langit_byru
New member
nemu di buku joke...
Karena krisis ekonomi yang terus-menerus menghabisi negara kita
secara edan-edanan, seorang petani lugu di sebuah desa terpencil
punya kiat tersendiri untuk mengatasinya.
Ia menulis surat kepada Tuhan YME,isinya begini: "Tuhan, saya butuh
uang Rp 100.000,-. yang Rp 70.000,- untuk memasukkan anak saya ke
Sekolah Dasar, dan yang Rp 30.000,- untuk membelikan seragam dan
perlengkapan sekolah lainnya. Untuk makan sehari-hari yang sekedarnya
kami masih punya. Tolonglah saya ya Tuhan." Surat tersebut dimasukkan
ke dalam amplop dan diposkan.
Kantor pos yang menerima surat tersebut bingung, lalu surat diserahkan
ke Polsek setempat. Kapolsek membacanya, lalu berinisiatif untuk
menolong petani tersebut. Dari koceknya sendiri keluar uang Rp
50.000,- dan dari para anak buahnya berhasil dikumpulkan sejumlah Rp
30.000,-. Diperintahlah salah seorang anak buahnya untuk memberikan
uang tersebut kepada sang petani. Petani menerimanya dengan senang
hati. Akan tetapi setelah Pak Polisi pergi, petani tersebut menulis
surat lagi kepada Tuhan YME, lalu diposkan lagi. Kantor pos yang
menerimanya menyerahkannya lagi ke Polsek. Kapolsek mengamatinya,
ternyata penulisnya petani yang kemarin habis dibantu. Lalu dengan
agak penasaran Kapolsek membuka surat itu dan membacanya. Bunyi surat
itu seperti ini: "Tuhan terima kasih atas pemberiannya. Kami
sekeluarga sangat senang. Tetapi lain kali kalau memberi jangan lewat
polisi, nanti dipotong lagi."
Karena krisis ekonomi yang terus-menerus menghabisi negara kita
secara edan-edanan, seorang petani lugu di sebuah desa terpencil
punya kiat tersendiri untuk mengatasinya.
Ia menulis surat kepada Tuhan YME,isinya begini: "Tuhan, saya butuh
uang Rp 100.000,-. yang Rp 70.000,- untuk memasukkan anak saya ke
Sekolah Dasar, dan yang Rp 30.000,- untuk membelikan seragam dan
perlengkapan sekolah lainnya. Untuk makan sehari-hari yang sekedarnya
kami masih punya. Tolonglah saya ya Tuhan." Surat tersebut dimasukkan
ke dalam amplop dan diposkan.
Kantor pos yang menerima surat tersebut bingung, lalu surat diserahkan
ke Polsek setempat. Kapolsek membacanya, lalu berinisiatif untuk
menolong petani tersebut. Dari koceknya sendiri keluar uang Rp
50.000,- dan dari para anak buahnya berhasil dikumpulkan sejumlah Rp
30.000,-. Diperintahlah salah seorang anak buahnya untuk memberikan
uang tersebut kepada sang petani. Petani menerimanya dengan senang
hati. Akan tetapi setelah Pak Polisi pergi, petani tersebut menulis
surat lagi kepada Tuhan YME, lalu diposkan lagi. Kantor pos yang
menerimanya menyerahkannya lagi ke Polsek. Kapolsek mengamatinya,
ternyata penulisnya petani yang kemarin habis dibantu. Lalu dengan
agak penasaran Kapolsek membuka surat itu dan membacanya. Bunyi surat
itu seperti ini: "Tuhan terima kasih atas pemberiannya. Kami
sekeluarga sangat senang. Tetapi lain kali kalau memberi jangan lewat
polisi, nanti dipotong lagi."