CINTA ISTRI MUDA

Kalina

Moderator
Adrian dan Aisha telah dua tahun menikah. Tapi belum juga dikaruniai anak. Rosana, ibunda Adrian yang tinggal serumah dengan mereka mendesak supaya Aisha dan Adrian segera memeriksakan diri. Jika memang ada yang tak beres, bisa segera dapat solusi.



Betapa terkejut dan terpukulnya Aisha, tatkala mengetahui memang ada yang tidak beres dengan rahimnya. Terdapat kista ganas di dinding rahimnya. Jika tidak segera ditangani, akan menyebabkan kematian bagi Aisha. Dengan terpaksa, Aisha merelakan rahimnya untuk diangkat.

Adrian : "Aku akan terus mencintai kamu, Sha. Aku akan menerima kamu apa adanya. Jangan pernah takut, ya.."

Aisha : "Terimakasih, Mas. Aku juga tidak akan berputus asa. Aku akan berusaha menerima semua ini dengan besar hati.."



Tapi Rosana tidak mau terima. Anak laki-laki dalam keluarga Ramadhan hanya Adrian. Mereka butuh penerus.

Rosana : "Kamu harus ceraikan Aisha.. atau berpoligami.."

Adrian : "Engga, Ma! Aku gak akan menceraikan Aisha, apalagi menduakan dia hanya demi punya anak! Aku gak mau menyakiti dia, Ma!"

Rosana : "Jadi, kamu lebih memilih untuk melukai hati Mama begitu?"

Aisha menangis di sudut sofa. Lalu ia berkata..

Aisha : "Mas.. Aku ikhlas, kalau memang kamu mau menikah lagi. Demi kebahagiaan keluarga ini, aku rela.. Asal jangan pernah menceraikan aku."

Rosana : "Tuh liat! Aisha aja bisa mengerti! Mulai besok, Mama akan carikan istri yang tidak mandul untuk kamu!"



Adrian dan Aisha tak bisa tidur. Memikirkan akan ada orang baru dalam pernikahan mereka. Yaitu istri muda.



Rosana mulai melobi teman-temannya. Barangkali bisa bantu menemukan menantu idamannya. Dan diasm-diam, Aisha juga mencarikan wanita itu.



Di tempat lain, hidup seorang gadis cantik dan terpelajar. Namanya Syahlana. Ia seorang muslimah yang baik, dan berkerudung. Usianya 25 tahun. Ia memiliki sebuah restoran steak yang cukup terkenal. Berawal dari hobi memasak, ia memulai karirnya sebagai chef.

Syahlana mengemudikan mobilnya dengan kecepatan agak tinggi. Ia buru-buru ingin sampai ke restoran. Tapi tiba-tiba ia membanting setir dan menabrak pohon. Keluar asap dari kap mobil. Beberapa orang segera menolong Syahlana yang kepalanya telah bersimba darah dan tak sadarkan diri.

"Wah, mbak ini nekat bener. Hanya demi tidak menabrak seekor anjing yang menyebrang jalan, ia rela mencelakakan dirinya sendiri," kata beberapa warga.

Dan seorang wanita mendengar peristiwa itu. Ia menawarkan diri untuk membawa Syahlana ke rumah sakit.



Wanita tersebut adalah Aisha.



Beberapa saat kemudian.. Syahlana siuman.

Aisha: "Kamu sudah siuman.. Mana yang sakit?"

Syahlana menatap Aisha.

Syahlana: "Ah, iya.. Kamu yang menolong aku?"

Aisha: "Aku hanya kebetulan berada di tempat kejadian. Kamu nekat banget.."

Syahlana: "Walau ia seekor anjing, yang najis, tapi dia juga makhluk hidup yang haram jika kita sakiti."

Mulia sekali hati wanita ini, kata Aisha dalam hati.

Aisha: "Oh ya, maaf, barusan aku terpaksa buka hp kamu. Untuk mengabari keluarga kamu. Dan, adik kamu sekarang lagi di bagian administrasi."

Syahlana: "Iya, gak papa.. Terimakasih ya.."

Aisha: "Sama-sama. Oh ya, aku Aisha. Kamu.. Syahlana, kan? Adik kamu yang bilang.."

Syahlana tersenyum sambil menahan pusing.



Aisha pulang ke rumah dengan wajah sumringah. Ia melihat Rosana sedang merangkai bunga di teras belakang.

Aisha: "Ma.. Mama.."

Rosana: "Ada apa, Sha?"

Aisha: "Aku punya kabar baik.."

Rosana: "Apa? Kamu mendadak hamil?"

Semenjak Rosana tau kalau Aisha mandul, sikapnya begitu dingin.

Aisha: "Maaf, Ma.. Bukan itu.."

Rosana: "Lantas? Kalau gak penting-penting amat, gak usah lebay ya.."

Aisha: "Aku menemukan wanita yang tepat untuk jadi istri ke dua Mas Adrian.."

Rosana: "Apa alasan kamu mengatakan kalau dia wanita yang tepat?"

Aisha: "Karena dia wanita berhati mulia, Ma.."

Rosana: "Bisa punya anak, gak?"

Aisha: "Kalau itu.. Aku belum tau, Ma.."

Rosana kesal.

Rosana: "Ini yang kamu sebut kabar baik? Buang-buang waktuku aja!"

Aisha: "Maaf, Ma.."

Tapi jauh di dalam lubuk hati Aisha, ia yakin.. Syahlana lah wanita yang tepat.



Syahlana adalah putri pasangan suami istri Lainuri dan Jamal Latif yang kaya raya karena bisnis pertaniannya. Ia punya adik perempuan bernama Zifara atau biasa dipanggil Zi.



Suatu pagi saat sarapan..

Syahlana menata roti di piringnya. Lalu mengolesinya dengan selai stroberi kesukaannya. Jamal asyik membaca koran sambil menyedu kopi luwaknya. Sedangkan Lainuri membantu sang suami mengoleskan selai pada roti. Lalu..

Zifara: "Pagi semuanya..!!"

Lainuri: "Kamu nih, Zi.. Bikin kaget aja!"

Syahlana: "Kerudung kamu miring, tuh, Zi.."

Zifara: "Oh ya?"

Ia lekas berkaca pada cermin yang ada di ruang makan.

Zifara: "Ini emang modelnya begini, Kaaakk.."

Jamal: "Model kerudung kok miring gak karuan gitu, sih?"

Zifara: "Ah, Papa gak ngerti fashion, sih!"

Lainuri: "Hmm.. Udah cepet sarapan. Ntar kamu telat ke kampus, loh.. Papa juga nih, buruan. Udah jam 9. Katanya mau meninjau sawah.. Mm.. Lana, kamu juga ke restoran, kan?"

Syahlana: "Iya, Ma."

Dengan mulut penuh makanan, Zifara bicara.

Zifara: "Ma, nanti aku mungkin pulang telat. Mau ke nikahan temen.. Boleh, ya?"

Lainuri: "Iya, boleh.."

Jamal melipat korannya dan meletakkannya di samping piring.

Jamal: "Ngomongin nikah.. Lana, kapan kamu akan nikah? Papa dan Mama belum pernah dengar kamu punya kekasih. Temen cowok kayaknya juga jarang punya, deh.."

Syahlana: "Hmm.. gak tau, Pa. Lana gak tau. Lana sendiri gak ngerti masalah kayak gituan.."

Lainuri: "Nasib kita, Pa. Punya putri yang harga dirinya terlalu tinggi.."

Hari-hari pun berlalu..



Lainuri sedang shopping kebutuhan rumah tangga. Kemudian, ia disapa oleh seorang wanita seusianya.

"Lainuri!!"

Lainuri: "Mbak Rosana!"

Mereka langsung berpelukan dan cipika-cipiki.



Lalu kedua wanita itu mampir ke restoran milik Syahlana. Rosanalah yang mengajaknya duluan.

Rosana: "Kita ngobrol sambil makan siang ya? Aku suka banget makanan di restoran ini, Nur.."

Lainuri tak mau buru-buru bilang kalau ini milik putrinya. Nanti aja, kejutan.

Lainuri: "Aku juga sering ke sini.."

Usai memesan makanan, mereka pun lanjut ngobrol.

Rosana: "Gimana kabar kamu, Nur? Udah lama banget loh, kita gak bertemu.."

Lainuri: "Alhamdulillaah kabarku baik.. Mbak gimana?"

Rosana: "Ya, kabarku baik juga. Mm.. Gimana Syahlana sekarang? Terakhir ketemu dia, saat dia mau masuk tk, kan? Setelah itu, aku diajak mas Ramadhan pindah ke Surabaya."

Lainuri: "Syahlana.."

Sebelum Lainuri bercerita tentang putrinya, tiba-tiba Syahlana muncul.

Syahlana: "Mama.."

Lainuri: "Lana.."

Rosana memperhatikan Syahlana dengan detail. Parasnya yang ayu, dibalut busana muslim yang trendy.

Rosana: "Loh, ini kan yang punya restoran ini.. Jadi.."

Lainuri: "Kejutan untuk mbak.. Yang punya restoran ini, Syahlana, putriku, Mbak.."

Syahlana: "Wah, rupanya Ibu Rosana ini temen Mama.."

Rosana: "Ya ampun.. Kamu punya putri yang hebat, Nur.. Lana sudah berkeluarga?"

Lainuri: "Itulah, Mbak. Putriku ini, terlalu asyik sendiri dan sibuk dengan restorannya. Sampai gak mikirin masalah menikah. Temen cowok pun gak punya."

Rosana: "Ya ampun, Lana.. Andaikan anak Ibu masih lajang.. Ibu gak nolak punya mantu cantik dan anggun seperti kamu. Pinter masak lagi.."

Syahlana tersenyum.



Rosana langsung jatuh hati pada Syahlana. Muncul rasa sayang yang luar biasa.

Rosana: "Aku harus lakukan sesuatu, supaya Syahlana mau jadi istri ke dua Adrian.."

~ BERSAMBUNG ~
 
nyanyi dulu ah

Istri tua merajuk
Balik ke rumah istri muda
Kalo dua dua merajuk
Ana kawin tiga

















dari lirik Madu 3, lirik selengkapnya :
Aih senangnya dalam hati
Kalo beristri dua
Seperti dunia
Ana yang punya

Kepada istri tua
Kanda sayang padamu
Kepada istri muda
I say i love you

Istri tua merajuk
Balik ke rumah istri muda
Kalo dua dua merajuk
Ana kawin tiga

Mesti pandai pembohong
Mesti pandai temberang
Tetapi jangan sampai
Eh pecah temberang

Istri istri tua
Istri istri muda
 
Ngakak liat komen pak press dan tia :D

Go kak kalin, go go go~
Lagi demen istri muda nih yeeee~

*IniApasih
 
Aisha pelan-pelan bercerita pada Adrian tentang wanita berhati mulia.

Aisha: "Aku yakin, kamu pasti akan menyukai dia."

Adrian: "Sha, semulia apa pun wanita itu, kamu jauh lebih mulia. Kamu adalah wanita yang halus perasaannya. Tapi kamu dengan segenap jiwa mau merelakan suami kamu sendiri untuk berpoligami."

Aisha memeluk Adrian.

Aisha: "Aku mengizinkan kamu menikah lagi, karena aku ingin kamu bahagia. Kebahagiaan kamu adalah bukti cinta aku ke kamu.."



Suatu hari, Zifara yang baru keluar dari kelas dihampiri oleh David, mahasiswa senior.

David: "Zi!"

Zifara: "Ya?"

David: "Ada yang mau gue omongin.. Ikut gue, yuk.."

David mengajak Zifara berjalan bersama. Sampai mereka tiba di taman belakang kampus yang agak sepi.

David: "Zi.. gue suka sama lo.. Jadi pacar gue, ya.."

Zifara: "Hah? Pacar? Woii!! Lo mau gue jadi pacar orang kayak lo, yang jarang sholat dan gak bisa ngaji? Noooo noooo noooo...!!"

David: "Gue janji, gue akan sholat dan belajar ngaji. Buat lo.."

Zifara: "Parah nih orang.. Lo gak kenal sama Allah, ya? Payah!! Udahlah.. gue lagi gak minat ceramahin lo..!"

Ia pun meninggalkan David sendirian.



Syahlana tengah sibuk di restorannya. Lalu.. seorang petugas bagian stok bahan makanan, Juki, masuk ke ruangannya setelah mengetuk pintu.

Juki: "Bu, ini laporan tentang bahan makanan yang hampir habis dan sudah habis."

Syahlana: "Oke.. Lagian hari ini emang jadwal saya belanja supply, ya.."



Usai menuntaskan kesibukan di ruangannya, Syahlana segera pergi ke pasar tradisional untuk belanja. Ya, belanja ini ia lakukan sendiri untuk menjaga kualitas bahan makanan di restorannya.



Saat memilih-milih daging, ia disapa oleh seseorang. Syahlana menoleh..

Syahlana: "Aisha!"

Aisha: "Banyak amat belanjaannya, Lan.."

Syahlana: "Iya, nih.. stok untuk restoran aku.."

Aisha: "Wah, kamu punya restoran?"

Syahlana: "Yaa kecil-kecilan.. Sarana untuk belajar mandiri.."

Aisha makin menyukai Syahlana.



Sedangkan Rosana juga melancarkan aksinya. Ia sering datang ke restoran Syahlana. Berbuat sejuta kebaikan untuk Syahlana. Membawakan hadiah-hadiah mahal untuk gadis berkerudung itu.




Suatu hari..



Rosana bicara pada Adrian dan Aisha.

Rosana: "Mama sudah menemukan wanita yang cocok untuk jadi istri ke dua kamu."

Adrian: "Ma.. apa harus kayak gini? Apa kehadiran anak lebih penting dari pada menjaga perasaan Aisha? Kekurangan Aisha adalah takdir, Ma. Bukan keinginan Aisha.."

Rosana: "Adrian, mama tidak mau tau! Pernikahan kedua kamu bukan pilihan. Tetapi.. perintah! Jika kamu gak mau melakukannya, jangan pernah lagi memanggil saya Mama!"



Aisha tidak ingin Adrian jadi durhaka.

Aisha: "Kalau kamu gak nurut apa kata mama.. Aku juga gak sudi lagi punya suami yang durhaka pada orang tua.."

Sehingga Adrian pun tak punya lagi cara untuk menentang.



Rosana pun segera menyampaikan niatnya pada Lainuri, ia ingin Syahlana menikah dengan Adrian.

Lainuri: "Apa?! Jadi istri ke dua Adrian?? Syahlana itu.. harga dirinya tinggi sekali. Ia sangat picky. Terhadap pria yang jelas-jelas single saja dia sulit mengatakan iya, apalagi terhadap pria yang telah beristri. Aku gak yakin Syahlana mau menerimanya, Mbak.."

Rosana: "Aku akan berusaha membuat Syahlana mau. Yang penting kamu dan Jamal setuju dulu, Nur."

Lainuri: "Kalau aku pribadi, dengar cerita Mbak, ya apa kata jodoh, deh. Tapi Mas Jamal.. nanti aku coba bicara dengan sama dia.."



Suatu hari, Aisha mengajak Adrian makan siang di kafe. Kafe itu milik Syahlana. Rosanalah yang merekomendasikan. Dan, Aisha telah tau, kalau Syahlanalah yang mau dikenalkan pada Adrian. Membawa Adrian ke kafe itu adalah strateginya untuk membuat Adrian kenal pada Syahlana.



Sejujurnya, Adrian sendiri stres dengan keadaan ini. Ia galau, dilema, dan merasa tak berdaya.

Adrian: "Aku ke toilet dulu, ya.."

Aisha: "Iya."



Tiba-tiba..

Prang!!

Sebuah nampan berisi menu pesanan tamu jatuh dan isinya berceceran di lantai.

Syahlana: "Masya Allah!! Maafin saya, Mas. Saya gak sengaja.. Mas gak papa? Gak kena beling, kan?"

Adrian heran. Bukankah dirinyalah yang menabrak wanita ini duluan, karena berjalan dengan tidak fokus..

Adrian: "Kan saya yang menabrak kamu. Bukan kamu yang menabrak saya. Saya akan bayar menu ini.."

Syahlana: "Sepertinya, saya juga kurang fokus, Mas. Dan Mas tidak perlu bayar menu ini.

Lalu Aisha datang..

Aisha: "Syahlana..?"





Syahlana menoleh pada yang menyapanya.

Syahlana: "Loh.. Kamu.. Aisha, kan?"

Aisha: "Iya.."

Syahlana langsung memeluk dan menyalaminya.

Syahlana: "Dia.. siapanya kamu, Sha?"

Aisha: "Oh ya, perkenalkan.. dia Adrian, suami aku.. Mas, dia Syahlana. Yang pernah aku ceritakan. Wanita berhati mulia.."

Syahlana tersenyum.

Syahlana: "Jangan menyanjung aku berlebihan.. Nanti aku bisa lupa daratan, loh.."

Aisha dan Syahlana sama-sama tertawa. Tapi tawa Syahlana cenderung lebih lembut dan pelan.



Adrian mulai bisa membaca pikiran Aisha, apa mau istrinya itu. Selera makannya hilang.

Adrian: "Aku memang setuju untuk nikah lagi. Tapi gak harus secepat ini kan, Sayang.."

Aisha: "Maafin aku, ya.. Aku hanya ingin kamu mengenal Syahlana.. Kalau dia bukan wanita baik, aku gak akan memperkenalkan dia ke kamu. Dan, hebatnya lagi, ternyata dia anak temen mama, Tante Lainuri.."

Nama itu.. Adrian serasa dejavu..

Adrian: "Udahlah, siapapun Syahlana itu.. Aku gak mau tergesa-gesa. Beri aku waktu untuk mengenalnya.."



Rosana berencana mengundang Syahlana untuk makan malam di rumahnya. Supaya Adrian bisa lebih mengenalnya.

Syahlana: "Sabtu besok ya, Tante? Emangnya ada acara apa?"

Rosana: "Iya. Ng.. Anu.. Tante lagi hepi aja. Nah, kalo lagi hepi, Tante selalu ajak teman untuk dinner di rumah. Nah, kali ini Tante ingin ajak kamu.. Mau, kan?"

Syahlana: "Saya gak bisa bilang tidak. Tapi, Insya Allah, saya akan datang.."



Rosana memberitau Aisha mengenai acara makan malam itu. Aisha setuju. Ia siap membantu segalanya demi kelancaran acara itu..



Adrian sedang sendirian di perpustakaan rumahnya. Ia iseng membuka-buka album foto lama. Foto-foto masa kecil Adrian, sebelum dia diajak mamanya pindah ke luar negeri..
 
Rosana sangat senang, karena Syahlana bisa hadir malam itu. Tapi Syahlana tidak sendiri. Ia mengajak Zifara, adiknya.
Rosana: "Aduh, kalian berdua seperti bidadari. Sama-sama cantik. Ayo silahkan masuk.."

Rosana telah memesan semua makanan dari restoran mahal. Semua demi membuat Syahlana senang.
Rosana: "Tante gak bisa masak sepintar kamu. Tapi Tante harap kamu akan suka.."
Syahlana: "Semua makanan pasti enak, Tante. Tergantung lidahnya. Cocok apa gak."
Kemudian, Aisha dan Adrian keluar dari kamar mereka.
Syahlana: "Loh, ternyata kalian sekeluarga?"
Aisha: "Syahlana, ini kebetulan yang indah, ya.."
Syahlana: "Iya.."

Entahlah..
Adrian memperhatikan cara Syahlana makan. Gadis itu menggunakan sendok, garpu, dan pisau dengan tepat. Tidak pernah menggigit makanan langsung. Potongannya juga kecil-kecil. Mengunyahnya tidak buru-buru. Saat bicara, di dalam mulutnya sudah tidak ada makanan.

Zifara berbisik pada kakaknya.
Zifara: "Kak, Adrian dari tadi merhatiin lo terus.."
Syahlana langsung menoleh pada Adrian. Ketauan sekali pria itu langsung memalingkan wajahnya.

Rupanya, tak hanya Zifara yang tau itu. Aisha juga.

