nurcahyo
New member
Di Mana Air Mengalir, Listrik Bisa Dihasilkan
Wah (Kompas Cyber Media)
Asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian, maka listrik dapat dibangkitkan. Dua syarat itulah kunci pembangkitan listrik bertenaga mikro hidro (PLTMH) yang diserukan Eddy Permadi, direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (CINTEK) ke mana-mana. Menurutnya, PLTMH sangat cocok diterapkan di berbagai pelosok wilayah Indonesia karena hampir sepanjang tahun ketersediaan air melimpah.
Menurut Eddy, banyak orang beranggapan bahwa untuk membangkitkan listrik harus ada air terjun. Tidak selamanya demikian, Beda ketinggian dapat dibuat dengan membuat intake (kolam penampung) dari sungai dan mengalirkannya kembali pada posisi yang tepat sehingga optimal.
Lagipula tidak hanya air sungai, danau, bendungan atau sumber mata air lainnya yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan listrik, air PAM sekalipun bisa. "Intinya ada air dan beda ketinggian, tinggal teknologi turbin seperti apa yang efisien untuk dipakai," katanya.
CINTEK saat ini sedang mengembangkan turbin tipe S yang lebih ringkas dan dapat dipasang di perumahan. Dengan beda ketinggian 2,5 meter, turbin jenis ini diperkirakan dapat menghasilkan daya sekitar 400 watt.
Turbin yang telah dipakai pada instalasi PLTMH biasanya adalah jenis turbin aliran silang (cross flow) untuk ketinggian 7 hingga 80 meter atau propeller yang tegak lurus untuk ketinggian di bawah 6 meter. Secara teori, dengan ketinggian 30 meter dan debit air 235 liter per detik dapat dihasilkan 44 kilowatt.
Daerah-daerah yang debit airnya kecil dengan ketinggian 3 meter dan debit air 92 liter per detik sudah bisa menghasilkan 1.500 watt. Semakin besar debit dan ketinggiannya, semakin besar pula listrik yang dihasilkan. Eddy membayangkan salah satu pintu air sungai Progo di Yogyakarta yang memiliki ketinggian 5 meter dengan debit air 5.000 liter per detik seharusnya dapat membangkitkan listrik 160 kilowatt.
Dengan sumber bahan baku yang melimpah dan terbarukan, PLTMH sangat cocok di terapkan di Indonesia. Investasi yang diperlukan relatif kecil. "Untuk membangkitkan daya 2.500 watt kira-kira diperlukan biaya sekitar Rp25 juta," kata Faisal Rahadian, Sekretaris Umum Asosiasi Hidro Bandung. Nilai investasi sebesar itu sebanding dengan manfaat listrik yang dapat digunakan untuk mendorong produktivitas masyarakat. Misalnya yang dilakukan di Tasikmalaya untuk mendukung industri bordir.
Namun, potensi yang lama diabaikan itu akan tetap sia-sia jika tidak diikuti langkah nyata pemerintah untuk memanfaatkannya. Meskipun kecil, 50 watt bagi setiap rumah di pedesaan mungkin sudah sangat berarti daripada 450 watt tapi harus menunggu entah berapa tahun lagi.
Sumber : Kompas Cyber Media
Wah (Kompas Cyber Media)
Asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian, maka listrik dapat dibangkitkan. Dua syarat itulah kunci pembangkitan listrik bertenaga mikro hidro (PLTMH) yang diserukan Eddy Permadi, direktur CV Cihanjuang Inti Teknik (CINTEK) ke mana-mana. Menurutnya, PLTMH sangat cocok diterapkan di berbagai pelosok wilayah Indonesia karena hampir sepanjang tahun ketersediaan air melimpah.
Menurut Eddy, banyak orang beranggapan bahwa untuk membangkitkan listrik harus ada air terjun. Tidak selamanya demikian, Beda ketinggian dapat dibuat dengan membuat intake (kolam penampung) dari sungai dan mengalirkannya kembali pada posisi yang tepat sehingga optimal.
Lagipula tidak hanya air sungai, danau, bendungan atau sumber mata air lainnya yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan listrik, air PAM sekalipun bisa. "Intinya ada air dan beda ketinggian, tinggal teknologi turbin seperti apa yang efisien untuk dipakai," katanya.
CINTEK saat ini sedang mengembangkan turbin tipe S yang lebih ringkas dan dapat dipasang di perumahan. Dengan beda ketinggian 2,5 meter, turbin jenis ini diperkirakan dapat menghasilkan daya sekitar 400 watt.
Turbin yang telah dipakai pada instalasi PLTMH biasanya adalah jenis turbin aliran silang (cross flow) untuk ketinggian 7 hingga 80 meter atau propeller yang tegak lurus untuk ketinggian di bawah 6 meter. Secara teori, dengan ketinggian 30 meter dan debit air 235 liter per detik dapat dihasilkan 44 kilowatt.
Daerah-daerah yang debit airnya kecil dengan ketinggian 3 meter dan debit air 92 liter per detik sudah bisa menghasilkan 1.500 watt. Semakin besar debit dan ketinggiannya, semakin besar pula listrik yang dihasilkan. Eddy membayangkan salah satu pintu air sungai Progo di Yogyakarta yang memiliki ketinggian 5 meter dengan debit air 5.000 liter per detik seharusnya dapat membangkitkan listrik 160 kilowatt.
Dengan sumber bahan baku yang melimpah dan terbarukan, PLTMH sangat cocok di terapkan di Indonesia. Investasi yang diperlukan relatif kecil. "Untuk membangkitkan daya 2.500 watt kira-kira diperlukan biaya sekitar Rp25 juta," kata Faisal Rahadian, Sekretaris Umum Asosiasi Hidro Bandung. Nilai investasi sebesar itu sebanding dengan manfaat listrik yang dapat digunakan untuk mendorong produktivitas masyarakat. Misalnya yang dilakukan di Tasikmalaya untuk mendukung industri bordir.
Namun, potensi yang lama diabaikan itu akan tetap sia-sia jika tidak diikuti langkah nyata pemerintah untuk memanfaatkannya. Meskipun kecil, 50 watt bagi setiap rumah di pedesaan mungkin sudah sangat berarti daripada 450 watt tapi harus menunggu entah berapa tahun lagi.
Sumber : Kompas Cyber Media