dianapple
New member
LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI UMUM II
“EKOSISTEM DARAT DAN EKOSISTEM PERAIRAN BESERTA FAKTOR LINGKUNGAN”
Oleh:
Nama : Dian Octarina
NIM : 08081004023
Asisten : Ayu Dian Mardita
Kelompok : III (Tiga)
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Ekosistem Darat dan Ekosistem Perairan beserta Faktor Lingkungan” bertujuan untuk mempelajari ekosistem darat dan perairan beserta hubungannya dengan faktor lingkungan, mengetahui instrument dan teknik-teknik pengukuran faktor-faktor fisika dan kimia lingkungan baik darat maupun perairan, dan membina mahasiswa agar terbiasa turun ke lapangan untuk melihat permasalahan yang ada di alam dengan mengamati fenomena ekosistem, dan perbedaan komponen biotik dan abiotik dari berbagai habitat. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2009, pukul 09.00-13.00 WIB. Bertempat di Tanjung Putus belakang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah botol vial, eckman grab, ember, insecting net, kantong plastik, karet gelang, dan plankton net sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 % dan formalin 4 %. Adapun hasil yang didapat yaitu data identifikasi sampel plankton dan benthos di ekosistem perairan dalam kelompok-kelompoknya pada titik I, II dan III, dan identifikasi keanekaragaman serangga di ekosistem darat. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini dalam ekosistem baik ekositem darat maupun perairan, terdapat hungungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya (Anonima 2009 : 1).
Ekologi adalah kajian ilmiah mengenai interaksi antara organisme dan lingkungannya. Sebagai suatu bidang kajian ilmiah, ekologi menggabungkan pendekatan hipotesis-deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup), semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell 2004 : 271).
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen autotrof, heterotrof, abiotik, dan dekomposer (pengurai). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Abiotik atau bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur (Anonimb 2009 : 1).
Ekosistem darat dibagi menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundra, dan bioma sahaba. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara hidupnya, organism di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos. Plankton, terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, pergerakan plankton mengikuti gerak aliran air. Nekton, merupakan organism yang aktif berenang dalam air, contohnya ikan. Neuston adalah organism yang mengapung, berenang di permukaan air, atau berada pada permukaan air, contohnya serangga air. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan paku atau benda lain, contohnya keong. Bentos, yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat melekat (sesil) atau bergerak bebas, contohnya adalah cacing dan remis (Dwisang 2008 : 180-183).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari ekosistem darat dan perairan beserta hubungannya dengan faktor lingkungan, mengetahui instrument dan teknik-teknik pengukuran faktor-faktor fisika dan kimia lingkungan baik darat maupun perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu ekosistem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas dan juga semua faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan organism tersebut. Seperti populasi dan komunitas, batas ekosistem umumnya tidak jelas. Ekosistem dapat berkisar dari suatu mikrokosmos laboratorium, seperti terrarium, hingga danau dan hutan. Sesungguhnya, banyak ahli ekologi menganggap keseluruhan biosfer sebagai suatu ekosistem global, suatu gabungan semua ekosistem local di Bumi (Campbell 2004 : 388).
Dalam ekositem, terdapat oragnisme yang mempunyai kemampuan menyusun bahan organik, organisms tersebut dibagi menjadi dua, yaitu organisme autotrof dan organisme heterotrof. Organisme autotrof adalah organism yang dapat menyusun zat organic menjadi zat organik. Semua organisme yang berklorofil termasuk ke dalam organisme autotrof karena mereka dapat melakukan fotosintesis. Contohnya adalah tumbuhan hijau. Organisme heterotrof adalah organisme yang tidak dapat menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga ia mendapatkan nutrisi dengan cara memakan organisme lain. Berdasarkan jenis makanannya, organisme heterotrof dibedakan menjadi herbivora, kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora, kelompok hewan yang memakan hewan lain atau daging. Omnivora, kelompok hewan yang memakan segalanya, baik tumbuhan maupun hewan lain. Scavenger (pemakan bangkai), kelompok hewan yang memakan tubuh hewan lain yang sudah mati, dan detrivor, kelompok hewan yang memakan detritus (Dwisang 2008 : 165-166).
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking (Anonimb 2009 : 1).
