debu_jalanan
New member
KEKUTAN DALAM CINTA ORANG-ORANG SEDERHANA
" ting..tingg...tinggg... " suara mangko atau piring yang di pukul-pukul pedagang bakso atau soto, mau-maunya mereka berkeliling di malam yang sunyi ini. mereka terus berjalan tanpa henti, dan mau-maunya seorang petani pagi-pagi buta sudah bergumul dengan lumpur merendam diri dalam air yang dingin, dan pula di bawah terik matahari seorang pukul-pukul paku dengan keringat yang bercucuran. Entah kekuatan dan energi kecintaan apa yang ada pada diri mereka
sedangkan atau kah kekuatan seoarang bapak yang menjadi kepala rumah tangga. Sedangkan di rumah seoarang ibu memasak dan mencuci baju dan menunggu dengan kecintaan yang tulus tanpa mengenal lelah dalam hari dalam waktu perwujudan hidup sederhana adalah kencintaan yang tiada tara. Meski air mata kadangkala mengalir, orang-orang seperti mereka memiliki satu kehidupan menuju cinta sejati yang tak meminta imbalan. Pernakah kita dapat menikmati cinta seperti mereka di saat susah dan di saat sedih mereka tahu kehidupan adalah kesementaraan. " ilig...ilingg...ilinggg " di tengah malam nyanyian anak di bawah rembulan dengan riang dalam wajah keluguan yang kelak mereka mengerti airti dari cinta dan kehidupan yang tanpa lelah. seribu tawa tertupah pada wajah mereka dan pagi orang anak datar kupa pergi kesekolah melewati jalan setepak turun bukit di setiap tetes perjanannya terukir cita-cita setnggi lanagit. ketiak ku bertanya pada salah satu seorang anak " kelakkau besar ingin menjadi apa " kata ku, lalu mereka menjawad" aku ingin menjadi dokter agar bisa mengobati saudara-saudaraku di sini " suara nya lugu namun jauh dari kata-kata kenyataan, kuyakin kelak mereka mengilhami arti dalam kehidupan. Tapi Tuhan tak tidur kutahu di saat mereka berkata dalam hati kecilku berbisik doa" Tuhan dengarkan suara kecil mereka " dengan air mata ku yang mengebun di kelopak mataku oh......tidak air mataku akhirnya menetes dalam kesedihan. Di perjalanan aku tak berani lagi berkata-kata pada mereka sebab waktu waktu hampir melemahkan tenaga mereka yang menempuh jarak begitu jauh. sampailah mereka yang berhitung dalam matematika sungguh kekuatan apa dan enrgi kecintaan apa yang ada pada diri orang-oarang itu. Yang tanpa mengeluh dalam hidup kesederhanaan
mereka ternyata masih dapat tertawa selepas napas yang tertumpah.
" ting..tingg...tinggg... " suara mangko atau piring yang di pukul-pukul pedagang bakso atau soto, mau-maunya mereka berkeliling di malam yang sunyi ini. mereka terus berjalan tanpa henti, dan mau-maunya seorang petani pagi-pagi buta sudah bergumul dengan lumpur merendam diri dalam air yang dingin, dan pula di bawah terik matahari seorang pukul-pukul paku dengan keringat yang bercucuran. Entah kekuatan dan energi kecintaan apa yang ada pada diri mereka
sedangkan atau kah kekuatan seoarang bapak yang menjadi kepala rumah tangga. Sedangkan di rumah seoarang ibu memasak dan mencuci baju dan menunggu dengan kecintaan yang tulus tanpa mengenal lelah dalam hari dalam waktu perwujudan hidup sederhana adalah kencintaan yang tiada tara. Meski air mata kadangkala mengalir, orang-orang seperti mereka memiliki satu kehidupan menuju cinta sejati yang tak meminta imbalan. Pernakah kita dapat menikmati cinta seperti mereka di saat susah dan di saat sedih mereka tahu kehidupan adalah kesementaraan. " ilig...ilingg...ilinggg " di tengah malam nyanyian anak di bawah rembulan dengan riang dalam wajah keluguan yang kelak mereka mengerti airti dari cinta dan kehidupan yang tanpa lelah. seribu tawa tertupah pada wajah mereka dan pagi orang anak datar kupa pergi kesekolah melewati jalan setepak turun bukit di setiap tetes perjanannya terukir cita-cita setnggi lanagit. ketiak ku bertanya pada salah satu seorang anak " kelakkau besar ingin menjadi apa " kata ku, lalu mereka menjawad" aku ingin menjadi dokter agar bisa mengobati saudara-saudaraku di sini " suara nya lugu namun jauh dari kata-kata kenyataan, kuyakin kelak mereka mengilhami arti dalam kehidupan. Tapi Tuhan tak tidur kutahu di saat mereka berkata dalam hati kecilku berbisik doa" Tuhan dengarkan suara kecil mereka " dengan air mata ku yang mengebun di kelopak mataku oh......tidak air mataku akhirnya menetes dalam kesedihan. Di perjalanan aku tak berani lagi berkata-kata pada mereka sebab waktu waktu hampir melemahkan tenaga mereka yang menempuh jarak begitu jauh. sampailah mereka yang berhitung dalam matematika sungguh kekuatan apa dan enrgi kecintaan apa yang ada pada diri orang-oarang itu. Yang tanpa mengeluh dalam hidup kesederhanaan
mereka ternyata masih dapat tertawa selepas napas yang tertumpah.
Last edited: