Ee.. Banci Bangkong..

xraith

New member
Petang tadi, ketika naik angkot… Belum lama angkot berjalan tiba-tiba di sebelah saya ada suara besar…

“Ee… eee… eee… Banci!!” seru Mama saya di samping saya pelan, ketika mendengar suara besar tadi Sambil menahan tawa. Aku pun menoleh, dan tampaklah seonggok tubuh laki-laki dengan pakaian wanita. Dandanannya wih menor bangeeettt!!

Maaf maaf saja jika ada yang tersinggung jika Mama saya tertawa, maaf juga kalau dalam hati sesungguhnya saya tertawa dan menangis kasihan. Mungkin bagi penganut hak asasi manusia, tindakan saya dan Mama saya (tertawa, meski tertahan) adalah salah!

“Waria juga punya hak yang sama dengan manusia lainnya, kita tidak berhak mengucilkannya!” mungkin demikian kata orang2 pengusung HAM.

Saya dengar, waria itu berbicara dengan penumpang lainnya tentang pengalamannya naik angkot. Begini katanya….

“ih, saya paling gak betah kalo duduk seangkot dengan yang keteknya bau! Saya pernah tuh, naik angkot dari Serang ke Cilegon… anginnya gede banget kan?? di sebelah saya ibu-ibu keteknya bauuuuu banget!! Duduknya deket jendela wahhh jadi kena angin tambah bikin muntah aja!! Saya bilang ke dia ‘Bu, tukeran tempat duduknya dong?’ Eh dia malah bilang, ‘Kita mah parek jeh.(saya deket kok). Tapi mambune kuen kaye tas mangan kodok bangkong. Tuku **** (maaf saya sensor sebuah produk penghilang bau ketek. Iklannya mahal brew!) paling pire sih hargane. Iku mah mambuneeee kaye tas mangan kodok bangkong bae!”

Yah, kurang lebih segitu. Hehehe… si Kodok bangkong disebut-sebut mulu yak? Ehm, saya jadi merenung sebentar…

Siapapun, entah pria atau wanita (waria gak dimasukin ke sini karena hakikatnya dia adalah laki-laki), pasti pengen hidup nyaman! Sepakat?

Nah, si Banci tadi aja ngerasa gak nyaman ketika ada hal-hal yang tidak ia sukai.. ya bau ketek tadi…. Lalu si banci menginginkan ibu yang bau ketek tadi untuk pindah tempat duduk karena katanya si banci mau muntah. Bahkan sampai ngasih solusi untuk pakai obat penghilang bau. Padahal si ibu tadi biasa aja tuh. Nyaman-nyaman aja dengan bau di tubuhnya!

Persis!! Melihat si banci itu pun, saya ingin muntah!!! Tapi si banci nyaman-nyaman aja, merasa lumrah kok. Hak asasi saya! Mau apa lu ngelarang-larang gue???

Hey! Fair dong!!!

Si banci boleh marah melihat sesuatu yang tidak ia senangi… Lalu… bagaimana dengan Tuhan… yang jelas-jelas melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki??? Jika Allah swt sudah melaknat, apa manusia yang sudah jelas diciptakan oleh Allah, berhak untuk mengelak?? Seperti mengelaknya si ibu bau ketek tadi??? Apa si Banci berhak mengatakan,

“Eike adalah wanita yang tersesat dalam tubuh pria…”

Sungguh!!! Zaman semakin edan!!! Laki-laki berubah jadi wanita, begitu pula sebaliknya. Laki-laki main cinta dengan laki-laki, alias homo, atau sebaliknya, lesbian yakni wanita bercinta dengan wanita.

Padahal kan obat penghilang bau ketek gak mahal. Paling berapa sih harganya??? Yah, ini kata si banci tadi!!

Tuh, Bu, beli obat penghilang bau lahhhh, atau rajin mandi laaaahhh bu biar gak bau, heheheheee…

Hey banci! Seberapa susahnya sih baca hadits? Seberapa berat sih belajar ngaji? Seberapa malasnya sampai gak mau halaqah? Seberapa pantas yey menolak perintah Tuhan yang telah menciptakan yey, yang udah ngasih yey nafas, nyawa, semua kenikmatan… tapi yey ingkari dengan berbuat seenak udel bodong yey, padahal siapa aja yang mengingkari nikmat-Nya, silakan keluar dari seluruh jagat raya ciptaan Allah ini. Keluar dari bumi, lari ke bulan?? Ey, itu masih jagat raya-Nya. Ke black hole sekalipun, atau Andromeda, atau tempat yang tak terjangkau ilmu pengetahuan manusia pun, itu masih milik Allah. Yey gak berhak tuh sombong!! Orang yey diciptain dalam badan cowo, kenapa pengen jadi cewe? Ih, najong deh ih!!

Betapa nyamannya hidup dengan aturan. Si Ibu yang rajin mandi dan tahu diri, si banci yang benar-benar menerima kodratnya sebagai laki-laki. Wanita yang menutupi auratnya dengan sempurna, ah… indahnya hidup… (jujur, sampai sekarang, saya masih bertanya-tanya jika melihat wanita yang belum saya kenal, tidak menutupi auratnya. “ini muslimah atau non-muslimah?” yah, karena identitas muslimah adalah jilbab dan kerudung. Jadi kalau yang keliatan pahanya, betisnya, rambutnya, lengannya, saya gak yakin kalau dia muslimah. Kecuali jika ia membaca Basmalah saat naik angkot atau bus, atau refleks ia mengucap “astagfirullah” saat angkot atau bus ngerem mendadak. Atau juga ketika dalam perjalanan mau ke pasar, dia bercerita akan membeli baju lebaran.”

Yah, kata Bu IIn, dosen Hukum Perdata yang disiplin banget (Subhanallah)… katanya, “dengan aturan, hidup jadi mudah dan nyaman. Aturan dibuat untuk dilaksanakan. Bukan untuk dilanggar! Mulai dari yang terkecil, ada leter S ya berhenti, eh ini malah parkir!”

Nah lho!! Negara aja pingin ditaati peraturannya. Contohnya ya rambu-rambu lalu lintas tadi. Apalagi Allah, pencipta alam semesta, kehidupan dan tentunya nyiptain yey-yey pada!

Sungguh, kita nggak berhak untuk sombong…

Kita nggak berhak untuk mengelak dari aturan-aturan-Nya yang sejatinya untuk kebahagiaan kita di dunia… dan di akhirat…

Gimana, yey masih ragu sama aturan Allah? Masih merasa punya hak asasi? Datang ke kuburan cuy, gak lama lagi tubuh indah lo, cantik-tampan wajah lo, akan berbaring di sana sendiri. Tak berteman, hanya sepi yang semakin sunyi…. Setia menjadi sahabat sejati hingga tubuh lo hancur dimakan cacing-cacing tanah… saat itulah harta, kedudukan, pangkat, jabatan, impian, ketenaran, kecantikan, ketampanan, sama sekali gak ada harganya. Kalah oleh cacing-cacing yang lapar… yang ketika di dunia, tentu derajatnya jauh lebih rendah dari kita….

Seperti Suzanna…. Yang belum lama ini…. Mati….
Maka…nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang kaudustakan???

Malam sepi berteman nyamuk dan kawan-kawannya yang setia menemani….
 
Back
Top