Usai makan malam.. Rosana mengajak Syahlana mengobrol dulu.
Rosana: "Tante senang, karena kamu suka dengan makanannya.."
Syahlana: "Alhamdulillaah. Terimakasih ya, Tante.."
Rosana: "Tau gak, dulu, waktu Tante dan Adrian belum pindah ke Aussie, kamu itu masih TK. Mainnya juga sama Adrian. Ah, pasti kamu dan Ian udah lupa."
Adrian coba mengobok-obok memorinya, dan..
Adrian: "Oooooooohhhh kamu kan yang suka nangis kalau lihat pengemis. Trus pernah kecebur di kolam ikan punyaaa tetangga kamu. Hmm.. yang suka makan permen kapas itu, kan?"
Syahlana mencoba mengingatnya kembali. Malah Zifara yang menjawabnya.
Zifara: "Sampai sekarang kak Lana masih suka nangis kalau lihat pengemis dan, tiap hari makan permen kapas.."
Syahlana langsung tersipu. Wajahnya merona.
Aisha: "Lalu, apa yang kamu ingat tentang mas Ian saat kecil, Lana? Aku ingin tau.."
Mendadak Syahlana merasa keki. Canggung mau mengatakannya. Ia melihat Adrian yang mungkin telah ingat semuanya, memasang isyarat agar Syahlana tak mengatakan apa-apa. Ya. Memang agak memalukan..
Syahlana: "Mm.. apa, ya.. Yaa.. Aku kurang begitu ingat. Kan waktu itu aku masih kecil juga."

Saat kecil dulu, Adrian dan Syahlana memang sering bermain bersama. Hanya saja waktu membuat keduanya lupa. Tapi, kali ini, keduanya teringat satu hal kecil saat mereka kecil.
Mereka sering main papa-mama an.
Adrian: "Nanti kalau udah dewasa, kita jadi papa mama beneran ya.."
Syahlana: "Gak mau, ah..! Kamu kan masih suka ngompol!"
Adrian: "Pokoknyaaa aku papanya, kamu mamanya..!"
Syahlana: "Ih.. Kok maksaaaa???"
Karena Syahlana tetap menolak, Adrian malah menangis...

Adrian tertawa sendiri saat mengingat kejadian itu. Konyol sekali..

Dan, rupanya Syahlana juga tak sengaja mengingat kenangan yang sama.

Hari-hari berlalu, dan Rosana sering mengundang Syahlana untuk makan malam di rumahnya. Membuat Jamal yang belum tau apa-apa jadi curiga.
Lainuri: "Mbak Rosana ingin Syahlana jadi istri ke dua putranya, Mas. Karena menantunya gak bisa memberi keturunan."
Tentu saja Jamal kaget.
Jamal: "Trus, kamu setuju?"
Lainuri: "Aku bilang sama Mbak Ros, kalau aku mengikuti keputusan kamu, Mas.."
Jamal: "Aku ini laki-laki. Tapi aku mengerti bagaimana rasanya seorang wanita, apapun keadaannya, harus berbagi suami dengan wanita lain. Tingkat keikhlasannya sangat tinggi dan sulit untuk dijalani. Aku bukannya gak setuju, Nur. Tapi aku khawatir, nanti ada apa-apa sama Syahlana.."
Lainuri: "Jadi gimana?"
Jamal: "Semua, aku serahkan pada Syahlana.. Dialah yang akan menjalaninya.."

Lainuri menelpon Rosana..
Rosana: "Jamal itu.. dari dulu gak berubah. Kalau bikin keputusan suka ngambang.."
Lainuri: "Yaa aku sendiri terpaksa gak bisa kasih keputusan yang tepat.. Aku bingung, Mbak.."
Rosana: "Ayolah, Nur.. Mbak mohon.. Syahlana harus mau menerima pernikahan ini. Karena.. aku gak tau lagi mau cari mantu sebaik dia di mana. Yang lebih baik pun aku gak menemukannya.. Mbak mohon banget.."

Lainuri memutuskan untuk bicara pada Syahlana malam itu juga.
Lainuri: "Syahlana.."
Syahlana: "Ya, Ma?"
Lainuri: "Mm.. usia kamu sekarang udah 25 tahun, kan?"
Syahlana: "Iya, Ma. Kenapa?"
Lainuri: "Kamu.. ada hasrat ingin menikah, kan?"
Syahlana: "Ya.. ada. Kenapa sih, Ma?"
Lainuri: "Mm.. Ada pasangan suami istri. Yang sang istri gak bisa punya anak, karena rahimnya diangkat. Keluarga itu butuh keturunan untuk menjadi penerus keluarga. Dan, mereka memilih untuk mencari istri ke dua untuk menikah dengan sang suami. Mm.."
Syahlana: "Apa mereka meminta Syahlana untuk jadi istri ke dua itu?"
Lainuri: "Iya, Sayang.."
Syahlana: "Kok mereka bisa mikir ide kayak gitu sih, Ma? Gak mikirin perasaan istrinya apa?"
Lainuri: "Istrinyalah yang meminta suaminya nikah lagi. Dan mereka memilih kamu.."
Syahlana: "Emang, mereka siapa sih, Ma? Lana kenal, gak?"
Lainuri: "Mereka adalah.. Adrian dan Aisha.."
Syahlana: "Apa?!"

Keesokan harinya, kebetulan hari minggu. Syahlana mendatangi rumah Rosana. Semua orang sedang ada di rumah.
Syahlana: "Aku minta maaf. Aku gak bisa menjadi istri ke dua Adrian. Aku gak mau!"
Aisha: "Tapi kenapa, Lana? Apa yang buat kamu gak mau?"
Syahlana: "Aisha.. Aku memang bukan wanita suci. Tapi aku gak mau menyakiti hati kamu, Sha. Ok lah, saat ini kamu bilang, kalau kamu ikhlas. Tapi bagaimana nanti? Kalau Adrian jatuh cinta sama aku, atau mungkin jadi lebih mencintai aku? Apa kamu akan terus ikhlas? Gak mudah, Sha.. Dan, pernikahan ke dua tanpa keikhlasan dari istri pertama, akan menjadi tidak sah, dan sama aja dengan zina.."
Aisha meneteskan air mata. Adrian terpana mendengar kata-kata itu. Dalam pikiran mereka.. rupanya Syahlana bukan wanita sembarangan. Ilmu agamanya tinggi. Setinggi harga dirinya juga.
Aisha: "Mendengar kata-kata kamu, Lana.. Membuat aku makin ingin mas Adrian menikahi kamu.. Kamu adalah calon istri terbaik buat Mas Adrian.. dan juga calon ibu terbaik buat anak-anaknya kelak.."
Syahlana: "Bagaimana kalau ternyata aku juga gak bisa kasih anak? Harus berapa kali Adrian nikah?"
Rosana muncul dan menyahut.
Rosana: "Tante udah periksakan urin kamu, yang sengaja dicuri oleh mama kamu. Kamu subur, Lana.."
Aisha: "Tuh.. Sekarang, apalagi alasan kamu untuk menolak Adrian? Aku jamin, dia adalah suami yang terbaik.."
Syahlana: "Adriannya.. mau, gak?"
Ia melirik Adrian yang rupanya sejak tadi sudah menatapnya.
Aisha: "Asal kamu bersedia.. Mas Adrian pun akan bersedia.."
Syahlana: "Kamu tau, Aisha.. Kamu adalah wanita paling mulia yang pernah aku kenal.
 
