Kalina
Moderator
Pemkab Gratiskan 72 Ton Beras
JEMBER - Meroketnya harga beras dimasyarakat ditengarai akibat permainan para spekulan. Mereka melakukan penimbunan beras dalam jumlah besar untuk mendongkrak harga beras. Ini biasa terjadi menjelang musim panen. Karena itu, Pemkab Jember telah menyurati camat guna memonitor indikasi penimbunan di wilayahnya. Selain itu, pemkab bakal menggencarkan operasi pasar sampai harga beras stabil.
Asisten II Pemkab Jember HM Fadallah menengarai, penimbnan itu bisa dilakukan oleh masyarakat yang sengaja menyimpan beras untuk kepentingan pangannya. "Selain itu, penimbunan bisa dilakukan oleh oknum-oknum yang berkepentingan dan mendapatkan untung dengan adanya kenaikan harga beras," katanya.
Penimbunan ini, lanjut dia, cukup efektif untuk mendongkrak harga beras. Indikasi penimbunan jadi perhatian khusus, selain faktor mundurnya panen padi karena kemarau panjang. Pemkab berupaya mendeteksi dimana saja titik-titik penimbunan itu.
Karena itu, lanjut dia, setelah rapat terbatas bupati dengan sejumlah stafnya, bupati langsung melayangkan surat ke camat untuk memonitor tata niaga beras di tiap wilayahnya. Jika ada indikasi penimbunan, mereka diminta untuk melaporkan.
"Camat juga diminta untuk memonitor warganya yang kekurangan pangan. Sehingga, pemkab bisa segera menangani," paparnya
Sebenarnya, hitung-hitungan pemkab stok beras Jember masih cukup. Stok beras di gudang Bulog di Jember sebanyak 10.526 ton. Sementara stok di masyarakat yang panen pada bulan Januari lalu, sebanyak 57.340 ton. Kendati demikian, stok beras di masyarakat itu sebagian masih berupa gabah. "Stok beras di Jember total sebanyak 67.826 ton. Sementara kebutuhan beras untuk Jember dalam dua pekan mendatang sebanyak 8.658 ton," paparnya.
Dia menengarai, terjadinya pergeseran pola konsumsi beras. Daya beli masyarakat, menurut dia, menurun. Sehingga, lanjut dia, mereka cenderung membeli beras kualitas yang lebih rendah. Akibatnya, konsumsi beras berkualitas rendah kian meningkat.
Untuk mengantisipasi melambungnya harga beras, lanjut mantan Camat Kencong ini, pihaknya akan menggencarkan pelaksanaan operasi pasar. Bekerja sama dengan Bulog, operasi pasar menjual beras dengan harga murah, yakni Rp 3800/kg. Pihaknya bakal memantau harga beras. Ketika ada satu titik kekurangan beras, tim dari pemkab dan Bulog langsung menggelar operasi pasar. "Operasi pasar akan dilakukan setiap hari. Operasi pasar akan berhenti ketika harga beras kembali stabil," katanya.
Tak hanya itu, pemkab juga berupaya melokalisir agar persoalan beras ini terus merembet ke masyarakat ekonomi lemah.
Pemkab bakal memberikan beras gratis total 72 ton untuk warga sangat miskin di 4 desa tertinggal. Yakni, Desa Darsono (Arjasa), Desa Sucopangepok (Jelbuk), Gunungmalang (Sumberjambe), dan Karangbayat (Sumberbaru). "Tiap desa ada 150 KK yang akan kami beri 10 kg beras gratis setiap bulan," katanya.
Fadallah menambahkan, pemkab juga mendorong masyarakat untuk menanam palawiaja sebagai upaya agar masyarakat tak tergantung lagi dengan beras. "Kami memprogramkan ketahanan pangan non beras. Misalnya, umbi-umbian, jagung, dll," paparnya.
Sementara itu, ketua Paguyuban Pedagang Pasar Balung H Haris menguatkan adanya indikasi permainan spekulan. Karena itu, dia meminta pemkab bersikap tegas untuk merazia selep-selep. "Coba saja dirazia, pasti ada penimbunan yang dilakukan oleh spekulan," katanya.
Permainan spekulan ini, lanjut dia, biasa terjadi menjelang musim panen. Dia sependapat dengan Fadallah yang menyatakan musim panen mundur, karena musim kemarau yang kian panjang. "Permainan harga beras yang dilakukan spekulan ini biasa terjadi menjelang musim panen, akhir bulan ini," ujarnya.
H Haris mengakui, meroketnya harga beras di pasar Balung dalam dua pekan terakhir. Dia mencontohkan, beras kualitas tinggi di Pasar Balung saat ini sudah mencapai Rp 6000, dan kualitas sedang Rp 5500.
Kenaikan ini, kata dia, Jember dikenal sebagai lumbung padi, karena menghasilkan beras dalam jumlah di atas rata-rata. Namun, lanjut dia, pengusaha cenderung melempar berasnya ke luar kota bahkan ke luar pulau, dengan pertimbangan harganya yang lebih tinggi. "Karena itu, saya sepakat dengan pendapat bupati yang menekankan, pentingnya memenuhi kebutuhan Jember dulu. Sisanya, silakan dilempar keluar," paparnya.
Dia juga sepakat dengan langkah pemkab yang menggencarkan operasi pasar. Namun, dia meminta operasi pasar tak hanya mengedepankan beras berkualitas rendah. Kalau bisa, operasi pasar juga menjual beras berkualitas sedang, dengan harga di atas Rp 5000. Sebab, masyarakat tak menyukai beras kualitas rendah, meski harganya lebih murah. "Supaya menyentuh masyarakat, operasi pasar harus dilaksanakan di desa-desa, jangan lagi di pasar-pasar," tambahnya.
Melihat trend kenaikan harga beras ini, Haris menyatakan, impor beras merupakan salah satu solusi. Dia menyatakan, pedagang semakin senang dengan kehadiran beras impor. Sebab, konsumen bakal punya alternatif barang yang hendak dibeli.
JEMBER - Meroketnya harga beras dimasyarakat ditengarai akibat permainan para spekulan. Mereka melakukan penimbunan beras dalam jumlah besar untuk mendongkrak harga beras. Ini biasa terjadi menjelang musim panen. Karena itu, Pemkab Jember telah menyurati camat guna memonitor indikasi penimbunan di wilayahnya. Selain itu, pemkab bakal menggencarkan operasi pasar sampai harga beras stabil.
Asisten II Pemkab Jember HM Fadallah menengarai, penimbnan itu bisa dilakukan oleh masyarakat yang sengaja menyimpan beras untuk kepentingan pangannya. "Selain itu, penimbunan bisa dilakukan oleh oknum-oknum yang berkepentingan dan mendapatkan untung dengan adanya kenaikan harga beras," katanya.
Penimbunan ini, lanjut dia, cukup efektif untuk mendongkrak harga beras. Indikasi penimbunan jadi perhatian khusus, selain faktor mundurnya panen padi karena kemarau panjang. Pemkab berupaya mendeteksi dimana saja titik-titik penimbunan itu.
Karena itu, lanjut dia, setelah rapat terbatas bupati dengan sejumlah stafnya, bupati langsung melayangkan surat ke camat untuk memonitor tata niaga beras di tiap wilayahnya. Jika ada indikasi penimbunan, mereka diminta untuk melaporkan.
"Camat juga diminta untuk memonitor warganya yang kekurangan pangan. Sehingga, pemkab bisa segera menangani," paparnya
Sebenarnya, hitung-hitungan pemkab stok beras Jember masih cukup. Stok beras di gudang Bulog di Jember sebanyak 10.526 ton. Sementara stok di masyarakat yang panen pada bulan Januari lalu, sebanyak 57.340 ton. Kendati demikian, stok beras di masyarakat itu sebagian masih berupa gabah. "Stok beras di Jember total sebanyak 67.826 ton. Sementara kebutuhan beras untuk Jember dalam dua pekan mendatang sebanyak 8.658 ton," paparnya.
