nurcahyo
New member
Sajogyo
DUA JENIS PERTEMUAN, APAKAH BERSAMBUNGAN?
(1)
Dari membaca Surat Kabar Warta Kota (kelompok Surat Kabar Kompas), Jakarta, yang tersebar di wilayah JaBoDeTaBek)?yang bersemboyan ?Informasi pasti masyarakat kota?diterbitkan Minggu, tanggal 22 Desember 2002 lalu (hal.3) tersajikan dua tulisan pewawancara Sugiyanto, kami kutip ?ramalan tahun 2003?. Siapa sumber peramalan itu?
Pertama Ny. Lauren Pasaribu (?Banjir masih mengancam Jakarta?, judul pilihan pewawancara) dan kedua, dari Tn.Kang Hong Kian, judul pilihan pewawancara ?2003, tahun penuh fatamorgana?.
Disini disajikan kutipan selektif, sebagian ramalan Ny. L. Pasaribu: ?(menjawab pertanyaan ?bagaimana dengan prediksi situasi ekonomi??, setelah menyoroti ?prediksi situasi politik?). (inilah dia) ?Akan ada serangan angin, hujan dan panas yang merusak tanaman. Juga terjangkitnya penyakit pada hewan. Selain ada yang mental karena tandukan. (Di sisi lain, masih banyak juga yang menikmati keuntungan-keuntungan besar dari pelambang se-tanduk emas tadi, seperti penambang pasir, kebun buah-buahan juga tanaman obat (maaf, perlu diseling catatan penjelasan: peramalan ini berdasar petunjuk horoskopi berdasar perhitungan budaya Cina yang membagi tahun-tahun atas ?tanda binatang?. Misal; tahun ini masih tahun kuda, tahun depan tahun kambing. Nasib anda di suatu tahun terpengaruh oleh tahun kelahiran anda: tahun binatang mana?) (lanjutannya...) pengusaha kecil dan menengah harus banyak mendapat perhatian. Karena akan ada gerakan pemberdayaan diri secara besar-besaran. Pemerintah harus mencermati ekonomi yang dikendalikan oleh kalangan usaha kecil dan menengah ini. Karena kenyataannya, mereka ini yang tetap bertahan ditengah badai krisis dan menjadi penyelamat ekonomi nasional dengan perputaran roda perekonomian rakyat. Tahun kuda (2002) masih besar pengaruhnya hingga bulan April 2003?.
Dan apa yang diramalkan oleh Tuan Tan Hong Kian atas pertanyaan pewawancara ?ekonomi 2003 diprediksi akan lebih terbuka, bagaimana anda menghadapi hal ini?? (jawabannya) ?Ya, peluang-peluang lebih terbuka. Tapi, jangan lupa, yang palsu juga meningkat. Di depan mata dilihat itu sebagai peluang, tapi kenyataannya hanya ?fatamorgana" (artinya: bayangan, bukan kenyataan). (lanjutannya...) Kita jangan terlena oleh jebakan-jebakan manis. Jangan cepat bertanya oleh bujuk rayu mitra kerja kita. Yang dilihat di permukaan bagus belum tentu yang sebenarnya. Bisa jadi sebaliknya. Kalau kita bicara tentang bisnis secara global, diramalkan tidak akan sebaik tahun lalu. Peluangnya semakin menipis. Ini tentu saja akan meningkatkan persaingan yang lebih ketat lagi. Terlebih Indonesia terlahir di tahun ayam (1945) yang artinya punya ikatan yang sangat erat dengan Cina yang lahir di tahun sapi. Tentu kita tak berharap bahwa kita selalu punya ketergantungan dengan negara lain. Saya yakin kita bisa mandiri. Maka kita harus menyelami diri kita, introspeksi, mencari peluang-peluang yang cocok diterapkan disini, adalah bidang yang cocok untuk kita lakukan, bidang yang kita telah kita miliki selama bertahun-tahun. Yang saya maksudkan adalah bahwa agroindustri, agrobisnis merupakan tulang punggung pilar ekonomi kita." (selesai kutipan selektif ini)
Pelajaran apa bagi kita yang suka menyebut diri lebih mementingkan akal pikiran dalam berilmu dan beramal? Peramalpun ternyata tak berhenti melaporkan isi ramalan, tetapi juga sampai pada anjuran kita mampu bertindak demi pemecahan masalah yang kita hadapi!