Syahlana akhirnya menyetujui pernikahan itu. Yang akan dilaksanakan dalam bulan ini. Rosana ngebut memesan gaun pernikahan untuk Syahlana. Glamour tapi tetap islami. Semua orang melakukan persiapan extra matang dan sempurna. Tanpa sengaja, pernikahan ke dua ini malah lebih mewah dari pernikahan pertama Adrian dulu.
Rosana: "Ian, mama ditelpon sama toko perhiasan. Cincin kawin kamu dan Lana udah selesai. Kamu ke sana ya, bareng Lana juga."
Adrian: "Iya, Ma.."

Aisha memperhatikan Adrian. Sejak Syahlana menyetujui pernikahan itu.. Adrian tak lagi berat hati menjalaninya. Ia seperti tak ingin melepas Syahlana. Apakah.. Apakah keputusannya sudah benar? Benar kata Syahlana. Gak mudah untuk ikhlas membagi suami dengan wanita lain.. Namun nasi sudah jadi bubur. Undangan pernikahan sudah disebar. Aisha tak mau mengecewakan semua orang. Ia akan berusaha untuk lebih ikhlas..

Adrian menjemput Syahlana di restorannya.
Syahlana: "Oh, cincinnya ya? Ok. Bentar, aku ambil mobilku dulu."
Adrian: "Eh, kita bisa bareng kok. Pakai mobil aku.."
Syahlana: "Maaf, ya.. Aku gak biasa satu mobil berdua dengan lelaki yang bukan muhrim aku."
Adrian: "Tapi aku kan calon suami kamu.."
Syahlana: "Masih calon suami, kan? Nanti setelah penghulu dan saksi nikah mengatakan "sah", aku baru mau satu mobil bersama kamu.."
MasyaAllah.. benar-benar wanita solehah, batin Adrian.
Adrian: "Ok, deh.. As you wish.."

Jadilah mereka berdua pergi menggunakan mobil berbeda. Hampir tidak seperti pasangan yang akan menikah.

Saat di toko perhiasan, Syahlana sama sekali tidak mendekat pada Adrian. Mereka gantian mencoba cincin.

Adrian jadi teringat saat dulu akan menikah dengan Aisha. Mereka berdua tampak mesra saat memesan dan mengambil cincin kawin. Adrian pun memahami, kalau Syahlana dan Aisha berbeda..


Hari pernikahan pun tiba.

Syahlana sedang dirias. Aisha terus memantau segalanya.
Saat hanya tinggal mereka berdua di kamar..
Syahlana: "Aisha.. kalau sekarang kamu bilang gak rela, aku akan langsung menghentikan pernikahan ini."
Aisha: "Lana, kamu ngomong apa, sih.. Udah, jangan dibahas lagi. Aku ikhlas lahir dan batin.. Aku malah bahagia ada kamu di keluarga kami.."

Ijab Qabul pun dilaksanakan pagi itu..
Penghulu: "Saya nikahkan dan kawinkan engkau.. Adrian bin Ramadhan dengan Syahlana binti Jamal Latif dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!"
Adrian: "Saya terima nikah dan kawinnya Syahlana binti Jamal Latif dengan mas kawin tersebut, tunai!"
Adrian dan Syahlana pun resmi menjadi suami istri.

Malam pertama..
Syahlana tampak gelisah. Ini malam pertamanya menjadi istri orang, tapi malah istri muda. Dan ini hari pertamanya tinggal di rumah keluarga Ramadhan. Ia mondar-mandir di depan pintu kamarnya. Di dalam ada Adrian.
Aisha melihat Syahlana, dan menghampirinya.
Aisha: "Lana.. Kamu kenapa?"
Syahlana: "Eh, Aisha.. Aku.. aku.."
Aisha: "Gak papa, tenang, ya.. Percayalah, semua baik-baik aja.. Cepet masuk. Mas Adrian adalah pria yang baik dan lembut.."
Usai menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, Syahlana pun masuk.

Adrian duduk di tempat tidur. Bersandar pada bantal. Ia melihat Syahlana datang.
Syahlana: "Assalaamu 'alaikum, Mas.."
Adrian: "Wa 'alaikumsalaam.."
Syahlana: "Apakah.. Mas butuh sesuatu? Biar aku bantu siapin.."
Adrian: "Oh.. engga. Terimakasih.."
Syahlana: "Mm.."
Lalu ia duduk di sisi lain tempat tidur.
Syahlana: "Maaf sebelumnya.. Tapi, ini pertama kalinya aku berada di dalam satu ruangan dengan laki-laki selain papaku.."
Adrian tau dan mengerti.. Pasti Syahlana masih merasa asing.
Adrian: "Syahlana, kemarilah.. Mendekat padaku.."
Syahlana menurut..
Adrian: "Sejujurnya aku katakan.. Aku bangga bisa punya dua istri yang sama-sama sholehah. Dan aku janji, aku akan bersikap adil, seperti yang dituntunkan dalam Al Quran. Tapi aku minta maaf, aku belum bisa mencintai kamu seperti aku mencintai Aisha.. Bisakah kamu mengerti ini?"
Syahlana mengangguk.
Syahlana: "Sejak awal aku sudah mengira ini. Jadi aku gak terkejut. Memang sudah seharusnya kamu lebih mencintai Aisha dari pada aku.."
Adrian tersenyum.
Adrian: "Aku bangga memiliki kamu."
Lalu ia meraih Syahlana ke dalam pelukannya. Mematikan lampu di dekat tempat tidurnya. Semuanya dimulai malam itu..


Sementara Aisha..
Ia akan tidur sendirian untuk pertama kalinya malam ini, sejak menikah dengan Adrian. Tak ada rasa kantuk menyapa. Ia pun keluar dari kamarnya. Ia menatap dengan sendu ke arah kamar tidur Syahlana. Adrian ada di dalam sana, entah sedang apa..
Kemudian.. Rosana datang.
Rosana: "Mereka harus punya banyak anak. Yaa paling engga dua atau tiga. Kamu gak usah ngiri, ya!"
Aisha hanya diam. Ia tak akan melawan mertuanya itu.

Jam dinding menunjukkan pukul 4.30 pagi. Masih subuh..
Syahlana sudah bangun dan mengenakan mukena. Bersiap mau sholat. Tapi sebelum sholat, ia membangunkan Adrian.
Syahlana: "Mas.. Ayo kita sholat subuh sama-sama.."
Adrian: "Oh.. iya.."
Syahlana: "Baju koko dan sarungnya udah aku siapin. Aku bangunin Aisha dan Mama dulu, ya.. Mm.. aku tunggu di musholla.."
Adrian: "Ok.."
Sebenarnya, semua orang di rumah itu jarang sholat subuh..

Syahlana sungguh menjadi mentari di keluarga itu, yang menyinari kegelapan. Ia begitu cekatan sebagai wanita yang telah bersuami.

Usai sholat subuh, ia tak lantas lanjut tidur. Ia segera pergi ke dapur dan menanak nasi. Menyiapkan bahan-bahan untuk membuat sarapan. Lalu mengumpulkan pakaian kotor dan mencucinya di mesin cuci. Matahari pagi muncul. Ia segera menyetrika kemeja Adrian untuk dipakai saat ke kantor. Menyiapkan semua perlengkapan suaminya ke kantor.
Baru deh, setelah itu ia memasak nasi goreng untuk sarapan.

Aroma wangi nasi goreng membuat Rosana dan Aisha terbangun.. Adrian juga.
Rosana: "Siapa ya yang masak nasi goreng? Aromanya enak.. Mama jadi lapar.."
Adrian: "Pasti Syahlana. Karena, sejak usai sholat subuh tadi, dia gak kembali tidur.."
Mereka segera turun ke ruang makan.

Benar saja..
Syahlana sedang menyiapkan sarapan pagi.
Rosana: "Hmm.. aromanya enak banget.."
Syahlana: "Ayo, mau langsung sarapan atau mandi dulu, nih?"
Rosana: "Mama sarapan dulu, ya.. Ntar keabisan nasi goreng yang lezat ini.."
Syahlana pun langsung melayani Adrian.
Syahlana: "Kamu mau langsung sarapan? Atau mau mandi dulu?"
Adrian: "Sarapan dulu, deh.. Nasi gorengnya, ya. Aku mau cicipin masakan kamu.. Kata Mama dan Aisha, kamu pinter masak.."
Aisha: "Lana kan chef, Mas.."
Semua menyukai masakan Syahlana.
 
Aisha membantu Adrian berpakaian. Sedangkan Syahlana buru-buru mandi. Ia harus segera ke restoran.
Aisha: "Mas, ajak Syahlana bareng, ya.."
Adrian: "Iya, Sayang.."
Syahlana tak sengaja melihat kemesraan Adrian dan Aisha. Kenapa hatinya serasa tergores duri? Cemburukah?

Di dalam mobil saat perjalanan ke restoran..
Adrian: "Ingat, saat kita mau ambil pesanan cincin kawin?"
Syahlana: "Iya. Aku ingat. Memangnya kenapa?"
Adrian: "Kamu bilang, gak mau satu mobil sama aku sebelum sah pernikahan kita."
Syahlana tersenyum.
Syahlana: "Kalau kamu merasa tersinggung, aku bisa apa? Bukankah sudah kewajiban bagi wanita untuk menjaga kehormatannya? Apalagi aku adalah wanita muslimah.."
Adrian: "Ya ampun.. Pengetahuan agama kamu dalam, Lana.. Aku jadi malu.."
Syahlana: "Aku hanya mencoba untuk jadi wanita baik.. Itu aja.."
Adrian: "Oh ya, makasih ya, kamu gak cerita ke orang-orang tentang masa kecil kita.."
Syahlana tersenyum..
Syahlana: "No one will know that. Only you, me, and Allah.. Insya Allah.."

Adrian mengantar Syahlana sampai di depan restoran.
Adrian: "Nanti pulang jam berapa?"
Syahlana: "Aku biasa pulang jam 4 sore.."
Adrian: "Ok. Ntar aku jemput.."
Syahlana mengulurkan tangan kanannya. Adrian belum mengerti..
Adrian: "Apa?"
Syahlana: "Aku mau salim sama kamu.."
Adrian: "Untuk apa?"
Syahlana: "Ng.. ini salah satu bentuk penghormatan istri pada suami.."
Adrian: "Oh.. Ok.."
Dalam hati, Adrian cukup tersentuh memiliki istri yang sesholehah Syahlana.

Semua orang di restoran menyambut Syahlana. Salah satunya waiters restoran, namanya Badriyah.
Badriyah: "Cie cie cie... pengantin baru.. Wajahnya ceria amat.."
Syahlana: "Masa harus nangis? Gak, kan..?"
Badriyah membuntuti Syahlana sampai ke ruangan bosnya itu.
Badriyah: "Mbak Lana.."
Syahlana: "Apa?"
Badriyah: "Mbak kok mau sih jadi istri muda? Mbak kan cantik, pinter, baik.. pasti bisa dapet yang single.."
Syahlana: "Badriyah yang bawel.. Dengerin aku.. Semua manusia berhak untuk berencana, mempunyai impian dan harapan. Tapi, Allah lah yang lebih berhak untuk menentukan, apakah akan terwujud atau gak. Begitu juga dengan pernikahan aku dan status aku sebagai istri muda. Ini sudah takdir.. Dan, seorang mukmin wajib qona'ah terhadap qodo' dan qodar yang sudah Allah tentukan.."
Badriyah tersenyum.
Badriyah: "Waduh.. tiap kali dengerin Mbak Lana tausiah, hatiku jadi adem dan tentrem.."
Syahlana: "Jangan cuma adem dan tentrem. Tapi juga harus dipahami dan dijalankan. Supaya kita bisa sharing pahala.."


Sementara itu di rumah..
Seperti biasa, Aisha hanyalah ibu rumah tangga biasa. Ia mengerjakan beberapa pekerjaan rumah. Seperti memasak, menyetrika, dan membersihkan rumah. Sehharusnya ia juga mencuci pakaian. Tapi, semua pakaian sudah dicuci oleh Syahlana.
Tak disangka, hari itu Aisha kedatangan tamu. Yaitu Eliza, sepupunya.
Aisha: "Eliza! Apa kabar?"
Eliza: "Aku baik. Kamu gimana?"
Aisha: "Aku juga baik. Alhamdulillaah.."
Eliza berulang kali memeluk Aisha.
Eliza: "Aku kangen banget sama kamu, Sha.."
Aisha: "Aku juga.."
Eliza baru pulang dari Malaysia. Ia TKW yang menjadi pembantu rumah tangga di Negeri Jiran itu.
Eliza: "Tapi kok kayaknya kamu agak kurusan, ya? Wajah kamu juga pucat. Kamu sakit, Sha?"
Aisha: "Ah, aku gak papa. Hanya mungkin ini efek dari program diet aku.."
Eliza: "Bohong! Sejak kecil kamu gak pandai bohong sama aku, Sha.. Ayo cerita ada apa.."
Ya, benar.. Aisha tak bisa bohong pada Eliza. Seketika, air matanya tumpah.. Ia tak tahan lagi, dan mulai curhat..
Eliza: "Yang sabar ya, Sha.."

