CHARLES SIMONYI, Ingin Bangun Perpustakaan di Antariksa

elbar

New member
Sosok pencipta program Microsoft Word ini meyakini, aktivitas membaca bisa dilakukan kapan dan di mana saja, termasuk di luar angkasa. TERKENAL menjadi sosok pebisnis jenius yang selalu berkutat dengan buku membuat Simonyi, 58, terobsesi membangun perpustakaan di luar angkasa.

Demi mewujudkan mimpinya ini, ia memutuskan menjadi turis antariksa kelima dunia. ?Di mana pun manusia hidup, saya pikir di sana harus ada sebuah perpustakaan,? kata miliuner Amerika Serikat (AS) keturunan Hungaria tersebut yang berniat mendirikan perpustakaannya di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).

Bagi Simonyi, ambisinya ini merupakan salah satu caranya membantu para awak ISS yang mungkin mengalami kejenuhan selama menjalankan tugas-tugas di antariksa. Meskipun telah hidup di zaman virtual, dia tetap bersikeras, awak ISS membutuhkan buku sebagai bahan bacaan karena dianggap lebih praktis. Simonyi akan menjalani petualangan antariksanya di ISS selama 12 hari sebelum kembali ke bumi. Sejak 18 Februari lalu,pengembang perangkat lunak (software) serta salah satu pendiri Microsoft ini telah berada di Moskow, Rusia.

Ia berada di sana untuk melaksanakan latihan terakhir sebelum terbang menuju ISS pada 7 April mendatang dari lokasi peluncuran di Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan, dengan menumpang pesawat Soyuz TMA-10. Di perpustakaannya nanti, pria kelahiran 10 September 1948 di Budapest, Hungaria, ini tidak akan lupa memasukkan koleksi dua buku favoritnya, Faust karya penulis Jerman, Johann Wolfgang Von Goethe, dan The moon is a harsh mistress karya penulis fiksi ilmiah Robert Heinlein. Untuk menjadi turis antariksa, Simonyi harus mengeluarkan biaya tidak sedikit, yaitu sekitar USD25 juta (Rp227 miliar). Sudah ada empat orang warga sipil yang bepergian ke luar angkasa sebelum Simonyi.

Mereka adalah Dennis Tito dari AS, Mark Shuttleworth dari Afrika Selatan,Greg Olsen dari AS, dan Anousheh Ansari, wanita AS keturunan Iran yang menjadi wanita sipil pertama di antariksa. Simonyi sudah tidak asing lagi dengan eksplorasi luar angkasa. Pasalnya, di usia 13 tahun, dia terpilih menjadi astronot junior Hungaria dan mendapat hadiah kunjungan ke Moskow di mana dia bertemu seorang kosmonot Rusia. Sejak saat itu, ketertarikan pria lajang ini terhadap dunia antariksa mulai berkembang.

Perpustakaan luar angkasa bukanlah satu-satunya pencapaian terbesar Simonyi dalam hidupnya. Setelah bergabung dengan Microsoft pada 1981,dialah yang memimpin tim mengembangkan software Microsoft yang sekarang dikenal dengan nama program aplikasi Microsoft Word dan Microsoft Excel. Setelah berhasil mendapat gelar PhD dari Stanford pada 1977, atas saran rekannya, Robert Metcalfe, Simonyi melamar pekerjaan langsung kepada Bill Gates, pendiri Microsoft.

Kedua jenius ini langsung cocok ketika kali pertama bertemu.?Kami bertekad menjadi produsen software, sistem operasi, program aplikasi, dan produk konsumen terdepan di dunia dan di pasar internasional,?kenangnya. Simonyi menjadi salah satu pengembang Microsoft level atas dan sama-sama menikmati kebangkitan perusahaan ini sehingga menjadi raksasa di pasar software dunia. Di Microsoft,dia mengembangkan sebuah metode manajemen software yang juga merupakan subjek disertasinya. Metode ini dinamakan metaprogramming.

Dengan metode ini, Microsot akhirnya mengadopsi pendekatan berbeda, yang disebut sebagai software program management. Namun, pada 2002 dia memutuskan meninggalkan Microsoft dan membangun perusahaannya sendiri bernama International Software bersama Gregor Kiczales. Di sini, Dr Simonyi menjabat sebagai presiden dan CEO International Software, sebuah perusahaan teknik software bermarkas di Bellevue,Washington, yang berkonsentrasi meningkatkan organisasi penyusunan software. Prestasi Simonyi di dunia teknologi informasi (TI) telah diakui secara luas.Pada 2004, dia menerima penghargaan Wharton Infosys Business Transformation karena inovasinya yang memberi dampak luas bagi perkembangan bidang TI.

Selain gemilang di bidang TI, ternyata Simonyi tidak lupa dengan kewajibannya membantu orang-orang yang membutuhkan. Dia aktif bederma dengan mendirikan Sekolah Charles Simonyi Professor of the Public Understanding of Science di Universitas Oxford. Selain itu, sosok yang termasuk dalam daftar miliuner Majalah Forbes ini juga membentuk Charles Simonyi Fund for Arts and Sciences guna mendukung perkembangan bidang seni, sains serta program pendidikan di Seattle. Tidak disangka,ternyata ketika masih duduk di bangku SMA di Hungaria, Simonyi kali pertama mengenal komputer.

Saat itu ia bekerja paruh waktu sebagai penjaga malam di sebuah laboratorium komputer, mengawasi komputer besar dan tua buatan Uni Soviet. Dari situ, dia tertarik pada bidang komputer dan mulai belajar pemrograman dari seorang teknisi komputer di situ. Pemilik kapal yacht terbesar kedelapan dunia Skat ini terus mengasah kemampuan dan bakatnya di bidang komputer dengan pindah ke AS pada 1968 dan mendalami ilmu matematika teknik dan statistik di Universitas California. (berbagai sumber/tri subhki r
 
Back
Top