ferdinand_krisdianto
New member
Kamu-kamu mungkin pernah mendengar yang namanya Maximum Rock and Roll, Sniffin Glue, Flipside dan sebagainya? Yah, nama-nama tersebut adalah nama dari sebuah media massa indie (independen). Atau nama-nama tersebut masih terasa asing bagi kamu! Bagaimana dengan nama-nama berikut ini Ripple magazine, Outmagz, Brainwash, Minor, dan lain-lain! Yah, itu adalah nama sebagian besar media massa indie yang berkembang di Indonesia. Melihat perkembangan sekarang ini bisa dikatakan bahwa media massa indie menjadi semacam progress dalam sub-kultur indie terutama di kalangan anak muda.
Semenjak gejala indie yang ?menyerang? generasi muda kita beberapa tahun ke belakang tentunya menjadi filosofis tersendiri dengan kata-kata ?Do It Yourself? (D.I.Y.) yang menjadi semacam ikon atau tagline bagi indienista (para kaum indie hehehe?). Indie dikatakan sebagai penggerak kebebasan, berjiwa bebas, bebas sebebas-bebasnya! Tentunya dengan alasan filosofis seperti ini penggerak indie bisa lebih mengutarakan ego dan idealisme tanpa takut dengan segala kekangan-kekangan yang mengikat. Yah, pada intinya kebebasan berekspresi.Spirit indie kemudian datang dengan berbagai ekspresi dan kreativitas. Ada yang menuangkannya ke dalam musik, film, karya seni, komik, novel, maupun ke dalam bentuk media massa! Media massa yang menjadi perantara antara spirit D.I.Y. dengan kreativitas-kreativitas dalam konteks indie itu sendiri (musik, film, karya seni dll.).. Seperti contoh, media massa musik indie dalam waktu 10-15 tahun kebelakang biasa mengangkat musik-musik yang kurang mendapat perhatian seperti musik punk rock, hardcore, thrash metal, grindcore, heavy metal, brutal metal, death metal, black metal, dan sebagainya. Berbeda dengan media massa mainstream yang lebih mengangkat musik-musik komersil saja. Namun, keadaannya kini berbeda. Media massa musik indie tidak hanya mengangkat musik-musik keras saja. Seiring dengan konsentrasi dan perubahan-perubahan signifikan terhadap kultur anak muda itu sendiri maka banyak pula musik-musik indie seperti beraliran indie pop, indie rock, power pop, bahkan jazz yang menjadi tema dari media massa musik indie itu sendiri. Karena esensi sebenarnya yaitu mengangkat musik yang kurang mendapat perhatian dari media massa mainstream dan lebih mengutamakan aspek kreativitas dan unik dibandingkan musik komersil biasa. Kita mengenal nama-nama grup band indie yang membawakan musik pop dan tentunya unik dan kreatif seperti White Shoes And The Couples Company, Sajama Cut, Mocca, Homogenic, Cherry Bombshell, Pure Saturday dll. Mereka adalah sebagian besar nama besar yang berasal dari kalangan indie.Selain musik, fashion pun menjadi hal yang stand-up untuk dijadikan tematis yang sesuai dengan kontekstual indie. Apalagi fenomena distro (distribution outlet) sudah menjadi ikon bagi indie itu sendiri, so fashion dan sub-subnya seperti clothing dan desain grafis menjadi hal yang menarik juga untuk diperhatikan. Untuk hal-hal seperti ini di Bandung kita mengenal media massa indie seperti Majalah Jeune, Majalah Slow, Majalah Suave, dll.<>
Filosofis Indie
Informasi. Itu adalah kata kunci yang sebenarnya. Dengan kekebasan berekspresi dan spirit D.I.Y. kini semua orang tidak hanya ingin menjadi penikmat informasi tetapi juga pemberi informasi. Perkembangan budaya terutama kultur anak muda di Indonesia dengan semangat independensi atau D.I.Y. (Do It Yourself) memberikan kesempatan-kesempatan untuk menyajikan informasi kepada ruang publik secara bebas. Banyak sekali majalah-majalah indie, bulletin-buletin komunitas, newsletter propaganda, fanzine, dan masih banyak lagi. Meski penyajian seperti itu tidak menyajikan informasi secara global, tetapi hal itu merupakan suatu pembenaran dengan memberikan sedikit kontribusinya bagi perkembangan informasi di Indonesia hingga saat ini. Setidaknya bagi golongan tertentu. Tentunya sangat banyak objek terhadap kultur indie itu sendiri sebagai bentuk eksploitasi kultur anak muda. Biasanya media massa indie itu lebih menceritakan kultur yang sangat dekat dengan komunitasnya, seperti komunitas musik punk rock, metal, hardcore, atau komunitas dalam bidang olahraga skateboard, BMX, atau bidang lifestyle seperti fashion.
