Megha
New member
MENCIUM anak lumrah. Itu kan tanda sayang. Namun, tanpa disadari, berciuman bibir bisa menjadi media transfer kuman. Salah satunya, perpindahan pneumokokus. Demikian dikatakan dr Soedjatmiko SpA(K) MSi.
Spesialis anak dari RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, itu menjelaskan bahwa penyebaran penyakit pneumukokus (PP) sangat mudah terjadi. Sebab, bakteri pneumokokus paling banyak hidup di dalam hidung dan tenggorek balita, Padahal, penularan dapat terjadi melalui percikan ludah atau udara bebas.
Setiap anak dapat dengan mudah terinfeksi tanpa memandang status sosial dan lingkungan. "Berciuman bibir dengan anak sebaiknya dihindari karena sangat rentan terjadi pertukaran ludah," terang salah seorang penggiat Asian Strategic Alliance for Pneurnocnccal Disease Prevention (ASAP) itu.
Sayang, tanda demam pada penyakit tersebut sering diabaikan. Umumnya, saat anak demam, orang tua banya memberikan obat penurun panas. "Jika anak
demam disertai kesulitan bernapas secara mendadak, jangan tunda untuk memeriksakan ke dokter. Mungkin saja, kondisi tersebut gejala awal penyakit pneumokokus,� jelasnya.
Infeksi PP pada balita dapat menimbulkan penyakit berat. Contohnya, pneumonia (radang paru), bakieremia (bakteri dalam darah), dan meningitis (radang selaput otak). Ciri-ciri penderita radang paru adalah panas tinggi, menggigil, lemas, batuk, sesak napas, sakit dada, muntah, dan lesu. Sekitar 10-20 persen bakteri mampu menyebar ke dalam darah.
Jika sudah begitu, sangat mungkin terjadi sepsis atau bakteri berkembang biak dan menyebar di dalam darah. Selanjut nya, pneumonia akan mengakibarkan sakit berat, lemah, panas tinggi, muntah, diare, kejang, hingga tidak sadar. Angka kematian pun naik menjadi 20 persen. Khusus PP keterlambatan pemeriksaan saat anak panas akan berakibat fatal. Sebab, proses infeksi pneumukokus hanya butuh waktu tiga hingga empat hari. "Edukasi orang tua agar secepatnya memeriksakan anak yang demam tatap diperlukan. Ini sekaligus memastikan panas badannya bukan disebabkan PP" ujarnya. (ip)