Bioma padang terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular. Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu (Anonimb 2009 : 1).
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur. Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam (Anonimb 2009 : 1).
Ekosistem air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara hidupnya, organism di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos. Plankton, terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, pergerakan plankton mengikuti gerak aliran air. Nekton, merupakan organism yang aktif berenang dalam air, contohnya ikan. Neuston adalah organisme yang mengapung, berenang di permukaan air, atau berada pada permukaan air, contohnya serangga air. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan paku atau benda lain, contohnya keong. Bentos, yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat melekat (sesil) atau bergerak bebas, contohnya adalah cacing dan remis (Dwisang 2008 : 180-183).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya sangat terbatas, sehingga organisme tersebut selalu terbawa oleh arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yakni fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Zooplankton, seing pula disebut plankton hewani, terdiri dari banyak jenis hewan. Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai lebih dari satu meter seperti pada ubur-ubur. Plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu, hampir semua hewan laut memulai kehidupan sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva (Nontji 2005 : 127).
Mikro organisme (plankton) ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti satwa/hewan yang disebut dengan plankton hewani (zooplankton), dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimilasi (photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di darat, kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Fitoplankton merupakan kelompok produsen dalam sistem mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan zooplankton harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan eksistensinya. Plankton, baik itu zooplankton maupun fitoplankton dalam sistem akuarium laut, merupakan pakan alami bagi ikan dan koral yang hidup didalamnya. Mereka tergolong pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan mulut ikan dank oral, isi sel-selnya padat, dinding selnya tipis, serta tidak beracun (Anonimc 2009 : 1).
Plankton mempunya kemampuan berkembangbiak dengan ceoat, dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara missal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah. Beberapa jenis plankton yang berhasil dibudidayakan sesara missal adalah Rotifera, kutu air, Diatimae, Tetraselmis, Chlorella, Artemia, cacing Tubifex, Infusoria. Semua jenis plankton yang berhasil dibudidayakan ini bisa menjadi pakan ikan hias dan koral dalam sistem akuarium laut. Mikro organisme laut (plankton) yang menjadi pakan alami ikan laut dank oral adalah : organisme bersel tunggal (single-celled organism) yaitu kelompok flagellate (Flagellates) seperti Vorticella – species. Mikro organisme lain yang dapat kita sebut sebagai planktonik untuk pakan ikan hias laut dank oral adalah cacing laut (marine worm), Gastrotrichs, Rotifera, Mud Dragons, Girdle Wearers, Comb jellies, Copepoda, Amphipoda, Decapoda, Isopoda, Telur atau naplii dari semua jenis ikan, udang, dan satwa laut lainnya juga merupakan planktonik yang disukai ikan hias dan koral dalam akuarium laut (Anonimc 2009 : 1).
Beragam binatang dan tumbuhan hidup pada atau di dasar aliran, sungai, kolam, danau, dan lautan. Nama benthos diberikan pada organisme penghuni dasar. Harus benar-benar dicamkan bahwa istilah “dasar” mencakup substrat pada garis pantai, demikian juga kedalaman terbesar dari setiap badan air. Seperti dapat diharapkan, kondisi untuk kehidupan akan beragam tidak hanya pada kedalaman yang berbeda, namun juga dengan sifat fisik substrat. Didalam laut dan danau besar, dikenal dua daerah utama yakni air pelagik atau air terbuka dan wilayah bentik atau wilayah dasar. Berbagai daerah yang dibedakan secara ekologis terdapat dalam setiap lingkungan ini. Meskipun wilayah-wilayah ini tidak bertepi atau berbatas, namun secara bertahap menyatu sesamanya, setiap wilayah mempunyai kenampakan yang jelas. Batas setiap wilayah beragam dari satu badan air ke badan air yang lain, bergantung pada kedalamannya (Michael 1967 : 237-238).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2009, pukul 09.00-13.00 WIB sampai dengan selesai di Tanjung Putus, belakang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah botol vial, eckman grab, ember, insecting net, kantong plastik, karet gelang, dan plankton net sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 % dan formalin 4 %.
3.3. Cara Kerja
Ditangkap serangga dengan menggunakan insecting net selama perjalanan, diletakkan didalam toples yang sudah diberi celah udara. Untuk ekosistem perairan, pengambilan sampel plankton digunakan plankton net. Diambil 10 ember air, disaring dengan plankton net. Setelah 10 ember disaring, dimasukkan air kedalam botol vial dari bawah dengan dibuka penutupnya. Dibiarkan botol penuh hingga air plankton tersebut habis dari plankton net. Ditetesi sampel dengan formalin 4% sebanyak 2 tetes, kemudian ditutup botol dengan menggunakan kantong planstik. Sampel dikocok dahulu, diambil menggunakan pipet tetes dan ditetesi di kaca objek. Diamati di mikroskop dan digambar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
- Plankton
Bagian Waktu Plankton yang ditemukan
Titik I 09.39 Janthina
Nauplii
Noctiluca
Salpa
Spyrogyra
Titik II 10.00 Biddlulphia
Noctiluca
Oithona
Plektonema
Zignema
Titik III 10.33 Nocticula
Sagita
Biddulphia
Evadne
Skeletonema
- Benthos
1. Cybister
2. Rana Sp
3. Tubifex
4.2. Pembahasan
Pada ekosistem perairan terdapat organisme-organisme kecil yang terkandung didalamnya. Organisme yang berukuran sangat kecil tersebut disebut plankton. Plankton hidup melayang atau mengambang di dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutabarat (1986 : 1) bahwa planton merupakan suatu organisme yang berukuran sangat kecil ang hidupnya terombang-ambingoleh arus di lautan bebas. Plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton sebenarnya merupakan golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertical pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang zooplankton sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus lapisan perairan tempat zooplankton berenang.
Spyrogyra merupakan ganggang yang didapatkan di sekitar kita, yakni di perairan tawar . Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimd (2009 : 1). Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. Adapun langkah-langkah konjugasi antara lain dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. Zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang Spirogyra baru yang haploid.
Studi Plankton merupakan cara ideal untuk mempelajari plankton merupakan cara yang tidak hanya memperkirakan jumlah mahluk hidup, namun juga konsentrasi spesies bentuk-bentuk plankton yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1967 : 207-208) bahwa tidak ada satu cara pun yang telah digunakan dapat memenuhi persyaratan itu. Dengan demikian, paling baik yaitu memilih cara yang paling cocok bagi suatu masalah tertentu yang akan ditemukan, dengan memperhatikan tempat penemuan itu dilakukan. Sebagai aturan umum, disarankan untuk memilih cara yang paling cepat dan sederhana, karena penemuan-penemuan pada selang waktu yang pendek akan berharga, daripada yang dilakukan pada selang waktu yang lebih panjang, yang karena kerumitannya hanya dapat dilakukan dengan selang waktu demikian. Waktu yang tersedia dan peralatan juga merupakan faktor penentu dalam pemilihan cara penelitian plankton. Tempat sampel air dikumpulkan disebut sebagai ’’stasiun’’. Jumlah stasiun dan jarak antar stasiun tergantung pada hidrografi, kedalamam, sifat dasar, dan masalah yang diteliti. Karena plankton tidak pernah tersebar secara merata namun cederung berada dalam bidang-bidang kecil dalam wilayah yang berbeda, amatlah penting untuk memiliki lebih dari satu stasiun untuk mendapatkan lebih dari satu sampel pada setiap stasiun. Sampel dari beberapa inci bagian atas permukaan air tidaklah mewakili, dan dengan demikian harus dihindari. Badan air dangkal harus memiliki lebih banyak jumlah stasiun daripada danau besar yang kondisinya lebih kurang stabil.
Plankton ada yang bergerak sendiri secara aktif yang disebut zooplankton dan ada juga yang dapat melakukan fotosintesis, yang disebut fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2009 : 1) bahwa fitoplankton merupakan kelompok produsen dalam sistem mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan zooplankton harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan eksistensinya. Plankton, baik itu zooplankton maupun fitoplankton dalam sistem akuarium laut, merupakan pakan alami bagi ikan dan koral yang hidup didalamnya. Mereka tergolong pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan mulut ikan dank oral, isi sel-selnya padat, dinding selnya tipis, serta tidak beracun.
Zooplankton merupakan kelompok plankton konsumen, yang memakan plankton produsen atau fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Omori (1976 : 2-4) bahwa zooplankton memiliki banyak spesies. Zooplankton merupakan holoplankton khas yang terdiri dari banyak phyla dan kelas invertebrata. Perkiraan jumlah jenis hewan besar holoplanktonic, kecuali kebanyakan protozoa (lebih dari 1000 spesies dalam Tintinnida sendiri) dan beberapa kelompok kecil taksonomik. Karena banyak teleosts (vertebrates) dan organisme benthic (kebanyakan invertebrata) mereka menghabiskan tahap awal kehidupan di meroplankton, paling phyla dari kerajaan hewan yang diwakili dalam zooplankton. Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air, karena mereka memiliki kekuatan untuk bergerak. Bentuk yang berpindah ini hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik kepermukaan menjelang malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal pada pagi hari. Terdapat zooplankton herbivora yang memakan fitoplankton yang kemudian zooplankton herbivora tersebut akan dimangsa oleh zooplankton karnivora dan hewan-hewan lain yang berukuran lebih besar.
Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan biotik. Hal inni sesuai dengan pendapat Anonimd (2009 : 2) bahwa secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan, diantaranya; penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air; substrat dasar; kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion hidrogen (pH), dan nutrien. Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. 14 faktor yang mempengaruhi keberadaan hewan bentos di perairan, sembilan diantaranya merupakan faktor penentu kualitas perairan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.
2. Plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
3. Fitoplankton merupakan sumber makanan bagi zooplankton yang bersifat herbivora.
4. Bahan makan yang berasal dari plankton banyak mengandung asam-asam amino esensial, mineral-mineral, vitamin-vitamin, dan juga lemak serta karbohidrat.
5. Faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan bentos antara lain yaitu pH dan cahaya matahari.
6. Bentos dapat dipakai sebagai spesies indikator kandungan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Ekosistem. Http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:13 WIB.
Anonim b. 2009. Ekosistem. Http://aurel-jw.tripod.com/Ekosistem.htm. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:20 WIB.
Anonim c. 2009. Plankton. Http://www.o-fish.com/plankton. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 20:02 WIB.
Anonim d. 2009. Plankton. Http://www.google.com. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:28 WIB.
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta : v + 436 hlm.
Hutabarat, S. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI Press. Jakarta : iii + 97 hlm.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta : v + 372 hlm.
Omori, M. 1976. Methods in Morine Zooplankton Ecology. Wiley Interscience. United States of America : v + 332 hlm.
semoga bermanfaat....
BIOLOGI UMUM II
“EKOSISTEM DARAT DAN EKOSISTEM PERAIRAN BESERTA FAKTOR LINGKUNGAN”
Oleh:
Nama : Dian Octarina
NIM : 08081004023
Asisten : Ayu Dian Mardita
Kelompok : III (Tiga)
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2009
ABSTRAK
Praktikum yang berjudul, “Ekosistem Darat dan Ekosistem Perairan beserta Faktor Lingkungan” bertujuan untuk mempelajari ekosistem darat dan perairan beserta hubungannya dengan faktor lingkungan, mengetahui instrument dan teknik-teknik pengukuran faktor-faktor fisika dan kimia lingkungan baik darat maupun perairan, dan membina mahasiswa agar terbiasa turun ke lapangan untuk melihat permasalahan yang ada di alam dengan mengamati fenomena ekosistem, dan perbedaan komponen biotik dan abiotik dari berbagai habitat. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2009, pukul 09.00-13.00 WIB. Bertempat di Tanjung Putus belakang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Inderalaya. Alat yang digunakan adalah botol vial, eckman grab, ember, insecting net, kantong plastik, karet gelang, dan plankton net sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 % dan formalin 4 %. Adapun hasil yang didapat yaitu data identifikasi sampel plankton dan benthos di ekosistem perairan dalam kelompok-kelompoknya pada titik I, II dan III, dan identifikasi keanekaragaman serangga di ekosistem darat. Kesimpulan yang didapat pada praktikum ini dalam ekosistem baik ekositem darat maupun perairan, terdapat hungungan timbale balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan atarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya (Anonima 2009 : 1).
Ekologi adalah kajian ilmiah mengenai interaksi antara organisme dan lingkungannya. Sebagai suatu bidang kajian ilmiah, ekologi menggabungkan pendekatan hipotesis-deduktif, yang menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menguji penjelasan hipotesis dari fenomena-fenomena ekologis. Lingkungan meliputi komponen abiotik (faktor-faktor kimiawi dan fisik tak hidup) seperti suhu, cahaya, air, dan nutrient. Yang juga penting pengaruhnya pada organisme adalah komponen biotik (hidup), semua organisme lain yang merupakan bagian dari lingkungan suatu individu (Campbell 2004 : 271).
Dilihat dari susunan dan fungsinya, suatu ekosistem tersusun atas komponen autotrof, heterotrof, abiotik, dan dekomposer (pengurai). Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen, contohnya tumbuh-tumbuhan hijau. Heterotrof merupakan organisme yang memanfaatkan bahan-bahan organik sebagai makanannya dan bahan tersebut disediakan oleh organisme lain. Yang tergolong heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan mikroba. Abiotik atau bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan tak hidup merupakan medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan, atau lingkungan tempat hidup. Pengurai adalah organisme heterotrof yang menguraikan bahan organik yang berasal dari organisme mati (bahan organik kompleks). Organisme pengurai menyerap sebagian hasil penguraian tersebut dan melepaskan bahan-bahan yang sederhana yang dapat digunakan kembali oleh produsen. Termasuk pengurai ini adalah bakteri dan jamur (Anonimb 2009 : 1).
Ekosistem darat dibagi menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan tropis, bioma hutan gugur, bioma taiga, bioma tundra, dan bioma sahaba. Ekosistem air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara hidupnya, organism di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos. Plankton, terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, pergerakan plankton mengikuti gerak aliran air. Nekton, merupakan organism yang aktif berenang dalam air, contohnya ikan. Neuston adalah organism yang mengapung, berenang di permukaan air, atau berada pada permukaan air, contohnya serangga air. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan paku atau benda lain, contohnya keong. Bentos, yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat melekat (sesil) atau bergerak bebas, contohnya adalah cacing dan remis (Dwisang 2008 : 180-183).
1.2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari ekosistem darat dan perairan beserta hubungannya dengan faktor lingkungan, mengetahui instrument dan teknik-teknik pengukuran faktor-faktor fisika dan kimia lingkungan baik darat maupun perairan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu ekosistem terdiri dari semua organisme yang hidup dalam suatu komunitas dan juga semua faktor-faktor abiotik yang berinteraksi dengan organism tersebut. Seperti populasi dan komunitas, batas ekosistem umumnya tidak jelas. Ekosistem dapat berkisar dari suatu mikrokosmos laboratorium, seperti terrarium, hingga danau dan hutan. Sesungguhnya, banyak ahli ekologi menganggap keseluruhan biosfer sebagai suatu ekosistem global, suatu gabungan semua ekosistem local di Bumi (Campbell 2004 : 388).
Dalam ekositem, terdapat oragnisme yang mempunyai kemampuan menyusun bahan organik, organisms tersebut dibagi menjadi dua, yaitu organisme autotrof dan organisme heterotrof. Organisme autotrof adalah organism yang dapat menyusun zat organic menjadi zat organik. Semua organisme yang berklorofil termasuk ke dalam organisme autotrof karena mereka dapat melakukan fotosintesis. Contohnya adalah tumbuhan hijau. Organisme heterotrof adalah organisme yang tidak dapat menyusun zat anorganik menjadi zat organik sehingga ia mendapatkan nutrisi dengan cara memakan organisme lain. Berdasarkan jenis makanannya, organisme heterotrof dibedakan menjadi herbivora, kelompok hewan pemakan tumbuhan. Karnivora, kelompok hewan yang memakan hewan lain atau daging. Omnivora, kelompok hewan yang memakan segalanya, baik tumbuhan maupun hewan lain. Scavenger (pemakan bangkai), kelompok hewan yang memakan tubuh hewan lain yang sudah mati, dan detrivor, kelompok hewan yang memakan detritus (Dwisang 2008 : 165-166).
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu bioma gurun, bioma padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu slang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking (Anonimb 2009 : 1).
Bioma padang terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular. Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu (Anonimb 2009 : 1).
Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang. Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dap sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur. Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam (Anonimb 2009 : 1).
Ekosistem air dapat dibedakan menjadi 2, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut. Berdasarkan cara hidupnya, organism di air dapat dibedakan menjadi, plankton, nekton, neuston, perifiton, dan bentos. Plankton, terdiri dari fitoplankton dan zooplankton, pergerakan plankton mengikuti gerak aliran air. Nekton, merupakan organism yang aktif berenang dalam air, contohnya ikan. Neuston adalah organisme yang mengapung, berenang di permukaan air, atau berada pada permukaan air, contohnya serangga air. Perifiton adalah tumbuhan atau hewan yang melekat pada tumbuhan paku atau benda lain, contohnya keong. Bentos, yakni tumbuhan atau hewan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat melekat (sesil) atau bergerak bebas, contohnya adalah cacing dan remis (Dwisang 2008 : 180-183).
Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya sangat terbatas, sehingga organisme tersebut selalu terbawa oleh arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan utama yakni fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan tumbuhan yang sangat banyak ditemukan di semua perairan, tetapi karena ukurannya mikroskopis sukar dilihat kehadirannya. Zooplankton, seing pula disebut plankton hewani, terdiri dari banyak jenis hewan. Ukurannya lebih besar dari fitoplankton, bahkan ada pula yang bisa mencapai lebih dari satu meter seperti pada ubur-ubur. Plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton, mempunyai peranan penting dalam ekosistem laut, karena plankton menjadi bahan makanan bagi berbagai jenis hewan laut lainnya. Selain itu, hampir semua hewan laut memulai kehidupan sebagai plankton terutama pada tahap masih berupa telur dan larva (Nontji 2005 : 127).
Mikro organisme (plankton) ada yang dapat bergerak aktif sendiri seperti satwa/hewan yang disebut dengan plankton hewani (zooplankton), dan ada juga plankton yang dapat melakukan asimilasi (photosynthesis) seperti halnya tumbuhan di darat, kelompok ini disebut plankton nabati (phytoplankton). Fitoplankton merupakan kelompok produsen dalam sistem mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan zooplankton harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan eksistensinya. Plankton, baik itu zooplankton maupun fitoplankton dalam sistem akuarium laut, merupakan pakan alami bagi ikan dan koral yang hidup didalamnya. Mereka tergolong pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan mulut ikan dank oral, isi sel-selnya padat, dinding selnya tipis, serta tidak beracun (Anonimc 2009 : 1).
Plankton mempunya kemampuan berkembangbiak dengan ceoat, dan dapat dengan mudah dibudidayakan secara missal, sehingga tidak perlu dikhawatirkan mereka akan punah. Beberapa jenis plankton yang berhasil dibudidayakan sesara missal adalah Rotifera, kutu air, Diatimae, Tetraselmis, Chlorella, Artemia, cacing Tubifex, Infusoria. Semua jenis plankton yang berhasil dibudidayakan ini bisa menjadi pakan ikan hias dan koral dalam sistem akuarium laut. Mikro organisme laut (plankton) yang menjadi pakan alami ikan laut dank oral adalah : organisme bersel tunggal (single-celled organism) yaitu kelompok flagellate (Flagellates) seperti Vorticella – species. Mikro organisme lain yang dapat kita sebut sebagai planktonik untuk pakan ikan hias laut dank oral adalah cacing laut (marine worm), Gastrotrichs, Rotifera, Mud Dragons, Girdle Wearers, Comb jellies, Copepoda, Amphipoda, Decapoda, Isopoda, Telur atau naplii dari semua jenis ikan, udang, dan satwa laut lainnya juga merupakan planktonik yang disukai ikan hias dan koral dalam akuarium laut (Anonimc 2009 : 1).