Beberapa hari kemudian, tanggal 26 Desember 2002, di Surat Kabar Pikiran Rakyat (Bandung) di dalam seri tulisan ?laporan akhir tahun? kami baca artikel berjudul ?2003 ujian baji pembangunan agro bisnis daerah? dari Dr. Bayu Krisnamurthi (dari IPB, Bogor, juga redaksi JER).
Disini dikutip penutup tulisan itu: ??.masih tetap diperlukan beberapa langkah agar pembangunan system agro bisnis dapat menghadapi ujian desentralisasi.?
Pertama, diperlukan usaha sungguh-sungguh dan komprehensif untuk meningkatkan pemahaman dan penyamaan persepsi konsepsi agrobisnis. Agrobisnis tidak dapat lagi hanya sebagai pandangan yang diformulasikan oleh pihak tertentu (?formulated vision?) tapi harus mencari pandangan yang diterima oleh semua kalangan (?shared vision?). Untuk itu perlu dipergunakan ?bahasa? yang sesuai dengan kondisi masyarakat?..Mengubah prinsip ?menjual apa yang bisa dihasilkan? menjadi ?menghasilkan apa yang bisa dijual? merupakan salah satu langkah awal membagi visi agrobisnis itu.
Kedua, diperlukan langkah yang jelas untuk menyeimbangkan antara mengedepankan ?potensi? daerah dan ?prospek pasar?. Banyak daerah terjebak untuk hanya mengedepankan besarnya potensi yang dimiliki (seperti luas dan suburnya lahan, buah yang memiliki rasa segar dan enak, atau bunga yang indah) tetapi lupa mengkaji apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen?Untuk itu analisis pasar merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi.
Ketiga, mulailah dengan sesuatu yang konkret, jelas dan dapat segera dilihat dan dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat membutuhkan contoh, ???..acuan yang konkret. Oleh sebab itu visi dan strategi perlu segera diwujudkan secara operasional walaupun masih dalam bentuk beberapa contoh yang masih terbatas????.?
Nah, inilah satu contoh jenis ?pertemuan? (antara ?peramalan? dan ?ilmiah?). Apakah bersambungan satu sama lain? (terserah pembaca menilai?..!)
(2)
Sebelum membaca hal ramalan dua tokoh peramal itu di Warta Kota. Sebelumnya (beda beberapa hari) kami baca di SK Kedaukatan Rakyat (terbit di Yogyakarta, kalau tak salah tanggal 19 Agustus ?02) suatu artikel dari Gus Dur yang kami kenal sejak menjadi mitra Sekretariat Bina Desa. Karena tak sempat membuat kliping (guntingan) karangan tersebut, di sini pelaporan kami terbatas pada dua hal saja. Judul tulisan itu pun tak ingat lagi!
Pertama di dalam mengemukakan pendapat hal-hal pokok apa yang perlu kita cermati dan laksanakan Gus Dur menyebut lima hal. Dalam pada itu sempat diungkapkan suatu perkiraan (= ramalan) bahwa masa krisis kita ini ?akan berjalan selama tujuh tahun?, yaitu dari 1997 sampai 2003. (catatan: memang angka siklus tujuh tahunan ini sesuatu yang suka dipakai orang kita dalam mencermati zaman yang beredar !).
