T-Rex
New member
Para pembantu memiliki pengaruh yang sangat besar, karena mereka memiliki waktu yang lama untuk tinggal bersama anak. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap anak dari mulai mengasuh, merawat, menyuapi makanan, menyiapkan permainan dan waktu istirahat, menangani anak ketika menangis, dan memenuhi hampir semua kebutuhan anak, tanpa mempedulikan apakah hal itu sesuai dengan pendidikan anak atau tidak.
Menurut para pakar ilmu jiwa, masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa perubahan tubuh, intelegensia, emosional dan kemampuan interaksi yang memberi pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya kepribadian. **1)
Manhaj Islam mengarahkan para pendidik dan orang tua agar bersikap lemah lembut dan santun kepada anak pada usia balita atau pra sekolah, karena masa itu sangat memberi pengaruh besar dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Seperti sabda RasuluLlah, "Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan cinta kelembutan dalam segala perkara".
Umar bin Khaththab memberi nasehat kepada para pendidik dan orang tua mengenai cara mendidik anak pada usia ini. Beliau berkata, "Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun, dan dampingilah dalam hidupnya umur tujuh tahun". Artinya, bersikaplah lemah lembut dan ajaklah bermain sebagaimana Nabi bersikap lemah lembut dan bermain dengan anak-anak Fathimah (cucu beliau, red). Maka Umar menyuruh para pendidik mempergauli anak dengan baik dan lemah lembut ketika berusia tujuh tahun, karena pada usia itu, anak mengalami perubahan dan perkembangan tubuh, intelegensi, emosional, dan daya nalar. Pendidik harus mengajari anaknya cara berbicara, cara berjalan, bagaimana bermain dan berolah raga, dan mendidik hidup serius dan bersungguh-sungguh, bukan hidup yang penuh dengan musik dan nyanyian serta yang lainnya.
Lemah lembut bukan berarti memanjakan anak, karena sikap itu akan merusak masa depan anak, baik dari sisi psikologi dan kepribadian. Orang tua harus bersikap tegas dan objektif, harus bersikap seimbang dan memiliki kontrol dalam bertindak. Orang tua harus memberi pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak secara maksimum dan sempurna, baik bentuk perintah maupun larangan, motivasi dan sanksi, ajakan kepada kebaikan dan peringatan dari perbuatan tercela. Orang tua juga harus menanamkan berbagai akhlak dan etika kepada anak sebelum tercemari berbagai tingkah laku dan akhlak yang tercela dan rusak.
RasuluLlah bersabda, "Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, hingga berubah lisannya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani atau Majusi" **2)
Anak terlahir dalam keadaan putih bersih, dan selanjutnya kondisi anak sangat bergantung kepada pendidikan, pengarahan dan bimbingan orang tua. Apalagi pada usia kanak-kanak, mereka mulai mampu menghafal, meniru, dan juga gemar bermain.
Namun, ingatlah bahwa selaku orang tua, Anda tidaklah sendirian dalam mendidik anak Anda! Banyak pihak yang berperan dalam menentukan warna pendidikan anak, bahkan kadang peranan mereka lebih intens dibandingkan orang tua. Dan salah satunya adalah pembantu, atau baby sitter istilah lazimnya.
Para pembantu memiliki pengaruh yang sangat besar, karena mereka memiliki waktu yang lama untuk tinggal bersama anak. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap anak dari mulai mengasuh, merawat, menyuapi makanan, menyiapkan permainan dan waktu istirahat, menangani anak ketika menangis, dan memenuhi hampir semua kebutuhan anak, tanpa mempedulikan apakah hal itu sesuai dengan pendidikan anak atau tidak. Akhirnya, pembantu menjadi rujukan utama bagi anak ketika kedua orang tua tidak ada di rumah, sehingga pembantu menjadi tempat mengadu. Dari sinilah, sang pembantu mulai menebar racun pemikiran, ideologi, kebiasaan dan tingkah lakunya kepada anak. Padahal, di antara pembantu, ada yang kafir dan ada yang muslim. Yang muslim pun, tidak jarang memiliki kadar agama dan akhlak yang rendah, bahkan memiliki keyakinan yang menyimpang. Sehingga kita mendapat ada sebagian anak yang menyembah api dan sebagian lagi menyembah bintang atau patung berhala Budha akibat pengaruh pembantu ketika mereka jauh dari orang tua.
Waspadalah, wahai para pendidik! Perhatikanlah pendidikan anak-anakmu, dan jauhkanlah mereka dari pengaruh pendidikan yang merusak dan negatif. Dan jangan biarkan mereka terpengaruh tingkah laku dan perangai orang-orang rusak dan jahat yang telah sengaja membuat strategi matang untuk menghancurkan generasi ummat Islam.