Dia menengarai, terjadinya pergeseran pola konsumsi beras. Daya beli masyarakat, menurut dia, menurun. Sehingga, lanjut dia, mereka cenderung membeli beras kualitas yang lebih rendah. Akibatnya, konsumsi beras berkualitas rendah kian meningkat.
Untuk mengantisipasi melambungnya harga beras, lanjut mantan Camat Kencong ini, pihaknya akan menggencarkan pelaksanaan operasi pasar. Bekerja sama dengan Bulog, operasi pasar menjual beras dengan harga murah, yakni Rp 3800/kg. Pihaknya bakal memantau harga beras. Ketika ada satu titik kekurangan beras, tim dari pemkab dan Bulog langsung menggelar operasi pasar. "Operasi pasar akan dilakukan setiap hari. Operasi pasar akan berhenti ketika harga beras kembali stabil," katanya.
Tak hanya itu, pemkab juga berupaya melokalisir agar persoalan beras ini terus merembet ke masyarakat ekonomi lemah.
Pemkab bakal memberikan beras gratis total 72 ton untuk warga sangat miskin di 4 desa tertinggal. Yakni, Desa Darsono (Arjasa), Desa Sucopangepok (Jelbuk), Gunungmalang (Sumberjambe), dan Karangbayat (Sumberbaru). "Tiap desa ada 150 KK yang akan kami beri 10 kg beras gratis setiap bulan," katanya.
Fadallah menambahkan, pemkab juga mendorong masyarakat untuk menanam palawiaja sebagai upaya agar masyarakat tak tergantung lagi dengan beras. "Kami memprogramkan ketahanan pangan non beras. Misalnya, umbi-umbian, jagung, dll," paparnya.
Sementara itu, ketua Paguyuban Pedagang Pasar Balung H Haris menguatkan adanya indikasi permainan spekulan. Karena itu, dia meminta pemkab bersikap tegas untuk merazia selep-selep. "Coba saja dirazia, pasti ada penimbunan yang dilakukan oleh spekulan," katanya.
Permainan spekulan ini, lanjut dia, biasa terjadi menjelang musim panen. Dia sependapat dengan Fadallah yang menyatakan musim panen mundur, karena musim kemarau yang kian panjang. "Permainan harga beras yang dilakukan spekulan ini biasa terjadi menjelang musim panen, akhir bulan ini," ujarnya.
H Haris mengakui, meroketnya harga beras di pasar Balung dalam dua pekan terakhir. Dia mencontohkan, beras kualitas tinggi di Pasar Balung saat ini sudah mencapai Rp 6000, dan kualitas sedang Rp 5500.
Kenaikan ini, kata dia, Jember dikenal sebagai lumbung padi, karena menghasilkan beras dalam jumlah di atas rata-rata. Namun, lanjut dia, pengusaha cenderung melempar berasnya ke luar kota bahkan ke luar pulau, dengan pertimbangan harganya yang lebih tinggi. "Karena itu, saya sepakat dengan pendapat bupati yang menekankan, pentingnya memenuhi kebutuhan Jember dulu. Sisanya, silakan dilempar keluar," paparnya.
Dia juga sepakat dengan langkah pemkab yang menggencarkan operasi pasar. Namun, dia meminta operasi pasar tak hanya mengedepankan beras berkualitas rendah. Kalau bisa, operasi pasar juga menjual beras berkualitas sedang, dengan harga di atas Rp 5000. Sebab, masyarakat tak menyukai beras kualitas rendah, meski harganya lebih murah. "Supaya menyentuh masyarakat, operasi pasar harus dilaksanakan di desa-desa, jangan lagi di pasar-pasar," tambahnya.
Melihat trend kenaikan harga beras ini, Haris menyatakan, impor beras merupakan salah satu solusi. Dia menyatakan, pedagang semakin senang dengan kehadiran beras impor. Sebab, konsumen bakal punya alternatif barang yang hendak dibeli.