Administrator
Administrator
Banyak orang menepis kenyataan bahwa mereka telah gandrung ganja dan mengaku itu bukan sebuah kecanduan. Mereka percaya nge-gele, seperti merokok, tidak sama dengan pecandu narkoba karena mereka percaya nge-gele tidak akan menyebabkan kerusakan otak dan memengaruhi pola konsumsi (narkoba) pengguna.
Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Penelitian Profit Pecandu (YCAB 2001) membuktikan lebih dari 70% pecandu berat narkoba memulai ‘karier’ mereka dengan mengisap ganja. Ganja biasanya menjadi narkoba pilihan awal bagi remaja. Hal itulah yang membuka celah untuk penggunaan narkoba keras lainnya seperti putau, sabu, dan ekstasi.
Studi yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) menemukan kira-kira satu dan empat atau lima anak yang mencoba narkoba akan menjadi pecandu. Walaupun tidak semua yang mencoba akan berakhir menjadi pecandu, pada saat mereka terus memakai, toleransi mereka terhadap narkoba yang dipakai akan meningkat sehingga rentang waktu penggunaan akan semakin rapat. Jika toleransi meningkat, pola konsumsi narkoba pun berubah. Itulah tanda mulai ketergantungan/kecanduan.
Dari segi kesehatan, berbagai riset memberi konfirmasi bahwa ganja menimbulkan efek langsung jangka pendek terhadap penyalah guna. Dan perubahan pola pikir, persepsi dan kemampuan mengolah informasi, sampai kepada berkurangnya daya ingat yang kemudian memengaruhi proses kognitif seseorang. Jika proses itu diulang terus-menerus, efek jangka pendek tersebut akan membawa dampak jangka panjang kesehatan mental pengguna.
Bagi yang merasa tidak kecanduan, perlu diketahui bahwa kerusakan permanen pada sel otak akibat penggunaan narkoba (walau hanya sekali-kali) akan membawa dampak di kemudian hari. Walaupun gejalanya tidak terlihat, bukan berarti kerusakan tidak terjadi.
MI
Padahal, hal itu sama sekali tidak benar. Penelitian Profit Pecandu (YCAB 2001) membuktikan lebih dari 70% pecandu berat narkoba memulai ‘karier’ mereka dengan mengisap ganja. Ganja biasanya menjadi narkoba pilihan awal bagi remaja. Hal itulah yang membuka celah untuk penggunaan narkoba keras lainnya seperti putau, sabu, dan ekstasi.
Studi yang dilakukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-UI) menemukan kira-kira satu dan empat atau lima anak yang mencoba narkoba akan menjadi pecandu. Walaupun tidak semua yang mencoba akan berakhir menjadi pecandu, pada saat mereka terus memakai, toleransi mereka terhadap narkoba yang dipakai akan meningkat sehingga rentang waktu penggunaan akan semakin rapat. Jika toleransi meningkat, pola konsumsi narkoba pun berubah. Itulah tanda mulai ketergantungan/kecanduan.
Dari segi kesehatan, berbagai riset memberi konfirmasi bahwa ganja menimbulkan efek langsung jangka pendek terhadap penyalah guna. Dan perubahan pola pikir, persepsi dan kemampuan mengolah informasi, sampai kepada berkurangnya daya ingat yang kemudian memengaruhi proses kognitif seseorang. Jika proses itu diulang terus-menerus, efek jangka pendek tersebut akan membawa dampak jangka panjang kesehatan mental pengguna.
Bagi yang merasa tidak kecanduan, perlu diketahui bahwa kerusakan permanen pada sel otak akibat penggunaan narkoba (walau hanya sekali-kali) akan membawa dampak di kemudian hari. Walaupun gejalanya tidak terlihat, bukan berarti kerusakan tidak terjadi.
MI