Catatan kaki:
1. Ilmu Nafs ad-Da'awi, hal 181
2. HR. Bukhari, 4775, dan HR. Muslim, 2658
* disalin dari buku "Begini Seharusnya Mendidik Anak" hal 131-135, 269-270, Al-Maghribi bin As-Said al-Maghribi, ed. Indonesia dicetak Darul Haq Mei 2004
Menurut para pakar ilmu jiwa, masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masa perubahan tubuh, intelegensia, emosional dan kemampuan interaksi yang memberi pengaruh pada utuhnya individu dan matangnya kepribadian. **1)
Manhaj Islam mengarahkan para pendidik dan orang tua agar bersikap lemah lembut dan santun kepada anak pada usia balita atau pra sekolah, karena masa itu sangat memberi pengaruh besar dalam suksesnya proses pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Seperti sabda RasuluLlah, "Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan cinta kelembutan dalam segala perkara".
Umar bin Khaththab memberi nasehat kepada para pendidik dan orang tua mengenai cara mendidik anak pada usia ini. Beliau berkata, "Ajaklah anakmu bermain umur tujuh tahun, didiklah umur tujuh tahun, dan dampingilah dalam hidupnya umur tujuh tahun". Artinya, bersikaplah lemah lembut dan ajaklah bermain sebagaimana Nabi bersikap lemah lembut dan bermain dengan anak-anak Fathimah (cucu beliau, red). Maka Umar menyuruh para pendidik mempergauli anak dengan baik dan lemah lembut ketika berusia tujuh tahun, karena pada usia itu, anak mengalami perubahan dan perkembangan tubuh, intelegensi, emosional, dan daya nalar. Pendidik harus mengajari anaknya cara berbicara, cara berjalan, bagaimana bermain dan berolah raga, dan mendidik hidup serius dan bersungguh-sungguh, bukan hidup yang penuh dengan musik dan nyanyian serta yang lainnya.
Lemah lembut bukan berarti memanjakan anak, karena sikap itu akan merusak masa depan anak, baik dari sisi psikologi dan kepribadian. Orang tua harus bersikap tegas dan objektif, harus bersikap seimbang dan memiliki kontrol dalam bertindak. Orang tua harus memberi pengarahan, bimbingan dan pendidikan kepada anak secara maksimum dan sempurna, baik bentuk perintah maupun larangan, motivasi dan sanksi, ajakan kepada kebaikan dan peringatan dari perbuatan tercela. Orang tua juga harus menanamkan berbagai akhlak dan etika kepada anak sebelum tercemari berbagai tingkah laku dan akhlak yang tercela dan rusak.
RasuluLlah bersabda, "Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah, hingga berubah lisannya. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Nasrani atau Majusi" **2)
Anak terlahir dalam keadaan putih bersih, dan selanjutnya kondisi anak sangat bergantung kepada pendidikan, pengarahan dan bimbingan orang tua. Apalagi pada usia kanak-kanak, mereka mulai mampu menghafal, meniru, dan juga gemar bermain.
Namun, ingatlah bahwa selaku orang tua, Anda tidaklah sendirian dalam mendidik anak Anda! Banyak pihak yang berperan dalam menentukan warna pendidikan anak, bahkan kadang peranan mereka lebih intens dibandingkan orang tua. Dan salah satunya adalah pembantu, atau baby sitter istilah lazimnya.
Para pembantu memiliki pengaruh yang sangat besar, karena mereka memiliki waktu yang lama untuk tinggal bersama anak. Mereka bertanggung jawab penuh terhadap anak dari mulai mengasuh, merawat, menyuapi makanan, menyiapkan permainan dan waktu istirahat, menangani anak ketika menangis, dan memenuhi hampir semua kebutuhan anak, tanpa mempedulikan apakah hal itu sesuai dengan pendidikan anak atau tidak. Akhirnya, pembantu menjadi rujukan utama bagi anak ketika kedua orang tua tidak ada di rumah, sehingga pembantu menjadi tempat mengadu. Dari sinilah, sang pembantu mulai menebar racun pemikiran, ideologi, kebiasaan dan tingkah lakunya kepada anak. Padahal, di antara pembantu, ada yang kafir dan ada yang muslim. Yang muslim pun, tidak jarang memiliki kadar agama dan akhlak yang rendah, bahkan memiliki keyakinan yang menyimpang. Sehingga kita mendapat ada sebagian anak yang menyembah api dan sebagian lagi menyembah bintang atau patung berhala Budha akibat pengaruh pembantu ketika mereka jauh dari orang tua.
Waspadalah, wahai para pendidik! Perhatikanlah pendidikan anak-anakmu, dan jauhkanlah mereka dari pengaruh pendidikan yang merusak dan negatif. Dan jangan biarkan mereka terpengaruh tingkah laku dan perangai orang-orang rusak dan jahat yang telah sengaja membuat strategi matang untuk menghancurkan generasi ummat Islam.
Catatan kaki:
1. Ilmu Nafs ad-Da'awi, hal 181
2. HR. Bukhari, 4775, dan HR. Muslim, 2658
* disalin dari buku "Begini Seharusnya Mendidik Anak" hal 131-135, 269-270, Al-Maghribi bin As-Said al-Maghribi, ed. Indonesia dicetak Darul Haq Mei 2004