spirit
Mod
DPR Narsis!
Tindakan Komisi III DPR yang menolak kedatangan dua pimpinan KPK Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah menunjukkan narsisme DPR. Penolakan DPR dinilai rivalitas antar lembaga negara.
"Ini menunjukkan narsisme DPR," kata staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf, dalam diskusi mingguan di restoran Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta, Sabtu (4/2/2011).
Padahal, menurut Asep, Kejagung telah mengeluarkan depoonering yang berarti kasus Bibit-Chandra dikesampingkan untuk kepentingan umum.
"Deponering mengenyampingkan perkara demi kepentingan umum. Dalam konteks DPR, pengusiran Bibit-Chandra bukan substansi deponering, tapi kekuatan DPR untuk melakukan sesuatu," ujar Asep.
Asep berpendapat, penolakan DPR terhadap Bibit-Chandra merupakan rivalitas antara lembaga negara. Citra KPK yang selama ini dianggap kredibel di mata rakyat, bisa jadi membuat DPR 'cemburu'.
"Rivalitas antar-kelembagaan, itu bisa saja terjadi. Kalau perlu mempermalukan yang lain, itu wajar," kata Asep.
Asep berharap, anggota DPR tidak lagi terlalu narsis. Menganggap mereka paling benar, sehingga menganggap yang lain salah. "Jangan narsis, jangan autis," ujarnya.
Soal narsis ini, budayawan Sujiwo Tedjo bukan hal baru. Pria berambut gondrong ini bahkan berkelakar, saking narsisnya DPR, penjual cermin keliling yang biasa mangkal di luar gedung DPR tidak diusir-usir.
"Di depannya DPR ada yang suka jual cermin. Sekarang masih, itu pertanda anggota DPR narsis," canda Sujiwo Tedjo. [DetikNews]
Menurut anda sudah tepatkah Anggota DPR menolak kehadiran Bibit-Chandra?
Tindakan Komisi III DPR yang menolak kedatangan dua pimpinan KPK Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah menunjukkan narsisme DPR. Penolakan DPR dinilai rivalitas antar lembaga negara.
"Ini menunjukkan narsisme DPR," kata staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Parahyangan Asep Warlan Yusuf, dalam diskusi mingguan di restoran Warung Daun, Jl Cikini Raya, Jakarta, Sabtu (4/2/2011).
Padahal, menurut Asep, Kejagung telah mengeluarkan depoonering yang berarti kasus Bibit-Chandra dikesampingkan untuk kepentingan umum.
"Deponering mengenyampingkan perkara demi kepentingan umum. Dalam konteks DPR, pengusiran Bibit-Chandra bukan substansi deponering, tapi kekuatan DPR untuk melakukan sesuatu," ujar Asep.
Asep berpendapat, penolakan DPR terhadap Bibit-Chandra merupakan rivalitas antara lembaga negara. Citra KPK yang selama ini dianggap kredibel di mata rakyat, bisa jadi membuat DPR 'cemburu'.
"Rivalitas antar-kelembagaan, itu bisa saja terjadi. Kalau perlu mempermalukan yang lain, itu wajar," kata Asep.
Asep berharap, anggota DPR tidak lagi terlalu narsis. Menganggap mereka paling benar, sehingga menganggap yang lain salah. "Jangan narsis, jangan autis," ujarnya.
Soal narsis ini, budayawan Sujiwo Tedjo bukan hal baru. Pria berambut gondrong ini bahkan berkelakar, saking narsisnya DPR, penjual cermin keliling yang biasa mangkal di luar gedung DPR tidak diusir-usir.
"Di depannya DPR ada yang suka jual cermin. Sekarang masih, itu pertanda anggota DPR narsis," canda Sujiwo Tedjo. [DetikNews]
Menurut anda sudah tepatkah Anggota DPR menolak kehadiran Bibit-Chandra?