Eliza berniat untuk bermalam di rumah itu untuk beberapa hari. Karena tak lama, ia harus kembali ke Malaysia.
Tentu saja hal ini memicu kemarahan Rosana.
Rosana: "Apa?! Kamu main setuju aja dengan keinginan saudara kamu itu? Astaga, Aisha!!!"
Aisha: "Hanya beberapa hari aja kok, Ma.. Aisha janji, gak akan merepotkan siapapun.."

Syahlana berusaha menyelesaikan pekerjaannya di restoran secepat ia mampu. Ia ingin bisa pulang lebih awal supaya dapat menjaga perannya sebagai istri. Ia pun menelpon Zifara, dan memintanya untuk datang.
Syahlana: "Zi, gue tau, lo sibuknya kayak gimana.. Tapi gue gak tau harus minta bantuan ke siapa lagi.."
Zifara: "Emang butuh bantuan kayak gimana sih, Kak?"
Syahlana: "Lo mau ya, bantuin gue jaga restoran ini, pas malam doang.. Lo bantu gue memanage semuanya saat malam.."
Zifara: "Iya. Gue mau. Tapi, gue kan gak sepinter lo. Lo kudu ajarin gue."
Syahlana: "Iya. Pasti.."
Zifara tak menolak, karena ilmu agamanya hampir setara dengan kakaknya. Ia mengerti bagaimana menjalankan peran sebagai istri, seperti yang telah dituntunkan dalam Al Quran dan Hadist.

Syahlana segera menelpon Adrian.
Syahlana: "Mm.. pekerjaan aku di restoran udah beres dan bisa ditinggal. Aku pikir, sebaiknya aku pulang, dan bantu Aisha siapin makan malam. Menurut kamu gimana?"
Adrian: "Pulang sama siapa?"
Syahlana: "Ya sendiri.. Banyak taksi mangkal di dekat restoran aku. Boleh, kan?"
Adrian: "Ya udah.. Hati-hati, ya.. Sampai bertemu di rumah.."


Syahlana sampai di rumah..
Rosana: "Baru pulang, Lana?"
Syahlana: "Iya, Ma.. Aku sengaja pulang lebih awal.. Oh ya, malam ini Mama ingin menu makan malam apa?"
Rosana: "Apa, yaa.. Mm.. Kita belum belanja loh, Lana.."
Syahlana: "Oh ya? Emang tadi pagi gak ada tukang sayur, Ma?"
Rosana: "Hah? Tukang sayur? Yang biasanya keliling itu, ya?"
Syahlana baru tau, kalau di keluarga itu memang tidak pernah biasa belanja di tukang sayur keliling. Selalu di super market atau paling buruk - menurut Rosana - ya pasar tradisional. Katanya sih, kalau belanja harus di tempat yang higienis..
Syahlana akan mengerti ini..

Syahlana mengecek isi kulkas. Apa saja yang mungkin bisa dimasak. Hmm..
Tadinya mau minta bantuan Aisha. Tapi kata Rosana, Aisha sedang pergi bersama Eliza, sepupunya.
Syahlana: "Maaf ya, Ma.. Aku masak seadanya, nih.."
Rosana: "Iya, gak papa. Mama udah jatuh cinta dengan masakan kamu sejak pertama kali datang ke restoran kamu.."
Syahlana tersenyum.

Adrian pulang tepat pukul 6 petang. Tapi Aisha belum datang.
Syahlana: "Kamu jangan marah sama Aisha, ya. Dimaklumin aja. Kan dia perginya juga gak sendirian.. Nanti kamu bilangin baik-baik.."
Adrian: "Tapi ini udah hampir jam makan malam.."
Syahlana: "Kamu harus sabar.."
Adrian menatap Syahlana.
Kenapa, ya.. Adrian sangat nyaman berada di sisi Syahlana. Ia terus menatap istri mudanya itu. Dengan dalam dan penuh perasaan aneh.
Tiba-tiba, Adrian berpaling. Ia berdiri. Pura-pura hendak ganti pakaian.
Adrian: "Kayaknya itu Aisha datang.."

Benar. Aisha datang bersama Eliza.
Aisha: "Aku beliin masakan, nih, Mas.. Maaf ya, aku gak masak hari..."
Ia berhenti bicara saat melihat di meja makan sudah ada makan malam.
Rosana seperti biasa berkata pedas dan kasar pada menantunya itu.
Rosana: "Istri macam apa kamu?! Suami pulang, kamu bukannya ada di rumah, malah keluyuran.. Untung Syahlana pulang cepat, jadi bisa siapin makan malam untuk kita semua!"
Aisha: "Maafin aku, Ma.. Aku janji hal ini gak akan terulang lagi.."
Eliza tak tinggal diam melihat cara Rosana memperlakukan Aisha.
Eliza: "Eh, Tante gak usah lebay, ya..! Aisha baru pergi sebentar aja udah kayak cacing kepanasan, udah gitu ngebanggain madunya Aisha pula! Gimana kalo Aisha perginya lebih lama dari tadi coba?!"
Rosana: "Eehh..!! Kamu berani banget ya ngebentak saya! Tau diri dong! Kamu ini tamu di rumah ini! Gak berhak ikut campur!"
 
Syahlana tak mau mencampuri masalah Adrian dan Aisha. Ia tau, Eliza tak menyukainya. Tak apa. Baginya, itu tak penting.

Adrian dan Aisha di dalam kamar mereka.
Adrian: "Lain kali, kalau mau ke mana-mana, bilang dulu sama aku. Bukannya mau mengekang kamu. Tapi, supaya kamu gak dimarahin Mama lagi.."
Aisha terdiam.
Adrian: "Sha.. Aku sayang banget sama kamu. Aku mencintai kamu.. Aku gak tega lihat Mama marahin kamu terus.."
Ia memeluk Aisha yang telah berurai air mata..
Aisha: "Maafin aku ya, Mas.."

Keesokan paginya, seperti biasa, Syahlana sudah menyiapkan segalanya.
Sarapan di meja makan..
Pakaian yang sudah dicuci, dan sudah dijemur..
Perlengkapan Adrian ke kantor..
Sambil menunggu semua orang bangun, Syahlana membersihkan rumah.
Tanpa disadarinya, Adrian sebenarnya ikut terbangun. Ia sepanjang pagi memperhatikan istri mudanya mengerjakan semua itu. Lalu, saat melihat Syahlana membersihkan daun-daun yang mengambang di kolam renang, Adrian langsung berpura-pura bangun tidur. Padahal mau bantuin..
Ia mengendap-endap di belakang Syahlana seperti kucing yang mau curi ikan asin. Tiba-tiba..
Adrian: "Aku bantuin, yaaa..."
Rupanya, Syahlana terlampau terkejut hingga terlonjak dan terpleset kecebur ke kolam..
Adrian tertawa.
Syahlana: "Ih.. Kamu ngagetin banget, Mas..!"
Adrian: "Ayo sini, aku bantuin naik.."
Ia mengulurkan tangannya pada Syahlana. Tapi tiba-tiba Syahlana menariknya, hingga tercebur ke kolam juga. Mereka tertawa.