Salah satu hal penting menurut Gus Dur adalah bahwa kita perlu membuka peluang untuk meningkatkan, bahkan melipatgandakan tingkat gaji pegawai negeri, misalnya dalam waktu beberapa (tiga?) tahun menjadi lipat menjadi sepuluh kalinya yang sekarang, barulah kendala korupsi pada aparat birokrasi negara dapat diatasi! Tapi itulah: sulit meng-andai-kan bahwa kita memperoleh suatu moratorium dalam hal jangka waktu melunasi hutang kita! (tak disertai data, angka-angka). Atas hal perkiraan (?peng-andaian?) itu saja perhatian kami sebagai pembaca-pencatat menjadi kurang, karena menilai itu tak bakal terjadi di dalam suasana iklim budaya kapitalisme sedunia dewasa ini. Indonesia juga tak tergolong negeri SMS (Sangat Miskin Sekali) untuk memperoleh penghapusan hutang!
Tapi di bulan Desember ini terbit majalah edisi khusus Newsweek, mingguan yang terbit di New York, Amerika Serikat. Tema edisi khusus Newsweek adalah ?Issues 2003?, dengan jumlah halaman hampir dua kali lipat biasanya. Sejumlah 34 tulisan dibagi atas lima rubrik, yang terpanjang soal ?American Power?. Di sampul muka majalah ada foto seorang berpakaian ?Uncle Sam? (berjenggot putih) yang berusaha menahan beban ?dunia? (sebuah bola besar, bentuk globe, bumi kita). Rubrik lain dalam ?Issues 2003? berjudul ?Islamic World?, dibagian ini ada peta ?Dunia Arab? di Timur Tengah di tiap negara tercantum susunan penduduk menurut golongan bangsa dan mazhab agama Islam. Peta ini sumber pengetahuan cepat ringkas bagi siapa yang belum kenal siapa itu ?Bangsa Arab?. Tiga rubrik lain adalah rubrik ?Business?, ?Society? dan Technology?. Di rubrik ?Business? itulah kita dapat baca tulisan George Soros berjudul ? A Broken Pipeline?. Soros di situ diperkenalkan sebagai Ketua Soros Management Fund dan pendiri Open Society Insitute. Mungkin sebagian pembaca JER, dari kalangan sebagian LSM mengenal kegiatan kita yang juga didanai oleh lembaga yang menyalurkan dana asal dari Soros, dalam rangka membuka peluang reformasi di Indonesia.
Menurut Soros di edisi Newsweek itu dunia kini menghadapi suatu krisis yang umumnya tak dikenali orang yaitu bahwa aliran modal ke negara-negara miskin dalam keadaan terputus (?break down?). Apa yang mesti kita lakukan?
Jika di masa perekonomian dunia (kapitalis) sedang ?baik? (?bull market?) Amerika Serikat mampu menjadi ?motor? perekonomian global. Tapi sejak 1997 tidak lagi demikian. Lebih baik dikutip saja:
?The global economy is hovering on the brink of deflation and depresson. ?.there is an urgent need for a new motor. I have proposed (Soros tulis) an annual issue of Special Drawing Rights (SDRs), an interest-bearing asset that would be issued by the IMF. Under my proposal (lanjutnya) rich countries would donate their allocations of SDRs to finance international assistance to fund development projects in poor nations. This is an idea whose time has come?. (?donate?=hibah!)
Menurut Soros (terjemahan)?..hal itu akan mengaktifkan sumberdaya yang kini tak terpakai. Hal itu akan memperkecil jurang yang melebar antara pusat (negara kaya) dan pinggiran (negara miskin). Hal itu peluang bagi dunia memperjuangkan tujuan PBB dalam mengatasi kemiskinan ekstrim, dengan menyediakan pendidikan dasar secara menyeluruh dan mendukung perbaikan pelayanan kesehatan agar tujuan mengurangi kemiskinan sasaran tahun 2015 terjangkau.
Soros mengakhiri tulisan singkat (satu halaman : hal. 59 di edisi khusus Newsweek itu) dengan nada pesimis. Para pengelola lembaga-lembaga keuangan internasional tak akan mempertimbangkan usulanya karena tak menerima sinyalemen Soros bahwa ?system dunia itu telah rusak dan memerlukan perbaikan?. Soros menuduh ?mereka itu ? yang punya wewenang ? tertidur di tempat mereka bekerja, padahal merekalah yang pegang kuncinya!"
