Kalina
Moderator
Dari Novel Nada Egan (ya Kalina Maryadi)
Session 1
Bab 1
"Namaku Catherine Iskandar. Usiaku 22 tahun. Pekerjaan.. jangan sampai ada yang tau deh.." Tulisan itu sekilas terdengar tampak lebih muda ketimbang usia si penulis.
Cath baru rampung menyelesaikan halaman pembuka web pribadinya. Ia menyisipkan foto wajahnya yang diclose up. Cantik.. menurutnya.
Lalu, telepon berdering. Secepat kilat tangan halusnya yang meraih gagang telepon, dan bicara dengan seseorang di seberang.
Cath: "Oh.. Oke. Aku segera ke sana."
Sebuah tas selempang warna biru muda ia raih dari samping tempat tidur. Tanpa merapikan penampilannya, ia segera keluar dari apartemennya, menuju tempat parkir. Ia sangat buru-buru. Setelah masuk mobil, ia langsung tancap gas. Mobil honda jazz cat biru langitnya keluar dari area sejuknya tempat parkir bawah tanah, langsung tersentuh terik matahari yang legam..
Seorang remaja berlari keluar dari rumah kecil di pinggiran kota. Ia mengenakan seragam putih abu-abu. Rupanya murid SMA. Ia tampak ketakutan. Seragamnya koyak moyak. Di belakangnya seorang berpakaian serupa mengejarnya dengan bengis.
Kemudian terjadilah peristiwa sadis itu. Pembunuhan dan pemerkosaan siswi SMU, oleh pemuda yang diduga adalah teman satu sekolah. Mayatnya ditemukan membusuk di antara tumpukan sampah di TPA Pakusari. Hampir membusuk!
Ilustrasi tadi disampaikan oleh seorang saksi mata yang sempat menyaksikan, namun tak berdaya menolong, karena diancam si pelaku yang wajahnya ditutupi kain hitam.
Untunglah, divisi orang hilang di kepolisian setempat, saat mengkonfirmasi ke divisi pembunuhan, cocok. Keluarga korban juga sudah mengidentifikasi mayat itu. Sesuai dengan hasil test DNA, dan pakaian yang dikenakan.
Sekarang, tinggal mencari pelakunya.
Divisi pembunuhan pun merekrut salah satu kelompok penyelidikan Dewantara, atau Tim D, yang dipimpin oleh Kusnandar Dewantara, alias Pak Kus.
Di kantor Tim D telah berkumpul beberapa anggota yang terkait. Andre, Anjani, Rafi, dan Dahlia. Saat mulai rapat, Cath datang. Ia langsung duduk di antara Dahlia dan Andre.
Pak Kus: "Oke. Nama siswi itu Nindy. Kelas 3 IPS. Barang bukti yang kita punya, tidak terlalu banyak. Dan belum memberikan titik terang soal pelaku. Ini tugas kalian."
Pak Kus menunjukkan beberapa barang bukti berupa kaus olahraga SMU 17 Jember.
Rafi: "Waduh, kalau cuma itu.. Gimana ketemunya?"
Andree: "Gue sih, ada usul. Tadi udah dibicarain sama Pak Kus. Tinggal menunggu persetujuan kalian."
Lalu, Pak Kus menerangkan usul Andree.
Pak Kus: "Salah satu dari kalian menyamar di sekolah itu. Dan, kita juga udah dapet nama-nama yang mesti kalian dekati."
Dahlia: "Menyamar? Jadi apa?"
Andre: "Menyamar jadi siswa. Akan lebih mudah mendekati nama-nama itu."
Anjani: "Gak salah, Ndree? Dari kita gak ada yang tampang SMU lagi. Kecuali.."
Andree: "Cath.. kamu yang akan melakukannya."
Kaget ey! Andree tanpa basa-basi menyebut nama Cath.
Cath: "Aku?"
Semuanya menatap Cath. Memperhatikan gadis yang paling muda dalam Tim D.
Rafi: "Wah iya. Kamu lebih imut dari kita semua."
Cath: "Kok aku, sih?"
Dahlia: "Siapa lagi? Kami percaya sama kamu, Cath."
Pak Kus tertawa.
Pak Kus: "Ya. Kamu cocok banget, Cath.. Saya akan trus semua perizinannya sama kepala sekolah setempat. Cath, kamu siap-siap, ya.."
Cath keluar dari ruang rapat dengan wajah lesu. Andree mengikutinya.
Cath: "Kok kamu gak tanya dulu sama aku?"
Andree: "Gimana mau tanya? Mendadak banget ambil keputusannya."
Cath: "Tapi.. susah banget jadi anak SMU di usia aku yang segini."
