Kalina
Moderator
1 Gedung BOW 1910an
2 Hotel des Indes 1940an
3 Postspaarbank 1931
4. Hotel Wisse batavia 1890an
5 Hôtel des Galeries ±1950
Kawasan Rijswijk - Noordwijk, Batavia 1900-2008 V
1 Gedung BOW 1910an
2 Hotel des Indes 1940an
3 Postspaarbank 1931
4. Hotel Wisse batavia 1890an
5 Hôtel des Galeries ±1950
Pesta Pernikahan Tempo Doeloe
Pernikahan Pribumi 1910an
Tandu pengantin ±1900
Pasangan pengantin Soenda ~1890
Pengantin Pria 1923 (bisa masuk angin, tuh..)
Pengantin wanita 1920an
Pawai pernikahan Madioen 1900an
Album Cheribon Tempo Doeloe
Balai Kota ± 1930
Roemah Dinas Residen 1920an
Kantor Residen 1902 di Jl Pabean
Perempatan Kedjaksaan 1920an
Pasar Pagi ±1930. Sampai hari ini Pasar Pagi adalah salah satu pasar tradisinonal yang terbesar di Kota Cirebon. Letaknya di Jalan Siliwangi.
others pic: http://djawatempodoeloe.multiply.com/photos/album/264/Album_Cheribon_Tempo_Doeloe
Buitenzorg/Bogor Tempo Doeloe
Istana Buitenzorg 1910an
Bendoengan Empang, Buitenzorg 1900an
Tandjakan Empang, Buitenzorg 1900an
Pertigaan Tandjong Empang 1910an
Djalan Besar 1900an
Station Tawang 1940an
Kampong Arab 1900an
Pecinan - China Town 1910an
salah satu gedung paling menyeramkan di Indonesia yaitu “NISM Hoofdkantoor” artinya Kantor Pusat NISM (Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij = Perusahaan Kereta api Hindia Belanda). Oleh masyarakat Kota Semarang diberi julukan Lawang Sewu (= Pintu Seribu) karena bangunan ini memang memiliki pintu yang banyak sekali. Lawang Sewu mulai dibangun pada tahun 1903 berdasarkan karya arsitek Jacob Frederik Klinkhamer (1854-1928) dalam gaya arsitektur campuran Romawi Baru dan Art Nouveau. Terletak di Jalan Bodjong (kini Jl Pemuda).
Pada tanggal 14-18 Agustus 1945, gedung ini sempat menjadi lokasi pertempuran antara pemuda Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) melawan Kompetai dan Kido Buati Jepang. Setelah Kemerdekaan RI, bangunan ini pernah digunakan sebagai kantor Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI), kemudian Kantor Badan Prasarana Kodam IV Diponegoro serta Kanwil Departemen Perhubungan Jawa Tengah. Pada tahun 1992 Pemerintah Kota Semarang memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan bersejarah yang patut dilindungi. Pernah tersiar kabar bahwa Lawang Sewu akan dijadikan hotel tapi sepertinya tidak pernah terlaksana. Lantai pertama kadang-kadang digunakan untuk menyelenggarakan ajang pameran, namun lantai kedua dan lantai bawah tanah tertutup untuk umum.
Joke garing yang selalu terlontar mengenai Lawang Sewu ini adalah apabila pintu Lawang Sewu yang berkurang satu pintu maka kondektur bus atau angkot di Kota Semarang yang sedang lewat akan susah apabila pintunya tidak lagi berjumlah sewu atau 1000, tetapi 999. Maka si kondektur tentu akan berteriak, “Lawang sangangatus sangangpuluh sanga …”
Gedong Setan Pendrian 1910an
Vrijmetselaars-loge adalah suatu loji (club house) untuk perkumpulan masoneri (vrijmetselar) yaitu perkumpulan tertutup yang terbesar di seluruh dunia, bertujuan mengangkat derajat rohani, kesusilaan, setia-kawan dan berdasarkan cita-cita humanisme ketuhanan. Loji yang di Semarang yang punya nama perancis "La Constance et Fidèle" (“Ketangguhan dan Kesetiaan”) didirikan pada tahun 1801. Letaknya dekat stasiun Poncol di perempatan Pendrian (sekarang bernama Jl Imam Bonjol) dengan Karangtengah (Jl Kapten Tendean). Dua orang yang terlihat di latar depan berada di pojok perempatan itu. Jalan lurus adalah Pendrian ke arah utara (ke arah Stasiun Poncol). Jalur trem yang menyeberang Pendrian menghubungkan terminal Pendrian Lor (ke kiri) dengan Bojong (ke kanan).
Gedung loji disebut “Gedong Setan” oleh masyarakat Semarang. Kebetulan gedung itu memang suasananya angker dan agak gelap di sekitarnya kalau malam. Dan juga gedung itu dulu sejarahnya memang dipergunakan oleh kelompok penganut aliran kebatinan yang ada ritual serem. Semacam para normal. Menurut orang daerahnya disitu banyak cerita horor juga. Pada masa pendudukan jepang perkumpulan masoneri dilarang. Setelah kemerdekaan Indonesia gedung digunakan sebagai kantor Kejaksaan Negeri Semarang.
Mengenai cerita horor, saya mendapat keterangan dari seorang saksi mata yaitu almarhum pak Kasbi yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih gedung. Ada cerita tentang arwah penasaran seorang “Suster Kesot” yang tinggal di gedungnya. Konon dia dibantai oleh tentara Jepang. Dia diperkosa dan kaki sama tangan nya dikapak oleh serdadu Jepang. Terus ada cerita tentang toilet di gedungnya. Ketika orang masuk toilet, tiba-tiba ada suara orang yang sedang kencing dan batuk-batuk di dalam toilet itu. Setelah ditunggu-tunggu, tidak ada satupun orang yang keluar dari toilet. Ketika diketuk, pintunya terbuka dan tidak ada siapapun di situ. Juga kadang seperti ada suara orang menggunakan mesin ketik. Padahal tidak ada laporan kalau ada orang yang sedang kerja lembur di salah satu ruangan gedung tersebut. Tapi ruangan yang mengeluarkan suara mesin ketik itu lampunya menyala. Ketika di cek, ternyata kosong tidak ada orang sama sekali dan ruangan terkunci.
Bangunan ini yang bergaya arsitektur neo-klasik dibongkar pada tahun 1976. Sekarang lokasinya ditempati Salon Rista. Saya kurang tahu si Setan, Suster Kesot dan hantu-hantu pindah ke tempat mana.