seorang tentara Israel membawa galon berisi air di depan warga palestina
yg semakin putus asa akan menipisnya cadangan air. Dewan Air Arab dalam kedua konferensi
internasional menyebutkan mengenai pencurian air Arab di kawasan Palestina yg dilakukan oleh Israel
Juga disepakati mengenai pembangunan pusat informasi dan data keamanan air dan bantuan setelah para peserrta pertemuan mendukung perudingan dunia Arab dengan negara-negara non-Arab mengenai perlindungan hak-hak atas air.
November tahun lalu, seorang akademisi Yordania memprediksikan Israel akan beperang dengan negara tetangga Libanon dan Mesir demi bisa mendapatkan air dari dua negara itu.
Seorang pakar air Arab memperingatkan bahwa memburuknya kekurangan air yang dialami Yaman, yang telah mengakibatkan kerusuhan di masyarakat, akan menyuburkan organisasi-organisasi ekstremis yang bisa memicu konflik dengan negara-negara tetangga.
Dua pandangan tersebut memperlihatkan kekhawatiran di Timur Tengah bahwa pemanasan global, menipisnya cadangan air, dan berkembangnya populasi akan memicu perang untuk memperebutkan air di masa mendatang.
Profesor ilmu politik asal Yordania, Ghazi al-Rababah, dikutip oleh surat kabar yang berbasis di Amman, Al-Arab Al-Yaum, mengatakan bahwa Israel akan terlebih dahulu memerangi Libanon untuk merebut Sunghai Litani yang terletak di perbatasan utara dengan Israel.
Jauh sebelum Israel diciptakan pada 1948, David Ben-Gurion, perdana menteri pertama Israel, mengatakan bahwa mereka harus merebut Litani.
Israel mengalihkan aliran air dari Litani saat menjajah Libanon selatan pada 1978-2000. Al-Rababah mengatakan Israel telah mencuri ratusan juta meter kubik air dari sungai tersebut.
Pada 1989, Israel mencuri air Hasbani dan Wazzani dengan memasang pipa untuk keuntungan mereka. Meski telah menarik diri dari Libanon pada 2000, masih ada banyak sumur artesis (sumur bor) Israel yang menyerap air di perbatasan, mengurangi air tanah di kawasan Libanon.
Israel menggunakan berbagai cara untuk mengendalikan air Sungai Nil, yang panjangnya 6825 kilometer dan memiliki dua sumber utama, Kawasan Danau Ekuator di Sudan Selatan dan dataran tinggi Ethiopia. Dari waktu ke waktu, Israel berusaha bekerja sama dengan Ethiopia dan membangun dam serta fasilitas lain untuk mengontrol air Sungai Nil, mengurangi jatah air Mesir dan menekan Ethiopia agar meminta jatah air lebih banyak.
Israel mengendalikan Sungai Yordan, yang berasal dari Libanon dan Syria, dan menyimpan air sungai tersebut di Danau Tiberiius (Laut Galilee), kemudian mengalirkan air dari utara ke selatan untuk mengaliri Israel. Israel mendapatkan 60% air, sementara Yordania mendapat 25% dan Syria 15%, meski sumber air itu ada dalam perbatasan Syria. Hal itu juga mencegah rakyat Palestina menjangkau Sungai Yordan.
Ketika Israel menjajah Dataran Tinggi Golan, Israel menghalangi Syria memanfaatkan sumber airnya. Hingga saat ini, 30% air Israel berasal dari Dataran Tinggi Golan. Israel juga mencaplok sumber air Syria di Sungai Yarmouk.
Dataran Tinggi Golan adalah sumber utama air yang mengalir ke Sungai Yordan dan Danau Tiberius, yang menjadi sumber air bagi Syria, Yordania, dan Palestina. Itulah yang menjadi alasan penolakan Israel menerahkan kawasan itu dalam negosiasi dengan Syria, karena sumber air.
Meski Israel saat ini berusaha mengatasi kekurangan airnya yang semakin memburuk dengan membangun lokasi desalinasi (penghilangan garam air laut) yang menurut laporan akan dioperasikan pada 2013, al-Rababah menyatakan Israel akan berperang dengan Mesir, tetangganya di selatan, dalam kurun waktu tujuh tahun untuk menguasai Sungai Nil.
Amnesti Internasional tahun lalu melaporkan bahwa Israel mengekang suplai air untuk Jalur Gaza yang dipadati 1,5 juta penduduk Palestina.
Tokoh Arab lainnya yang memprediksikan konflik regional karena air adalah Hosny Khordagui, direktur program pengelolaan air negara-negara Arab untuk Program Pengembangan PBB (UNDP).
Dalam wawancara dengan The Times di London, ia memperingatkan bahwa kekurangan air di Yaman, salah satu negara Arab termiskin, bisa menyebabkan kejahatan dan kekerasan. Sebuah hal yang berpotensi melahirkan konflk dengan negara-negara lain di Laut Merah dan kawasan Tanduk Afrika. (dn/im/up/mm)
Sumber : suaramedia