Andree mengelus kepala Cath, dan mengacak-acak rambut pendek gadis itu.
Andree: "Ayolah, Sayang.. Mau, ya..? Cuma kamu yang bisa."
Cath: "Ya.. mau gimana lagi.. Kan udah pada sepakat tadi."
Andree memeluk Cath, dan berbisik di telinga gadis itu.
Andree: "Jangan khawatir. Kamu gak kerja sendirian kok. Aku dan yang lain pasti bantu."
Setelah mencapai kesepakatan, antara Pak Kus dan Kepala Sekolah, maka Cath pun sudah disiapkan.
Cath berlatih menjadi siswi SMU mulai dari sifat, hingga penampilannya.
Kepala Sekolah meminjamkan satu set seragam sekolah, lengkap beserta buku-bukunya. Ia bersedia merahasiakan hal ini dari siapa pun. Termasuk para guru.
Hari pertama penyamaran..
Cath bangun pagi-pagi sekali. Ia mendandani dirinya seremaja mungkin.
Kemudian Andree datang.
Andree: "Udah siap?"
Cath: "Udah."
Saat Cath keluar kamar dengan penampilannya yang teen banget..
Andree: "Wow.. Sayang.. Look at you.."
Cath: "Kenapa?"
Andree: "Almost Perfect.."
Cath tersenyum dan berputar-putar.
Andree: "Ayo, cepet berangkat. Siswi baru gak boleh terlambat."
SMU 17 Jember adalah salah satu sekolah negeri favorit di kotanya. Siswa siswinya berprestasi. Heran juga, bisa ada pelaku kriminal di sekolah sebagus ini.
Andree: "Nanti kamu temui dulu kepala Sekolahnya. Dan ini nama-nama yang mesti kamu dekati."
Saat Cath mau membawa catatan itu, Andree melarang.
Andree: "Dihafalin aja satu-satu."
Lalu, ia mencium kening Cath.
Andree: "Hati-hati ya. Utamakan keselamatan."
Cath mengangguk.
Wow! Back to school!
Seperti anak SMU yang baru berlibur panjang, lalu diharuskan kembali ke sekolah. Cath merasa.. kembali ke masa lalu, saat dirinya pertama kali masuk SMU di Surabaya. Semoga saja tidak ada yang mengenalinya sebagai gadis 22 tahun.
Ruang kepala sekolah terletak berseberangan dengan ruang guru. Hanya berjarak dua meter, dipisah dengan bangsal berlantaikan keramik warna biru tua.
Cath mengetuk pintu beberapa kali. Lalu, seorang wanita membukakannya. Diakah kepala sekolahnya? Wow! Cantik sekali, dan juga sangat anggun. Ia tidak mengenakan baju seperti kepala sekolah pada umumnya. Ruangannya juga cenderung lebih santai. Banyak tanaman hias yang asri dan segar.
"Kamu Cath yang.. itu kan?"
Teguran Bu Yasmin membangkitkan Cath dari lamunan sesaatnya.
Cath: "Iya. Saya Cathy Iskandar dari.."
Sebelum Cath menyebutkan pekerjaannya, Bu Yasmin menghentikan.
Yasmin: "Ops.. bentar.."
Ia memeriksa pintu dan jendela. Takut ada yang mendengar, barangkali.
Yasmin: "Oke. Lanjutkan.."
Cath: "Saya dari divisi penyelidikan Tim D. Yang ditugaskan untuk menyelidiki pembunuhan dan pemerkosaan yang menimpa saudari Nindy Mirasih.
Yasmin: "Memang, sebenernya Nindy bukan siswi yang baik. Nilainya jumpalitan menurun. Pergaulannya sangat bebas. Kebanyakan dengan siswa. Sikapnya ketus dan angkuh."
Cath: "Bu Kepala Sekolah tenang saja. Saya akan berusaha keras mencari pelakunya. Dan, kalau anda tau sesuatu, apa pun itu, segera beritau saya."
Yasmin: "Ya. Kita kerja sama saja. Dan, jangan panggil saya Bu. Tapi Mami Yas."
Mami? Agak aneh kalau memanggil seorang kepala sekolah dengan sebutan mami. Apa boleh buat..
Cath: "Oke. Mami Yas.."
Lalu, Mami Yas memanggil seorang guru, yang bersiap mengajar di kelas 3 IPS B, supaya mengajak Cath masuk kelas.
3 IPS B
Ruang kelas yang bersih. Siswa siswinya tertib. Jauh dari kesan kriminal.
Oh.. Hari yang sulit akan segera Cath mulai. Semoga usahanya tidak sia-sia.
Cath menatap satu per satu murid di kelas itu. Semuanya bertampang anak baik-baik. Tapi tetap harus ingat. PENAMPILAN DAPAT MENIPU!