Saya ingin menegaskan bahwa pada intinya yang melandasi dari media massa indie itu sendiri yaitu kebebasan berekspresi tanpa takut kekangan-kekangan dengan objek-objek berita yang jarang diangkat oleh media massa mainstream. Mengangkat hal-hal kecil di seputar kita yang jarang terekspose. Mengajak diri bersikap kritis dan mencoba menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sebagai bentuk protes kita terhadap hal apapun baik itu politik, sosial, maupun budaya. Karena biasanya justru media-media massa indie seperti itu lebih bebas dan lepas untuk mengungkapkan kepahitan secara blak-blakan dalam bidang politik, sosial, dan budaya terutama media-media massa indie yang berlandaskan kultur punk contoh kalau di luar negeri seperti Sniffin Glue dan di Indonesia seperti Brainwashed. Mereka berani. Karena itu tadi DO IT YOURSELF!!!
hehehe ..pic distro gw nih ...grp dong huahauahau
Semenjak gejala indie yang ?menyerang? generasi muda kita beberapa tahun ke belakang tentunya menjadi filosofis tersendiri dengan kata-kata ?Do It Yourself? (D.I.Y.) yang menjadi semacam ikon atau tagline bagi indienista (para kaum indie hehehe?). Indie dikatakan sebagai penggerak kebebasan, berjiwa bebas, bebas sebebas-bebasnya! Tentunya dengan alasan filosofis seperti ini penggerak indie bisa lebih mengutarakan ego dan idealisme tanpa takut dengan segala kekangan-kekangan yang mengikat. Yah, pada intinya kebebasan berekspresi.Spirit indie kemudian datang dengan berbagai ekspresi dan kreativitas. Ada yang menuangkannya ke dalam musik, film, karya seni, komik, novel, maupun ke dalam bentuk media massa! Media massa yang menjadi perantara antara spirit D.I.Y. dengan kreativitas-kreativitas dalam konteks indie itu sendiri (musik, film, karya seni dll.).. Seperti contoh, media massa musik indie dalam waktu 10-15 tahun kebelakang biasa mengangkat musik-musik yang kurang mendapat perhatian seperti musik punk rock, hardcore, thrash metal, grindcore, heavy metal, brutal metal, death metal, black metal, dan sebagainya. Berbeda dengan media massa mainstream yang lebih mengangkat musik-musik komersil saja. Namun, keadaannya kini berbeda. Media massa musik indie tidak hanya mengangkat musik-musik keras saja. Seiring dengan konsentrasi dan perubahan-perubahan signifikan terhadap kultur anak muda itu sendiri maka banyak pula musik-musik indie seperti beraliran indie pop, indie rock, power pop, bahkan jazz yang menjadi tema dari media massa musik indie itu sendiri. Karena esensi sebenarnya yaitu mengangkat musik yang kurang mendapat perhatian dari media massa mainstream dan lebih mengutamakan aspek kreativitas dan unik dibandingkan musik komersil biasa. Kita mengenal nama-nama grup band indie yang membawakan musik pop dan tentunya unik dan kreatif seperti White Shoes And The Couples Company, Sajama Cut, Mocca, Homogenic, Cherry Bombshell, Pure Saturday dll. Mereka adalah sebagian besar nama besar yang berasal dari kalangan indie.Selain musik, fashion pun menjadi hal yang stand-up untuk dijadikan tematis yang sesuai dengan kontekstual indie. Apalagi fenomena distro (distribution outlet) sudah menjadi ikon bagi indie itu sendiri, so fashion dan sub-subnya seperti clothing dan desain grafis menjadi hal yang menarik juga untuk diperhatikan. Untuk hal-hal seperti ini di Bandung kita mengenal media massa indie seperti Majalah Jeune, Majalah Slow, Majalah Suave, dll.<>
Filosofis Indie
Informasi. Itu adalah kata kunci yang sebenarnya. Dengan kekebasan berekspresi dan spirit D.I.Y. kini semua orang tidak hanya ingin menjadi penikmat informasi tetapi juga pemberi informasi. Perkembangan budaya terutama kultur anak muda di Indonesia dengan semangat independensi atau D.I.Y. (Do It Yourself) memberikan kesempatan-kesempatan untuk menyajikan informasi kepada ruang publik secara bebas. Banyak sekali majalah-majalah indie, bulletin-buletin komunitas, newsletter propaganda, fanzine, dan masih banyak lagi. Meski penyajian seperti itu tidak menyajikan informasi secara global, tetapi hal itu merupakan suatu pembenaran dengan memberikan sedikit kontribusinya bagi perkembangan informasi di Indonesia hingga saat ini. Setidaknya bagi golongan tertentu. Tentunya sangat banyak objek terhadap kultur indie itu sendiri sebagai bentuk eksploitasi kultur anak muda. Biasanya media massa indie itu lebih menceritakan kultur yang sangat dekat dengan komunitasnya, seperti komunitas musik punk rock, metal, hardcore, atau komunitas dalam bidang olahraga skateboard, BMX, atau bidang lifestyle seperti fashion.
Saya ingin menegaskan bahwa pada intinya yang melandasi dari media massa indie itu sendiri yaitu kebebasan berekspresi tanpa takut kekangan-kekangan dengan objek-objek berita yang jarang diangkat oleh media massa mainstream. Mengangkat hal-hal kecil di seputar kita yang jarang terekspose. Mengajak diri bersikap kritis dan mencoba menuangkannya ke dalam bentuk tulisan sebagai bentuk protes kita terhadap hal apapun baik itu politik, sosial, maupun budaya. Karena biasanya justru media-media massa indie seperti itu lebih bebas dan lepas untuk mengungkapkan kepahitan secara blak-blakan dalam bidang politik, sosial, dan budaya terutama media-media massa indie yang berlandaskan kultur punk contoh kalau di luar negeri seperti Sniffin Glue dan di Indonesia seperti Brainwashed. Mereka berani. Karena itu tadi DO IT YOURSELF!!!
hehehe ..pic distro gw nih ...grp dong huahauahau
Last edited: