izma
New member
By Izma Ayyundha Kirany
Naya masih g’ percaya dengan apa yang barusan diucapkan Gilang.
“sayang,,,aku minta maaf, aku belum bisa menikahimu bulan depan! Ada pergeseran jabatan di kantor sayang, dan aku…aku adalah salah satu imbasnya.”
“apa Lang?!? kamu jangan bercanda dong!!!!!”
“Nay, aku g’ bercanda, aku serius sayang.”
“Lang (dengan suara tertahan) pernikahan kita g’ mungkin bisa ditunda!
Tapi Nay,,,ini untuk masa depan kita juga nantinya.
“Masa depan kamu bilang!!! Brengsek kamu Lang, dan bagaimana dengan janin ini? Aku g’ mungkin bisa menahan perutku untuk tidak membesar, aku butuh kamu Lang. please jangan tinggalkan aku.”
Gilang berfikir sejenak kemudian meraih Naya dalam pelukannya.
“Nay, kamu gugurin aja yah kandunganmu.”
Refleks Naya melepas pelukan Gilang dan menatapnya dengan tajam
“Gila kamu Lang, aku g’mungkin gugurin anak ini.”
“Tapi Nay, aku tidak bisa menikahimu dengan keadaan seperti sekarang ini.”
“Tidak…tidak akan pernah aku lakukan Lang. aku tidak mau menambah dosaku dengan ngegugurin anak ini, ucap Naya dalam tangisnya.”
“Naya…Nay…dengarkan dulu sayang!!! G’ mungkin kamu bisa merpertahankan janin…
Belum sempat Gilang melanjutkan omongannya, Naya udah beranjak dari tempat duduknya seraya berkata, “udahlah Lang…! aku tahu, kamu sengaja kan ngelakuian semua ini kesaya, kamu itu emang g’ pernah cinta ma saya kan! Yang kamu cinta hanya tubuhku, (Naya menarik nafas dalam-dalam) setelah kamu mendapatkan semuanya. Kamu malah mau lari dari semuanya, lari dari tanggung jawabmu sebagai laki-laki.”
“Naya, dengar dulu!”
“G’ ada lagi yang perlu didengarkan Lang, yang aku tahu sekarang kamu adalah laki-laki yang paling brengsek yang ada di dunia ini.”
Naya berlalu meninggalkan Gilang yang masih terbengong!
Malam berikutnya, Naya telat pulang dari kantornya disebabkan hujan yang terus menerus tiada henti. Waktu itu sekitar pukul 10 malam, naya berjalan sendirian, ia terus memikirkan bagaiman hidupnya kedepan. Apa yang harus dia bilang keorang tuanya? Akankah ia melahirkan tanpa suami?
Tiba-tiba…..
“Hei…kamu!!! Berikan dompetmu.
Naya tersentak melihat laki-laki itu tepat berdiri di hadapanya. Tak lama kemudian akhirnya ia bisa menguasai diri. “Maaf mas, ada yang bisa saya bantu???
“Mas…mus…mas…mus…g’ usah basa-basi neng, cepat berikan dompetmu!”
“Maaf mas, aku g’ punya uang.”
Naya hendak berlalu pergi tapi tiba-tiba laki-laki itu mendorongnya hingga Naya terjatuh.
“Hei…kamu jangan macam-macam yah cepat siniin dompetmu.”
Laki-laki itu merampas dengan paksa dompet Naya, ia mengobrak-abrik semua isinya tapi ia hanya menemukan uang 1000an tiga lembar.
“Udah kubilang kan, aku g’ punya uang!!!”
“Bohong!!! Pasti kamu sembunyikan ditempat lain. Laki-laki itu menghampiri Naya dan hendak menggeleda Naya. Naya jadi ketakutan”
“Mau apa kamu??? Naya berusaha mengelak tapi tiba-tiba ia terjatuh dan….TOLONG!!!!!”
######################
“Naya,,,kamu udah sadar sayang??? Syukurlah.”
“Mah,,,sahut Naya lemah…Naya dimana mah, koq semuanya serba putih, kamar Naya kan g’ kaya gini ma!”
“Sayang,,,kamu ada di rumah sakit, semalam kamu tidak sadarkan diri sayang.”
Naya jadi ingat, semalam ia dihadang oleh laki-laki itu dan semua itu tejadi diluar kesadarannya, tapi Naya jadi takut…takut tejadi apa-apa sama janinnya, seandainya saja ia bisa memeriksakannya tapi sayang itu semua hanyalah angan-angan semata, ia tak mungkin bertingkah sejauh itu!!!
########################
“Maaf…mbak Naya kan, bisa bicara sebentar!!!”
Naya hanya terbengong melihat orang itu dirumahnya, seingatnya ia tak puya teman seperti dia.
“Sekali lagi maaf kalau kedatangan saya menganggu, oya kenalkan saya omnya Aldi.”
Aldi??? naya bertanya dalam hati, bukankah nama laki-laki itu namanya juga Aldi…jadi…jadi dia!!!!!
“Mau apa anda datang kemari, keponakan anda itu telah membuat hidupku hancur, teriak Naya!”
“Maaf ya mbak, aku tahu Aldi salah, makanya saya datang kesini dengan niat meminta maaf pada mbak dan kalau bisa mbak ikut saya menjenguk Aldi ditahanan.”
Emosi dana semakin meledak,”apa anda bilang, menjenguk bajingan itu?!?! Anda fikir semudah itu?!?”
“Tapi mbak, kita bisa membicarakannya baik-baik kan, lagian Aldi ingin bertanggung jawab atas perbuatannya sama mbak Naya.”
Naya terdiam, sesaat ia berfikir mungkin ia bisa memanfaatkan laki-laki itu,ia tidak mau melahirkan tanpa suami tapi…bukankah itu terlalu jahat, dia kan bukan ayah dari anak yang dikandungnya jadi tidak sepantasnya,,, tapi bukankah laki-laki itu telah berbuat tidak senonoh terhadapnya, biarlah ia mendapatkan ganjarannya. walaupun aku tahu itu salah tapi aku harus melakukan apa lagi?
“Maaf om, aku tidak bisa!!!”
“Mohon mbak fikirkan lagi, ini demi kebaikan kalian berdua!!!”
Setelah berfikir, akhirnya Naya memutuskan menemui Aldi, tentu saja setelah mendapat bujukan-bujukan baik dari om Aldi maupun mama dan papanya, lagi-lagi mama dan papanya mengatakan itu demi kebaikannya juga. Yah baginya bukan hanya untuk kebaikannya tapi juga untuk kebaikan anaknya yang ayahnya sama sekali tak punya rasa tanggungjawab.
#####################
“Naya,,,Aldi ada didalam, silahkan masuk saja.”
Tapi Naya hanya terdiam dan tidak beranjak dari tempatnya berdiri
“Ga usah takut mbak, ini kantor polisi, Aldi ga bakalan macam-macam padamu!”
Tapi bukan itu yang ditakutkan Naya, entah apa yang tejadi pada dirinya, mengapa hatinya seperti enggan dan… dengan ragu Naya melangkah masuk menuju ruangan Aldi, perlahan Naya membuka pintu dan seketika mereka berhadapan. Suasana menjadi kaku. baik Naya maupun Aldi semuanya hanya terdiam membisu. Akhirnya Aldi yang mulai pembicaraan.
“Malam itu…maaf yah, aku benar-benar khilaf, aku tak bisa mengontrol diriku.”
Tapi Naya masih saja diam.
“Malam itu aku shock, teman-tamanku semua mengantaiku banci, aku dianggapnya anak mami yang ga bisa melakukan apa-apa. Uangku habis membeli pil narkoba, kutelan didepan mereka tapi mereka malah menertawaiku, aku naik taksi pulang tapi sial supirnya menyuruhku turun ditengah jalan dan kulihat kamu, jadi timbul keinginan untuk meminta ongkos pulang tapi kejadiannya malah lain…”
“Aku benar-benar minta maaf, tapi kalau kamu tidak keberatan, aku akan bertanggung jawab atas semua yang telah aku lakukan, aku tahu ini mungkin sulit bagimu tapi aku tidak tahu cara lain untuk menebus kesalahanku padamu.”
Naya yang dari tadi hanya mendengarkan kini mulai menangis, ia meratapi hidupnya, bisakah ia menerima Aldi dan bisakah Aldi menerima dirinya sekarang. Oh Tuhan…!!! Apa yang harus aku lakukan, akankah aku harus menerima kenyataan ini dan membiarkan Aldi bertanggung jawab atas anak yang bukan benihnya?!?
Lama Naya terdiam, hanya suara isakannya yang masih terus terdengar.
“Tolong berhentilah menangis, aku tahu aku salah. Maafkan aku!!!! sekarang terserah kamu, akan aku terima semua keputusanmu.”
Naya mengangkat wajahnya dan menatap Aldi, ia menemukan wajah yang tulus disana!
Aldi…!!! Panggil naya sambil menghapus air matanya, “Aku tidak tahu apakah aku harus memaafkan dirimu atau tidak! Tapi…kamu belum tahu siapa aku sebenarnya.”
“Naya, aku tidak peduli siapa dirimu, bagaimana masa lalumu, yang aku tahu aku telah bersalah padamu, mungkin memang sekarang kita tidak saling mencintai tapi bukankah kita bisa mencobanya.”
#########################
Tidak terasa sebulan sudah pernikahannnya dengan Aldi, dan benar apa yang dikatakan Aldi, mereka bisa saling mengasihi. Naya juga tidak tahu, kenapa ia bisa seperti ini, tapi baginya Aldi adalah dewa penyelamat hidupnya.
“Al,,,aku mau ngomong.”
“Ya sayang, mau ngomong apa???”
“Aku hamil….”
“Alhamdulillah, berarti aku akan jadi ayah sayang.”
Aldi memeluk Naya dengan penuh kasih sayang, mambelai rambutnya yang tergerai indah. Naya terharu mendapatkan perlakuan itu, baginya ia telah memberikan kebahagiaan palsu buat Aldi.
“Sayang, aku janji, aku tidak akan mengecewakanmu, aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan untuk anak kita.”
Naya melepas pelukan Aldi, menatap Aldi dengan penuh arti. Naya meraih tangan suaminya itu dan menciumnya seraya berkata, “Makasih ya Al, telah menerimaku apa adanya.”
Maafkan aku Al, aku hanya tidak ingin kau meninggalkanku setelah tahu yang sebenarnya, karena aku jadi benar-benar sayang padamu, ucap Naya dalam hati.
TAMAT
Naya masih g’ percaya dengan apa yang barusan diucapkan Gilang.
“sayang,,,aku minta maaf, aku belum bisa menikahimu bulan depan! Ada pergeseran jabatan di kantor sayang, dan aku…aku adalah salah satu imbasnya.”
“apa Lang?!? kamu jangan bercanda dong!!!!!”
“Nay, aku g’ bercanda, aku serius sayang.”
“Lang (dengan suara tertahan) pernikahan kita g’ mungkin bisa ditunda!
Tapi Nay,,,ini untuk masa depan kita juga nantinya.
“Masa depan kamu bilang!!! Brengsek kamu Lang, dan bagaimana dengan janin ini? Aku g’ mungkin bisa menahan perutku untuk tidak membesar, aku butuh kamu Lang. please jangan tinggalkan aku.”
Gilang berfikir sejenak kemudian meraih Naya dalam pelukannya.
“Nay, kamu gugurin aja yah kandunganmu.”
Refleks Naya melepas pelukan Gilang dan menatapnya dengan tajam
“Gila kamu Lang, aku g’mungkin gugurin anak ini.”
“Tapi Nay, aku tidak bisa menikahimu dengan keadaan seperti sekarang ini.”
“Tidak…tidak akan pernah aku lakukan Lang. aku tidak mau menambah dosaku dengan ngegugurin anak ini, ucap Naya dalam tangisnya.”
“Naya…Nay…dengarkan dulu sayang!!! G’ mungkin kamu bisa merpertahankan janin…
Belum sempat Gilang melanjutkan omongannya, Naya udah beranjak dari tempat duduknya seraya berkata, “udahlah Lang…! aku tahu, kamu sengaja kan ngelakuian semua ini kesaya, kamu itu emang g’ pernah cinta ma saya kan! Yang kamu cinta hanya tubuhku, (Naya menarik nafas dalam-dalam) setelah kamu mendapatkan semuanya. Kamu malah mau lari dari semuanya, lari dari tanggung jawabmu sebagai laki-laki.”
“Naya, dengar dulu!”
“G’ ada lagi yang perlu didengarkan Lang, yang aku tahu sekarang kamu adalah laki-laki yang paling brengsek yang ada di dunia ini.”
Naya berlalu meninggalkan Gilang yang masih terbengong!
Malam berikutnya, Naya telat pulang dari kantornya disebabkan hujan yang terus menerus tiada henti. Waktu itu sekitar pukul 10 malam, naya berjalan sendirian, ia terus memikirkan bagaiman hidupnya kedepan. Apa yang harus dia bilang keorang tuanya? Akankah ia melahirkan tanpa suami?
Tiba-tiba…..
“Hei…kamu!!! Berikan dompetmu.
Naya tersentak melihat laki-laki itu tepat berdiri di hadapanya. Tak lama kemudian akhirnya ia bisa menguasai diri. “Maaf mas, ada yang bisa saya bantu???
“Mas…mus…mas…mus…g’ usah basa-basi neng, cepat berikan dompetmu!”
“Maaf mas, aku g’ punya uang.”
Naya hendak berlalu pergi tapi tiba-tiba laki-laki itu mendorongnya hingga Naya terjatuh.
“Hei…kamu jangan macam-macam yah cepat siniin dompetmu.”
Laki-laki itu merampas dengan paksa dompet Naya, ia mengobrak-abrik semua isinya tapi ia hanya menemukan uang 1000an tiga lembar.
“Udah kubilang kan, aku g’ punya uang!!!”
“Bohong!!! Pasti kamu sembunyikan ditempat lain. Laki-laki itu menghampiri Naya dan hendak menggeleda Naya. Naya jadi ketakutan”
“Mau apa kamu??? Naya berusaha mengelak tapi tiba-tiba ia terjatuh dan….TOLONG!!!!!”
######################
“Naya,,,kamu udah sadar sayang??? Syukurlah.”
“Mah,,,sahut Naya lemah…Naya dimana mah, koq semuanya serba putih, kamar Naya kan g’ kaya gini ma!”
“Sayang,,,kamu ada di rumah sakit, semalam kamu tidak sadarkan diri sayang.”
Naya jadi ingat, semalam ia dihadang oleh laki-laki itu dan semua itu tejadi diluar kesadarannya, tapi Naya jadi takut…takut tejadi apa-apa sama janinnya, seandainya saja ia bisa memeriksakannya tapi sayang itu semua hanyalah angan-angan semata, ia tak mungkin bertingkah sejauh itu!!!
########################
“Maaf…mbak Naya kan, bisa bicara sebentar!!!”
Naya hanya terbengong melihat orang itu dirumahnya, seingatnya ia tak puya teman seperti dia.
“Sekali lagi maaf kalau kedatangan saya menganggu, oya kenalkan saya omnya Aldi.”
Aldi??? naya bertanya dalam hati, bukankah nama laki-laki itu namanya juga Aldi…jadi…jadi dia!!!!!
“Mau apa anda datang kemari, keponakan anda itu telah membuat hidupku hancur, teriak Naya!”
“Maaf ya mbak, aku tahu Aldi salah, makanya saya datang kesini dengan niat meminta maaf pada mbak dan kalau bisa mbak ikut saya menjenguk Aldi ditahanan.”
Emosi dana semakin meledak,”apa anda bilang, menjenguk bajingan itu?!?! Anda fikir semudah itu?!?”
“Tapi mbak, kita bisa membicarakannya baik-baik kan, lagian Aldi ingin bertanggung jawab atas perbuatannya sama mbak Naya.”
Naya terdiam, sesaat ia berfikir mungkin ia bisa memanfaatkan laki-laki itu,ia tidak mau melahirkan tanpa suami tapi…bukankah itu terlalu jahat, dia kan bukan ayah dari anak yang dikandungnya jadi tidak sepantasnya,,, tapi bukankah laki-laki itu telah berbuat tidak senonoh terhadapnya, biarlah ia mendapatkan ganjarannya. walaupun aku tahu itu salah tapi aku harus melakukan apa lagi?
“Maaf om, aku tidak bisa!!!”
“Mohon mbak fikirkan lagi, ini demi kebaikan kalian berdua!!!”
Setelah berfikir, akhirnya Naya memutuskan menemui Aldi, tentu saja setelah mendapat bujukan-bujukan baik dari om Aldi maupun mama dan papanya, lagi-lagi mama dan papanya mengatakan itu demi kebaikannya juga. Yah baginya bukan hanya untuk kebaikannya tapi juga untuk kebaikan anaknya yang ayahnya sama sekali tak punya rasa tanggungjawab.