Apa kesimpulan kita (sementara) dari membanding gagasan Gus Dur yang mencita-citakan suatu ?moratorium? dalam pembayaran hutang-hutang Indonesia dan gagasan Soros, pihak pemain aktif pasaran ulang global di negeri kaya raya : perlu membuat aturan main baru, demi mengatasi krisis global ! (judul tulisan Soros : ?A Broken World Pipeline?). Jika aturan main yang lama tidak lagi memberi harapan kita dapat mengatasinya, lebih baik kita membuat aturan main yang baru ! Maksud Indonesia menyapih diri dari ikatan aturan main yang dibuat IMF, itu baru satu langkah. Kalau pun jadi kenyataan tahun depan, apakah itu mencukupi dalam upaya kita membuka peluang lebih baik dalam mnegatasi krisis kita?
Inilah contoh kedua jenis ?pertemuan? lain yang kami jumpai di akhir tahun; ada satu gagasan di pihak ?nasionalis? (kasus Gus Dur, dari PKB) di lain pihak seorang pelaku (siapa bilang ?setan? ?) dari kubu kapitalisme global. Pertemuan masih susah diharapkan walau ?maknanya? se-arah !
Perhatikan bahwa di lingkungan Asia, dua negara berpenduduk besar yaitu China dan India, tergolong perkecualian: tetap mampu menarik investasi dari luar dan dari dalam negeri sendiri.
Sebenarnya dalam urusan hutang bagi Indonesia beban hutang dalam negeri sama beratnya dengan hutang luar negeri. Apa lagi jika kini ada maksud ?memberi ampun? pada konglomerat padahal tak ada permintaan maaf dari mereka disertai pengakuan telah berbuat salah di waktu lalu! Inikah model ?konsiliasi? ala Indonesia?
Prof. Dr. Sajogyo ? Guru Besar Sosiologi Pedesaan IPB, Bogor
DUA JENIS PERTEMUAN, APAKAH BERSAMBUNGAN?
(1)
Dari membaca Surat Kabar Warta Kota (kelompok Surat Kabar Kompas), Jakarta, yang tersebar di wilayah JaBoDeTaBek)?yang bersemboyan ?Informasi pasti masyarakat kota?diterbitkan Minggu, tanggal 22 Desember 2002 lalu (hal.3) tersajikan dua tulisan pewawancara Sugiyanto, kami kutip ?ramalan tahun 2003?. Siapa sumber peramalan itu?
Pertama Ny. Lauren Pasaribu (?Banjir masih mengancam Jakarta?, judul pilihan pewawancara) dan kedua, dari Tn.Kang Hong Kian, judul pilihan pewawancara ?2003, tahun penuh fatamorgana?.
Disini disajikan kutipan selektif, sebagian ramalan Ny. L. Pasaribu: ?(menjawab pertanyaan ?bagaimana dengan prediksi situasi ekonomi??, setelah menyoroti ?prediksi situasi politik?). (inilah dia) ?Akan ada serangan angin, hujan dan panas yang merusak tanaman. Juga terjangkitnya penyakit pada hewan. Selain ada yang mental karena tandukan. (Di sisi lain, masih banyak juga yang menikmati keuntungan-keuntungan besar dari pelambang se-tanduk emas tadi, seperti penambang pasir, kebun buah-buahan juga tanaman obat (maaf, perlu diseling catatan penjelasan: peramalan ini berdasar petunjuk horoskopi berdasar perhitungan budaya Cina yang membagi tahun-tahun atas ?tanda binatang?. Misal; tahun ini masih tahun kuda, tahun depan tahun kambing. Nasib anda di suatu tahun terpengaruh oleh tahun kelahiran anda: tahun binatang mana?) (lanjutannya...) pengusaha kecil dan menengah harus banyak mendapat perhatian. Karena akan ada gerakan pemberdayaan diri secara besar-besaran. Pemerintah harus mencermati ekonomi yang dikendalikan oleh kalangan usaha kecil dan menengah ini. Karena kenyataannya, mereka ini yang tetap bertahan ditengah badai krisis dan menjadi penyelamat ekonomi nasional dengan perputaran roda perekonomian rakyat. Tahun kuda (2002) masih besar pengaruhnya hingga bulan April 2003?.