Session 1
Bab 1
"Namaku Catherine Iskandar. Usiaku 22 tahun. Pekerjaan.. jangan sampai ada yang tau deh.." Tulisan itu sekilas terdengar tampak lebih muda ketimbang usia si penulis.
Cath baru rampung menyelesaikan halaman pembuka web pribadinya. Ia menyisipkan foto wajahnya yang diclose up. Cantik.. menurutnya.
Lalu, telepon berdering. Secepat kilat tangan halusnya yang meraih gagang telepon, dan bicara dengan seseorang di seberang.
Cath: "Oh.. Oke. Aku segera ke sana."
Sebuah tas selempang warna biru muda ia raih dari samping tempat tidur. Tanpa merapikan penampilannya, ia segera keluar dari apartemennya, menuju tempat parkir. Ia sangat buru-buru. Setelah masuk mobil, ia langsung tancap gas. Mobil honda jazz cat biru langitnya keluar dari area sejuknya tempat parkir bawah tanah, langsung tersentuh terik matahari yang legam..
Seorang remaja berlari keluar dari rumah kecil di pinggiran kota. Ia mengenakan seragam putih abu-abu. Rupanya murid SMA. Ia tampak ketakutan. Seragamnya koyak moyak. Di belakangnya seorang berpakaian serupa mengejarnya dengan bengis.
Kemudian terjadilah peristiwa sadis itu. Pembunuhan dan pemerkosaan siswi SMU, oleh pemuda yang diduga adalah teman satu sekolah. Mayatnya ditemukan membusuk di antara tumpukan sampah di TPA Pakusari. Hampir membusuk!
Ilustrasi tadi disampaikan oleh seorang saksi mata yang sempat menyaksikan, namun tak berdaya menolong, karena diancam si pelaku yang wajahnya ditutupi kain hitam.
Untunglah, divisi orang hilang di kepolisian setempat, saat mengkonfirmasi ke divisi pembunuhan, cocok. Keluarga korban juga sudah mengidentifikasi mayat itu. Sesuai dengan hasil test DNA, dan pakaian yang dikenakan.
Sekarang, tinggal mencari pelakunya.
Divisi pembunuhan pun merekrut salah satu kelompok penyelidikan Dewantara, atau Tim D, yang dipimpin oleh Kusnandar Dewantara, alias Pak Kus.
Di kantor Tim D telah berkumpul beberapa anggota yang terkait. Andre, Anjani, Rafi, dan Dahlia. Saat mulai rapat, Cath datang. Ia langsung duduk di antara Dahlia dan Andre.
Pak Kus: "Oke. Nama siswi itu Nindy. Kelas 3 IPS. Barang bukti yang kita punya, tidak terlalu banyak. Dan belum memberikan titik terang soal pelaku. Ini tugas kalian."
Pak Kus menunjukkan beberapa barang bukti berupa kaus olahraga SMU 17 Jember.
Rafi: "Waduh, kalau cuma itu.. Gimana ketemunya?"
Andree: "Gue sih, ada usul. Tadi udah dibicarain sama Pak Kus. Tinggal menunggu persetujuan kalian."
Lalu, Pak Kus menerangkan usul Andree.
Pak Kus: "Salah satu dari kalian menyamar di sekolah itu. Dan, kita juga udah dapet nama-nama yang mesti kalian dekati."
Dahlia: "Menyamar? Jadi apa?"
Andre: "Menyamar jadi siswa. Akan lebih mudah mendekati nama-nama itu."
Anjani: "Gak salah, Ndree? Dari kita gak ada yang tampang SMU lagi. Kecuali.."
Andree: "Cath.. kamu yang akan melakukannya."
Kaget ey! Andree tanpa basa-basi menyebut nama Cath.
Cath: "Aku?"
Semuanya menatap Cath. Memperhatikan gadis yang paling muda dalam Tim D.
Rafi: "Wah iya. Kamu lebih imut dari kita semua."
Cath: "Kok aku, sih?"
Dahlia: "Siapa lagi? Kami percaya sama kamu, Cath."
Pak Kus tertawa.
Pak Kus: "Ya. Kamu cocok banget, Cath.. Saya akan trus semua perizinannya sama kepala sekolah setempat. Cath, kamu siap-siap, ya.."
Cath keluar dari ruang rapat dengan wajah lesu. Andree mengikutinya.
Cath: "Kok kamu gak tanya dulu sama aku?"
Andree: "Gimana mau tanya? Mendadak banget ambil keputusannya."
Cath: "Tapi.. susah banget jadi anak SMU di usia aku yang segini."
Andree mengelus kepala Cath, dan mengacak-acak rambut pendek gadis itu.