Beragam binatang dan tumbuhan hidup pada atau di dasar aliran, sungai, kolam, danau, dan lautan. Nama benthos diberikan pada organisme penghuni dasar. Harus benar-benar dicamkan bahwa istilah “dasar” mencakup substrat pada garis pantai, demikian juga kedalaman terbesar dari setiap badan air. Seperti dapat diharapkan, kondisi untuk kehidupan akan beragam tidak hanya pada kedalaman yang berbeda, namun juga dengan sifat fisik substrat. Didalam laut dan danau besar, dikenal dua daerah utama yakni air pelagik atau air terbuka dan wilayah bentik atau wilayah dasar. Berbagai daerah yang dibedakan secara ekologis terdapat dalam setiap lingkungan ini. Meskipun wilayah-wilayah ini tidak bertepi atau berbatas, namun secara bertahap menyatu sesamanya, setiap wilayah mempunyai kenampakan yang jelas. Batas setiap wilayah beragam dari satu badan air ke badan air yang lain, bergantung pada kedalamannya (Michael 1967 : 237-238).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Minggu, 31 Mei 2009, pukul 09.00-13.00 WIB sampai dengan selesai di Tanjung Putus, belakang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya, Inderalaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah botol vial, eckman grab, ember, insecting net, kantong plastik, karet gelang, dan plankton net sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 70 % dan formalin 4 %.
3.3. Cara Kerja
Ditangkap serangga dengan menggunakan insecting net selama perjalanan, diletakkan didalam toples yang sudah diberi celah udara. Untuk ekosistem perairan, pengambilan sampel plankton digunakan plankton net. Diambil 10 ember air, disaring dengan plankton net. Setelah 10 ember disaring, dimasukkan air kedalam botol vial dari bawah dengan dibuka penutupnya. Dibiarkan botol penuh hingga air plankton tersebut habis dari plankton net. Ditetesi sampel dengan formalin 4% sebanyak 2 tetes, kemudian ditutup botol dengan menggunakan kantong planstik. Sampel dikocok dahulu, diambil menggunakan pipet tetes dan ditetesi di kaca objek. Diamati di mikroskop dan digambar.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, didapat hasil sebagai berikut:
- Plankton
Bagian Waktu Plankton yang ditemukan
Titik I 09.39 Janthina
Nauplii
Noctiluca
Salpa
Spyrogyra
Titik II 10.00 Biddlulphia
Noctiluca
Oithona
Plektonema
Zignema
Titik III 10.33 Nocticula
Sagita
Biddulphia
Evadne
Skeletonema
- Benthos
1. Cybister
2. Rana Sp
3. Tubifex
4.2. Pembahasan
Pada ekosistem perairan terdapat organisme-organisme kecil yang terkandung didalamnya. Organisme yang berukuran sangat kecil tersebut disebut plankton. Plankton hidup melayang atau mengambang di dalam air. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutabarat (1986 : 1) bahwa planton merupakan suatu organisme yang berukuran sangat kecil ang hidupnya terombang-ambingoleh arus di lautan bebas. Plankton terdiri dari makhluk-makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuh-tumbuhan (fitoplankton). Zooplankton sebenarnya merupakan golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertical pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang zooplankton sangat kecil jika dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus lapisan perairan tempat zooplankton berenang.
Spyrogyra merupakan ganggang yang didapatkan di sekitar kita, yakni di perairan tawar . Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimd (2009 : 1). Bentuk tubuh seperti benang, dalam tiap sel terdapat kloroplas berbentuk spiral dan sebuah inti. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual dengan konjugasi. Adapun langkah-langkah konjugasi antara lain dua benang saling berdekatan, sel yang berdekatan saling membentuk tonjolan. Ujung kedua tonjolan yang bersentuhan saling melebur membentuk saluran konjugasi. Lewat saluran itu terjadilah aliran protoplasma dari satu sel ke sel yang lain. Kedua plasma melebur, disebut peristiwa plasmogami dan segera diikuti oleh peleburan inti yang disebut kariogami. Hasil peleburan membentuk zigospora diploid. Zigospora mengalami meiosis dan ditempat yang sesuai berkembang menjadi benang Spirogyra baru yang haploid.