Dan apa yang diramalkan oleh Tuan Tan Hong Kian atas pertanyaan pewawancara ?ekonomi 2003 diprediksi akan lebih terbuka, bagaimana anda menghadapi hal ini?? (jawabannya) ?Ya, peluang-peluang lebih terbuka. Tapi, jangan lupa, yang palsu juga meningkat. Di depan mata dilihat itu sebagai peluang, tapi kenyataannya hanya ?fatamorgana" (artinya: bayangan, bukan kenyataan). (lanjutannya...) Kita jangan terlena oleh jebakan-jebakan manis. Jangan cepat bertanya oleh bujuk rayu mitra kerja kita. Yang dilihat di permukaan bagus belum tentu yang sebenarnya. Bisa jadi sebaliknya. Kalau kita bicara tentang bisnis secara global, diramalkan tidak akan sebaik tahun lalu. Peluangnya semakin menipis. Ini tentu saja akan meningkatkan persaingan yang lebih ketat lagi. Terlebih Indonesia terlahir di tahun ayam (1945) yang artinya punya ikatan yang sangat erat dengan Cina yang lahir di tahun sapi. Tentu kita tak berharap bahwa kita selalu punya ketergantungan dengan negara lain. Saya yakin kita bisa mandiri. Maka kita harus menyelami diri kita, introspeksi, mencari peluang-peluang yang cocok diterapkan disini, adalah bidang yang cocok untuk kita lakukan, bidang yang kita telah kita miliki selama bertahun-tahun. Yang saya maksudkan adalah bahwa agroindustri, agrobisnis merupakan tulang punggung pilar ekonomi kita." (selesai kutipan selektif ini)
Pelajaran apa bagi kita yang suka menyebut diri lebih mementingkan akal pikiran dalam berilmu dan beramal? Peramalpun ternyata tak berhenti melaporkan isi ramalan, tetapi juga sampai pada anjuran kita mampu bertindak demi pemecahan masalah yang kita hadapi!
Beberapa hari kemudian, tanggal 26 Desember 2002, di Surat Kabar Pikiran Rakyat (Bandung) di dalam seri tulisan ?laporan akhir tahun? kami baca artikel berjudul ?2003 ujian baji pembangunan agro bisnis daerah? dari Dr. Bayu Krisnamurthi (dari IPB, Bogor, juga redaksi JER).
Disini dikutip penutup tulisan itu: ??.masih tetap diperlukan beberapa langkah agar pembangunan system agro bisnis dapat menghadapi ujian desentralisasi.?
Pertama, diperlukan usaha sungguh-sungguh dan komprehensif untuk meningkatkan pemahaman dan penyamaan persepsi konsepsi agrobisnis. Agrobisnis tidak dapat lagi hanya sebagai pandangan yang diformulasikan oleh pihak tertentu (?formulated vision?) tapi harus mencari pandangan yang diterima oleh semua kalangan (?shared vision?). Untuk itu perlu dipergunakan ?bahasa? yang sesuai dengan kondisi masyarakat?..Mengubah prinsip ?menjual apa yang bisa dihasilkan? menjadi ?menghasilkan apa yang bisa dijual? merupakan salah satu langkah awal membagi visi agrobisnis itu.
Kedua, diperlukan langkah yang jelas untuk menyeimbangkan antara mengedepankan ?potensi? daerah dan ?prospek pasar?. Banyak daerah terjebak untuk hanya mengedepankan besarnya potensi yang dimiliki (seperti luas dan suburnya lahan, buah yang memiliki rasa segar dan enak, atau bunga yang indah) tetapi lupa mengkaji apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh konsumen?Untuk itu analisis pasar merupakan hal yang tidak dapat ditunda lagi.