Andree: "Ayolah, Sayang.. Mau, ya..? Cuma kamu yang bisa."
Cath: "Ya.. mau gimana lagi.. Kan udah pada sepakat tadi."
Andree memeluk Cath, dan berbisik di telinga gadis itu.
Andree: "Jangan khawatir. Kamu gak kerja sendirian kok. Aku dan yang lain pasti bantu."
Setelah mencapai kesepakatan, antara Pak Kus dan Kepala Sekolah, maka Cath pun sudah disiapkan.
Cath berlatih menjadi siswi SMU mulai dari sifat, hingga penampilannya.
Kepala Sekolah meminjamkan satu set seragam sekolah, lengkap beserta buku-bukunya. Ia bersedia merahasiakan hal ini dari siapa pun. Termasuk para guru.
Hari pertama penyamaran..
Cath bangun pagi-pagi sekali. Ia mendandani dirinya seremaja mungkin.
Kemudian Andree datang.
Andree: "Udah siap?"
Cath: "Udah."
Saat Cath keluar kamar dengan penampilannya yang teen banget..
Andree: "Wow.. Sayang.. Look at you.."
Cath: "Kenapa?"
Andree: "Almost Perfect.."
Cath tersenyum dan berputar-putar.
Andree: "Ayo, cepet berangkat. Siswi baru gak boleh terlambat."
SMU 17 Jember adalah salah satu sekolah negeri favorit di kotanya. Siswa siswinya berprestasi. Heran juga, bisa ada pelaku kriminal di sekolah sebagus ini.
Andree: "Nanti kamu temui dulu kepala Sekolahnya. Dan ini nama-nama yang mesti kamu dekati."
Saat Cath mau membawa catatan itu, Andree melarang.
Andree: "Dihafalin aja satu-satu."
Lalu, ia mencium kening Cath.
Andree: "Hati-hati ya. Utamakan keselamatan."
Cath mengangguk.
Wow! Back to school!
Seperti anak SMU yang baru berlibur panjang, lalu diharuskan kembali ke sekolah. Cath merasa.. kembali ke masa lalu, saat dirinya pertama kali masuk SMU di Surabaya. Semoga saja tidak ada yang mengenalinya sebagai gadis 22 tahun.
Ruang kepala sekolah terletak berseberangan dengan ruang guru. Hanya berjarak dua meter, dipisah dengan bangsal berlantaikan keramik warna biru tua.
Cath mengetuk pintu beberapa kali. Lalu, seorang wanita membukakannya. Diakah kepala sekolahnya? Wow! Cantik sekali, dan juga sangat anggun. Ia tidak mengenakan baju seperti kepala sekolah pada umumnya. Ruangannya juga cenderung lebih santai. Banyak tanaman hias yang asri dan segar.
"Kamu Cath yang.. itu kan?"
Teguran Bu Yasmin membangkitkan Cath dari lamunan sesaatnya.
Cath: "Iya. Saya Cathy Iskandar dari.."
Sebelum Cath menyebutkan pekerjaannya, Bu Yasmin menghentikan.
Yasmin: "Ops.. bentar.."
Ia memeriksa pintu dan jendela. Takut ada yang mendengar, barangkali.
Yasmin: "Oke. Lanjutkan.."
Cath: "Saya dari divisi penyelidikan Tim D. Yang ditugaskan untuk menyelidiki pembunuhan dan pemerkosaan yang menimpa saudari Nindy Mirasih.
Yasmin: "Memang, sebenernya Nindy bukan siswi yang baik. Nilainya jumpalitan menurun. Pergaulannya sangat bebas. Kebanyakan dengan siswa. Sikapnya ketus dan angkuh."
Cath: "Bu Kepala Sekolah tenang saja. Saya akan berusaha keras mencari pelakunya. Dan, kalau anda tau sesuatu, apa pun itu, segera beritau saya."
Yasmin: "Ya. Kita kerja sama saja. Dan, jangan panggil saya Bu. Tapi Mami Yas."
Mami? Agak aneh kalau memanggil seorang kepala sekolah dengan sebutan mami. Apa boleh buat..
Cath: "Oke. Mami Yas.."
Lalu, Mami Yas memanggil seorang guru, yang bersiap mengajar di kelas 3 IPS B, supaya mengajak Cath masuk kelas.
3 IPS B
Ruang kelas yang bersih. Siswa siswinya tertib. Jauh dari kesan kriminal.
Oh.. Hari yang sulit akan segera Cath mulai. Semoga usahanya tidak sia-sia.
Cath menatap satu per satu murid di kelas itu. Semuanya bertampang anak baik-baik. Tapi tetap harus ingat. PENAMPILAN DAPAT MENIPU!
Last edited: