Cemburu, Mujianto Racuni 15 Orang
PENYIMPANGAN SEKS
Gara-gara cemburu, seorang pria yang mengaku gay (homoseks) bernama Mujianto alias Genthong (24) meracuni sedikitnya 15 orang pria, yang diduga sama-sama gay, dengan racun tikus. Empat korbannya diketahui tewas, dua selamat, selebihnya belum diketahui keberadaannya dan masih ditelusuri polisi.
Mujianto sehari-hari bekerja sebagai pembantu rumah tangga di kediaman Joko Suprianto di Kota Nganjuk, Jawa Timur. Selain sebagai pembantu, Mujianto merangkap sebagai "istri" Joko, sementara 15 orang yang diracun Mujianto diduga "teman dekat" Joko.
Mujianto meracuni 15 orang sejak 2011 setelah ia merasa majikannya berubah sikap dan tidak lagi perhatian kepada dirinya. Bahkan, janji Joko yang hendak membelikan sepeda motor untuknya belum ditepati.
Menurut Kapolres Nganjuk AKBP Anggoro Sukartono, jumlah 15 korban diracun sebanyak itu diperoleh dari keterangan tersangka. "Awalnya, dia mengaku hanya meracun tujuh orang selama periode Januari-Februai 2012. Dari jumlah itu, dua di antaranya lolos dari maut," ujarnya di Nganjuk, Jawa Timur, Rabu (15/2).
Belakangan setelah didalami polisi, tersangka yang lulusan SMP dan dikenal pendiam itu mengaku sudah meracun delapan orang lainnya dengan jenis racun yang sama selama 2011. Seluruh korban yang dicoba dibunuhnya itu merupakan warga dari luar wilayah Nganjuk.
Empat korban yang tewas diracun Mujianto bernama Ahyani (46), seorang PNS di BLK Pemprov Jatim, warga Kampung Tokelan, Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo; Romadhon (55) warga Desa/Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi; Basori, warga Kabupaten Pacitan; serta Sudarno (42), warga Desa Sukowiyono, Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi, yang identitasnya baru diketahui.
Sementara dua lainnya yang selamat adalah Muhammad Fais (28) warga Desa Kejapanan, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, dan Anton S Sumartono (47) warga Desa Tegalan Pamularang, Kecamatan Lawean, Kabupaten Surakarta, Jawa Tengah.
Mujianto mengaku sudah dua tahun bekerja menjadi pembantu rumah tangga di rumah Joko. Gajinya sebesar Rp 200 ribu sebulan. Namun, ia mengaku banyak diberi hadiah dan sering diajak keluar majikannya saat akhir pekan.
Kepada polisi, Mujianto yang berasal dari Desa Jatikapur, Kecamatan Tarokan, Kabupaten Kediri, ini mengaku, dia tidak kuat menahan cemburu atas perubahan sikap Joko yang sehari-hari adalah seorang guru SMP.
Tersangka curiga, perubahan sikap majikannya itu diakibatkan oleh para pria yang kerap dihubungi Joko. Tersangka kemudian diam-diam menyalin nomor-nomor HP (handphone) para pria yang diduga menjadi pacar sang majikan, lalu menghubungi mereka satu per satu. Dengan dalih diminta oleh Joko untuk menghubungi, para korban diminta datang ke Nganjuk.
Satu per satu pria yang menjadi pesaingnya itu diundang ke Nganjuk. Mujianto kemudian menjemput para korbannya di Stasiun Nganjuk. Korban lalu diajak makan di warung. Di situlah, diam-diam Mujianto memasukkan racun tikus ke dalam makanan atau minuman para korbannya.
Menurut Mujianto, 15 korbannya diajak makan dan minum di warung yang berbeda. Namun, seluruh warung makan itu berada di Kota Nganjuk.
Salah seorang korban yang berhasil lolos dari maut, Muhammad Faiz (28), warga Gempol Pasuruan, menceritakan, dirinya yang baru saja menempuh perjalanan jauh langsung menenggak habis es teh pemberian tersangka yang ternyata sudah dibubuhi racun tikus merek Temex 15G. Korban mengaku lemas saat melanjutkan perjalanan.
Kondisi korban yang makin tak berdaya itu dijadikan alasan tersangka untuk menghentikan kendaraan di depan sebuah rumah warga. Kepada pemilik rumah, tersangka pura-pura meminta tolong membantu korban yang sedang mabuk perjalanan.
Berdalih akan memberitahu kerabatnya di rumah, tersangka menitipkan korban yang sudah tak berdaya itu kepada pemilik rumah, sambil membawa dompet dan telepon genggam milik korban. Warga yang mulai kewalahan karena korban terus-menerus muntah tanpa henti itu langsung membawanya ke rumah sakit terdekat.
Faiz akhirnya lolos dari maut karena banyak racun keluar bersama muntahan. Namun, sedikitnya empat korban akhirnya menemui ajal.
sumber: Antara/suarakarya-online.com