Rosana: "Ya ampun.. Kalian berdua ini... Kalo mau pacaran jangan ribut, dong.."
Rosana yang baru bangun juga ikut tertawa lihat tingkah anak dan mantunya itu.
Adrian dan Syahlana masih tertawa.

Candaan pagi itu membuat Adrian dan Syahlana tak berhenti senyam senyum sendiri di tempat kerja mereka.


David mengganggu Zifara lagi di kampus.
David: "Apa sih, yang bikin lo gak mau nerima gue jadi pacar lo?"
Zifara: "Lo mau tau kenapa? Karena lo gak sahabatan sama Nabi Muhammad dan lo asing terhadap Allah.. Gue ogah ya, punya pendamping hidup kayak gitu.."
David: "Gak usah sok suci deh lo, Zi! Emang lo sendiri siapanya mereka, ha?"
Zifara: "Sejak gue baligh, gue mentasbihkan diri gue sebagai sahabat Rasulullaah dan berusaha jadi hamba Allah yang terbaik."
David terdiam. Ia tak dapat menahan Zifara pergi.

Zifara tiba di restoran sambil uring-uringan. Ngomel-ngomel gak jelas.
Badriyah: "Mbok ya kalo dateng tuh salam.."
Zifara: "Sorry... Assalaamu 'alaikum, Badriyah baweeeel..."
Badriyah: "Wa 'alaikumsalaam.."
Zifara: "Kakak gue mana?"
Badriyah: "Seharian dia gak ke sini.."
Zifara: "Loh, kenapa?"
Badriyah: "Bilangnya sih, sibuk di rumah.."

Ya, hari itu, Syahlana memutuskan untuk tinggal di rumah. Ia ingin belajar jadi ibu rumah tangga. Bukan lagi wanita karir.
Syahlana: "Sha, Mas Adrian suka ngopi gak, ya?"
Aisha: "Suka. Tapi kopinya harus buatan aku. Ada triknya. Gak tau, kenapa bisa gitu. Nanti kalau Mas Adrian ingin minum kopi, kamu bilang aja ke aku. Ntar aku buatin.."
Syahlana tak mau banyak tanya. Sepertinya Aisha tak rela mengajarinya.
Syahlana: "Iya."

Hari itu, Syahlana menyetrika pakaian Adrian. Kata Aisha, ini pakian kesukaan Adrian. Kemudian, ia mendengar suara telpon. Ia mematikan setrikanya, dan segera menerima telpon. Rupanya Adrian yang telpon.
Adrian: "Kebetulan, aku lagi ada di mall. Abis meeting. Kali aja ada kebutuhan rumah yang harus dibeli. Kan sekalian.."
Syahlana: "Emangnya kamu tau cara pilih bahan makanan yang bagus?"
Adrian: "Jangan salaaahhh.. Apa sih, yang Adrian gak bisa??"
Syahlana tertawa pelan.
Syahlana: "Bentar ya, aku cek ke dapur dulu."
Mereka asyik ngobrol di telpon. Hampir lima belas menit, loh!!

Rosana terus memperhatikan hubungan Adrian dan Syahlana. Ia tau, bahwa Adrian telah mencintai Syahlana. Tapi mungkin Adrian tak menyadarinya. Ia harus lakukan sesuatu untuk pengantin baru itu..


Tiba-tiba terdengar suara Aisha memekik.
Aisha: "Masya Allah!! Syahlana!! Cepet ke ruang setrika!!"
Syahlana langsung ke tempat itu.
Syahlana: "Ada apa, Sha?"
Aisha: "Kamu apain baju kesayangannya Mas Adrian?"
Syahlana melihat pakaian Adrian telah muncul bekas gosong berbentuk setrikaan. Sepertinya..
Aisha: "Gimana kalau Mas Adrian sampai tau hal ini? Dia bisa marah dan.. marahnya gak akan sebentar.."
Syahlana ingat betul kalau ia telah mematikan setrikaan dan meletakkannya jauh dari pakaian.
Syahlana: "Aku akan bertanggungjawab."

Rupanya itu tadi ulah Eliza.. Supaya Adrian dan Syahlana bertengkar hebat!

Malamnya saat Adrian pulang.. Malam itu giliran Adrian tidur di kamar Syahlana.
Syahlana: "Mas.. Tadi saat kamu telpon, aku tuh lagi nyetrika.. Trus, tiba-tiba, Aisha bilang pakaian kamu gosong.."
Adrian: "Yang mana?"
Syahlana mengambilnya di lemari.
Syahlana: "Ini.."
Tentu saja Adrian sedih. Itu baju kesayangannya. Hadiah ultah dari Aisha.
Syahlana: "Tapi, Mas.. Bukan aku yang melakukannya. Karena, saat aku mau angkat telpon, aku ingat betul udah mematikan setrikaan.."
Syahlana ingat, kata Aisha, Adrian akan marah besar.
Adrian menyentuh tangan Syahlana.
Adrian: "Ini kan hanya baju. Bisa beli lagi. Yang penting bukan kamu yang terluka."
Hah? Syahlana tak percaya ini.
Syahlana: "Kamu gak marah?"
Adrian: "Baju itu memang kesukaan aku. Tapi apakah fair kalo aku marah sama kamu cuma karena baju? Gak, kan?"
Syahlana tersenyum. Ia langsung memeluk Adrian. Keduanya tersenyum.
Syahlana: "Ntar, aku beliin yang baru, ya.."
Adrian: "Yang banyak, ya.."
Mereka tertawa.

Aisha terkejut mendengar pengakuan Eliza.
Eliza: "Aku cuma mau bantu kamu dapatin Adrian kembali. Itu aja.."
Aisha: "Tapi gak begitu caranya! Lagi pula, walau Mas Adrian nikah lagi, dia gak pernah berhenti mencintai aku. Bahkan sebenarnya aku gak pernah merasa kehilangan dia."
Eliza: "Kamu buta apa, Sha? Kejadian kemarin pagi di kolam renang? Adrian itu jatuh cinta pada Syahlana!"
Aisha teringat saat Syahlana dan Adrian tercebur ke kolam renang. Mereka berdua saling menatap satu sama lain. Apakah benar?
 
wow... ini ceritanya sangat bagus. Lanjutin, mbak..

Eh, tapi, karakter mb kalina dan syahlana jauh bedaa.. seperti langit dan bumi.. Coba mb kalina, kayak Syahlana. Insya Allah bakal cepet nikah..
 
Back
Top