#####################
“Naya,,,Aldi ada didalam, silahkan masuk saja.”
Tapi Naya hanya terdiam dan tidak beranjak dari tempatnya berdiri
“Ga usah takut mbak, ini kantor polisi, Aldi ga bakalan macam-macam padamu!”
Tapi bukan itu yang ditakutkan Naya, entah apa yang tejadi pada dirinya, mengapa hatinya seperti enggan dan… dengan ragu Naya melangkah masuk menuju ruangan Aldi, perlahan Naya membuka pintu dan seketika mereka berhadapan. Suasana menjadi kaku. baik Naya maupun Aldi semuanya hanya terdiam membisu. Akhirnya Aldi yang mulai pembicaraan.
“Malam itu…maaf yah, aku benar-benar khilaf, aku tak bisa mengontrol diriku.”
Tapi Naya masih saja diam.
“Malam itu aku shock, teman-tamanku semua mengantaiku banci, aku dianggapnya anak mami yang ga bisa melakukan apa-apa. Uangku habis membeli pil narkoba, kutelan didepan mereka tapi mereka malah menertawaiku, aku naik taksi pulang tapi sial supirnya menyuruhku turun ditengah jalan dan kulihat kamu, jadi timbul keinginan untuk meminta ongkos pulang tapi kejadiannya malah lain…”
“Aku benar-benar minta maaf, tapi kalau kamu tidak keberatan, aku akan bertanggung jawab atas semua yang telah aku lakukan, aku tahu ini mungkin sulit bagimu tapi aku tidak tahu cara lain untuk menebus kesalahanku padamu.”
Naya yang dari tadi hanya mendengarkan kini mulai menangis, ia meratapi hidupnya, bisakah ia menerima Aldi dan bisakah Aldi menerima dirinya sekarang. Oh Tuhan…!!! Apa yang harus aku lakukan, akankah aku harus menerima kenyataan ini dan membiarkan Aldi bertanggung jawab atas anak yang bukan benihnya?!?
Lama Naya terdiam, hanya suara isakannya yang masih terus terdengar.
“Tolong berhentilah menangis, aku tahu aku salah. Maafkan aku!!!! sekarang terserah kamu, akan aku terima semua keputusanmu.”
Naya mengangkat wajahnya dan menatap Aldi, ia menemukan wajah yang tulus disana!
Aldi…!!! Panggil naya sambil menghapus air matanya, “Aku tidak tahu apakah aku harus memaafkan dirimu atau tidak! Tapi…kamu belum tahu siapa aku sebenarnya.”
“Naya, aku tidak peduli siapa dirimu, bagaimana masa lalumu, yang aku tahu aku telah bersalah padamu, mungkin memang sekarang kita tidak saling mencintai tapi bukankah kita bisa mencobanya.”
#########################
Tidak terasa sebulan sudah pernikahannnya dengan Aldi, dan benar apa yang dikatakan Aldi, mereka bisa saling mengasihi. Naya juga tidak tahu, kenapa ia bisa seperti ini, tapi baginya Aldi adalah dewa penyelamat hidupnya.
“Al,,,aku mau ngomong.”
“Ya sayang, mau ngomong apa???”
“Aku hamil….”
“Alhamdulillah, berarti aku akan jadi ayah sayang.”
Aldi memeluk Naya dengan penuh kasih sayang, mambelai rambutnya yang tergerai indah. Naya terharu mendapatkan perlakuan itu, baginya ia telah memberikan kebahagiaan palsu buat Aldi.
“Sayang, aku janji, aku tidak akan mengecewakanmu, aku akan berusaha menjadi suami dan ayah yang baik untuk kamu dan untuk anak kita.”
Naya melepas pelukan Aldi, menatap Aldi dengan penuh arti. Naya meraih tangan suaminya itu dan menciumnya seraya berkata, “Makasih ya Al, telah menerimaku apa adanya.”
Maafkan aku Al, aku hanya tidak ingin kau meninggalkanku setelah tahu yang sebenarnya, karena aku jadi benar-benar sayang padamu, ucap Naya dalam hati.
TAMAT