Ketiga, mulailah dengan sesuatu yang konkret, jelas dan dapat segera dilihat dan dirasakan oleh masyarakat. Masyarakat membutuhkan contoh, ???..acuan yang konkret. Oleh sebab itu visi dan strategi perlu segera diwujudkan secara operasional walaupun masih dalam bentuk beberapa contoh yang masih terbatas????.?
Nah, inilah satu contoh jenis ?pertemuan? (antara ?peramalan? dan ?ilmiah?). Apakah bersambungan satu sama lain? (terserah pembaca menilai?..!)
(2)
Sebelum membaca hal ramalan dua tokoh peramal itu di Warta Kota. Sebelumnya (beda beberapa hari) kami baca di SK Kedaukatan Rakyat (terbit di Yogyakarta, kalau tak salah tanggal 19 Agustus ?02) suatu artikel dari Gus Dur yang kami kenal sejak menjadi mitra Sekretariat Bina Desa. Karena tak sempat membuat kliping (guntingan) karangan tersebut, di sini pelaporan kami terbatas pada dua hal saja. Judul tulisan itu pun tak ingat lagi!
Pertama di dalam mengemukakan pendapat hal-hal pokok apa yang perlu kita cermati dan laksanakan Gus Dur menyebut lima hal. Dalam pada itu sempat diungkapkan suatu perkiraan (= ramalan) bahwa masa krisis kita ini ?akan berjalan selama tujuh tahun?, yaitu dari 1997 sampai 2003. (catatan: memang angka siklus tujuh tahunan ini sesuatu yang suka dipakai orang kita dalam mencermati zaman yang beredar !).
Salah satu hal penting menurut Gus Dur adalah bahwa kita perlu membuka peluang untuk meningkatkan, bahkan melipatgandakan tingkat gaji pegawai negeri, misalnya dalam waktu beberapa (tiga?) tahun menjadi lipat menjadi sepuluh kalinya yang sekarang, barulah kendala korupsi pada aparat birokrasi negara dapat diatasi! Tapi itulah: sulit meng-andai-kan bahwa kita memperoleh suatu moratorium dalam hal jangka waktu melunasi hutang kita! (tak disertai data, angka-angka). Atas hal perkiraan (?peng-andaian?) itu saja perhatian kami sebagai pembaca-pencatat menjadi kurang, karena menilai itu tak bakal terjadi di dalam suasana iklim budaya kapitalisme sedunia dewasa ini. Indonesia juga tak tergolong negeri SMS (Sangat Miskin Sekali) untuk memperoleh penghapusan hutang!
Tapi di bulan Desember ini terbit majalah edisi khusus Newsweek, mingguan yang terbit di New York, Amerika Serikat. Tema edisi khusus Newsweek adalah ?Issues 2003?, dengan jumlah halaman hampir dua kali lipat biasanya. Sejumlah 34 tulisan dibagi atas lima rubrik, yang terpanjang soal ?American Power?. Di sampul muka majalah ada foto seorang berpakaian ?Uncle Sam? (berjenggot putih) yang berusaha menahan beban ?dunia? (sebuah bola besar, bentuk globe, bumi kita). Rubrik lain dalam ?Issues 2003? berjudul ?Islamic World?, dibagian ini ada peta ?Dunia Arab? di Timur Tengah di tiap negara tercantum susunan penduduk menurut golongan bangsa dan mazhab agama Islam. Peta ini sumber pengetahuan cepat ringkas bagi siapa yang belum kenal siapa itu ?Bangsa Arab?. Tiga rubrik lain adalah rubrik ?Business?, ?Society? dan Technology?. Di rubrik ?Business? itulah kita dapat baca tulisan George Soros berjudul ? A Broken Pipeline?. Soros di situ diperkenalkan sebagai Ketua Soros Management Fund dan pendiri Open Society Insitute. Mungkin sebagian pembaca JER, dari kalangan sebagian LSM mengenal kegiatan kita yang juga didanai oleh lembaga yang menyalurkan dana asal dari Soros, dalam rangka membuka peluang reformasi di Indonesia.
