spirit
Mod
Sejumlah negara di dunia tengah dilanda rendahnya angka kelahiran, termasuk Finlandia. Negara ini sampai membayar para orang tua jika mereka punya bayi.
Salah satu kota kecil di Finlandia, Lestijarvi sejak 2013 lalu membayar para orang tua yang punya bayi. Untuk setiap bayi yang baru lahir akan dihargai 10 ribu euro atau sekitar Rp 155 juta. Insentif ini disebut sebagai baby bonus yang akan dibayarkan selama 10 tahun, seperti dilansir oleh BBC.
Kebijakan pemerintah Lestijarvi ini dilakukan untuk mengatasi penurunan angka kelahiran dan menipisnya populasi di kota tersebut. Sampai tahun ini, kebijakan itu dinilai berdampak positif. Sejak 2013 sudah ada 60 bayi yang lahir. Angka ini lebih besar dibandingkan pada saat kebijakan belum diberlakukan, bayi yang lahir hanya 38 orang dalam kurun waktu 7 tahun.
Selain kebijakan baby bonus, Finlandia juga punya program keluarga lainnya seperti tunjangan anak sebesar 100 Euro atau sekitar Rp 1,5 juta per anak dan cuti kerja untuk orang tua sampai 9 bulan dengan gaji yang tetap dibayarkan sebesar 70 persen.
Salah satu penerima baby bonus, Tuikka (50) mengatakan, berkat tunjangan yang ia terima, ia bisa menabung hingga 6000 euro atau sekitar Rp 93 juta. Ia juga mengatakan tunjangan ini sebagai bentuk perhatian pemerintah dalam menolong keluarga di sana.
Lebih lanjut Tuikka masih skeptis kalau tunjangan saja bisa membuat orang mau bereproduksi. Menurutnya tunjangan itu bisa sejenak menahan penduduk untuk berpindah.
"Lebih penting lagi, tunjangan itu telah menarik keluarga untuk tinggal di sana alih-alih pindah," katanya.
Dosen Ilmu Sosial di Universitas Tampere, Ritva Natkin mengatakan bahwa memberikan insentif keuangan untuk keluarga mungkin akan membantu meningkatkan angka kelahiran sampai batas tertentu. Namun tidak mungkin jumlah kelahiran akan meningkat tajam hanya dengan dorongan finansial. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pandangan orang tentang memiliki anak yang saat ini telah berubah.
Finlandia bukanlah satu-satunya negara di Eropa yang berjuang meningkatkan angka kelahiran. Negara lain contohnya Swedia juga menerapkan kebijakan serupa. Meskipun begitu angka kelahiran di Eropa tetap rendah, terutama 10 tahun terakhir yang menurun drastis. Tahun 2018 lalu merupakan rekor rasio kelahiran terendah yaitu 1,4 per wanita. Angka ini lebih rendah dari standar WHO yaitu 2,1 per wanita.