Menurut Soros di edisi Newsweek itu dunia kini menghadapi suatu krisis yang umumnya tak dikenali orang yaitu bahwa aliran modal ke negara-negara miskin dalam keadaan terputus (?break down?). Apa yang mesti kita lakukan?
Jika di masa perekonomian dunia (kapitalis) sedang ?baik? (?bull market?) Amerika Serikat mampu menjadi ?motor? perekonomian global. Tapi sejak 1997 tidak lagi demikian. Lebih baik dikutip saja:
?The global economy is hovering on the brink of deflation and depresson. ?.there is an urgent need for a new motor. I have proposed (Soros tulis) an annual issue of Special Drawing Rights (SDRs), an interest-bearing asset that would be issued by the IMF. Under my proposal (lanjutnya) rich countries would donate their allocations of SDRs to finance international assistance to fund development projects in poor nations. This is an idea whose time has come?. (?donate?=hibah!)
Menurut Soros (terjemahan)?..hal itu akan mengaktifkan sumberdaya yang kini tak terpakai. Hal itu akan memperkecil jurang yang melebar antara pusat (negara kaya) dan pinggiran (negara miskin). Hal itu peluang bagi dunia memperjuangkan tujuan PBB dalam mengatasi kemiskinan ekstrim, dengan menyediakan pendidikan dasar secara menyeluruh dan mendukung perbaikan pelayanan kesehatan agar tujuan mengurangi kemiskinan sasaran tahun 2015 terjangkau.
Soros mengakhiri tulisan singkat (satu halaman : hal. 59 di edisi khusus Newsweek itu) dengan nada pesimis. Para pengelola lembaga-lembaga keuangan internasional tak akan mempertimbangkan usulanya karena tak menerima sinyalemen Soros bahwa ?system dunia itu telah rusak dan memerlukan perbaikan?. Soros menuduh ?mereka itu ? yang punya wewenang ? tertidur di tempat mereka bekerja, padahal merekalah yang pegang kuncinya!"
Apa kesimpulan kita (sementara) dari membanding gagasan Gus Dur yang mencita-citakan suatu ?moratorium? dalam pembayaran hutang-hutang Indonesia dan gagasan Soros, pihak pemain aktif pasaran ulang global di negeri kaya raya : perlu membuat aturan main baru, demi mengatasi krisis global ! (judul tulisan Soros : ?A Broken World Pipeline?). Jika aturan main yang lama tidak lagi memberi harapan kita dapat mengatasinya, lebih baik kita membuat aturan main yang baru ! Maksud Indonesia menyapih diri dari ikatan aturan main yang dibuat IMF, itu baru satu langkah. Kalau pun jadi kenyataan tahun depan, apakah itu mencukupi dalam upaya kita membuka peluang lebih baik dalam mnegatasi krisis kita?
Inilah contoh kedua jenis ?pertemuan? lain yang kami jumpai di akhir tahun; ada satu gagasan di pihak ?nasionalis? (kasus Gus Dur, dari PKB) di lain pihak seorang pelaku (siapa bilang ?setan? ?) dari kubu kapitalisme global. Pertemuan masih susah diharapkan walau ?maknanya? se-arah !
Perhatikan bahwa di lingkungan Asia, dua negara berpenduduk besar yaitu China dan India, tergolong perkecualian: tetap mampu menarik investasi dari luar dan dari dalam negeri sendiri.
Sebenarnya dalam urusan hutang bagi Indonesia beban hutang dalam negeri sama beratnya dengan hutang luar negeri. Apa lagi jika kini ada maksud ?memberi ampun? pada konglomerat padahal tak ada permintaan maaf dari mereka disertai pengakuan telah berbuat salah di waktu lalu! Inikah model ?konsiliasi? ala Indonesia?
Prof. Dr. Sajogyo ? Guru Besar Sosiologi Pedesaan IPB, Bogor