Studi Plankton merupakan cara ideal untuk mempelajari plankton merupakan cara yang tidak hanya memperkirakan jumlah mahluk hidup, namun juga konsentrasi spesies bentuk-bentuk plankton yang berbeda pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1967 : 207-208) bahwa tidak ada satu cara pun yang telah digunakan dapat memenuhi persyaratan itu. Dengan demikian, paling baik yaitu memilih cara yang paling cocok bagi suatu masalah tertentu yang akan ditemukan, dengan memperhatikan tempat penemuan itu dilakukan. Sebagai aturan umum, disarankan untuk memilih cara yang paling cepat dan sederhana, karena penemuan-penemuan pada selang waktu yang pendek akan berharga, daripada yang dilakukan pada selang waktu yang lebih panjang, yang karena kerumitannya hanya dapat dilakukan dengan selang waktu demikian. Waktu yang tersedia dan peralatan juga merupakan faktor penentu dalam pemilihan cara penelitian plankton. Tempat sampel air dikumpulkan disebut sebagai ’’stasiun’’. Jumlah stasiun dan jarak antar stasiun tergantung pada hidrografi, kedalamam, sifat dasar, dan masalah yang diteliti. Karena plankton tidak pernah tersebar secara merata namun cederung berada dalam bidang-bidang kecil dalam wilayah yang berbeda, amatlah penting untuk memiliki lebih dari satu stasiun untuk mendapatkan lebih dari satu sampel pada setiap stasiun. Sampel dari beberapa inci bagian atas permukaan air tidaklah mewakili, dan dengan demikian harus dihindari. Badan air dangkal harus memiliki lebih banyak jumlah stasiun daripada danau besar yang kondisinya lebih kurang stabil.
Plankton ada yang bergerak sendiri secara aktif yang disebut zooplankton dan ada juga yang dapat melakukan fotosintesis, yang disebut fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonimc (2009 : 1) bahwa fitoplankton merupakan kelompok produsen dalam sistem mata rantai makanan. Mereka dapat melakukan aktivitas hidupnya sendiri dengan memanfaatkan cahaya matahari. Sedangkan zooplankton harus melakukan aktivitas makan untuk mempertahankan eksistensinya. Plankton, baik itu zooplankton maupun fitoplankton dalam sistem akuarium laut, merupakan pakan alami bagi ikan dan koral yang hidup didalamnya. Mereka tergolong pakan yang memiliki nilai gizi yang tinggi, memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai dengan mulut ikan dank oral, isi sel-selnya padat, dinding selnya tipis, serta tidak beracun.
Zooplankton merupakan kelompok plankton konsumen, yang memakan plankton produsen atau fitoplankton. Hal ini sesuai dengan pendapat Omori (1976 : 2-4) bahwa zooplankton memiliki banyak spesies. Zooplankton merupakan holoplankton khas yang terdiri dari banyak phyla dan kelas invertebrata. Perkiraan jumlah jenis hewan besar holoplanktonic, kecuali kebanyakan protozoa (lebih dari 1000 spesies dalam Tintinnida sendiri) dan beberapa kelompok kecil taksonomik. Karena banyak teleosts (vertebrates) dan organisme benthic (kebanyakan invertebrata) mereka menghabiskan tahap awal kehidupan di meroplankton, paling phyla dari kerajaan hewan yang diwakili dalam zooplankton. Zooplankton ditemukan pada semua kedalaman air, karena mereka memiliki kekuatan untuk bergerak. Bentuk yang berpindah ini hidup pada kedalaman tertentu selama siang hari, dan naik kepermukaan menjelang malam, serta tenggelam kembali ke kedalaman normal pada pagi hari. Terdapat zooplankton herbivora yang memakan fitoplankton yang kemudian zooplankton herbivora tersebut akan dimangsa oleh zooplankton karnivora dan hewan-hewan lain yang berukuran lebih besar.
Struktur komunitas zoobentos dipengaruhi berbagai faktor lingkungan abiotik dan biotik. Hal inni sesuai dengan pendapat Anonimd (2009 : 2) bahwa secara abiotik, faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan makrozoobentos adalah faktor fisika-kimia lingkungan perairan, diantaranya; penetrasi cahaya yang berpengaruh terhadap suhu air; substrat dasar; kandungan unsur kimia seperti oksigen terlarut dan kandungan ion hidrogen (pH), dan nutrien. Sedangkan secara biologis, diantaranya interaksi spesies serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. 14 faktor yang mempengaruhi keberadaan hewan bentos di perairan, sembilan diantaranya merupakan faktor penentu kualitas perairan.
BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Plankton didefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zona pelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar.
2. Plankton tidak mempunyai kekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yang menghanyutkannya.
3. Fitoplankton merupakan sumber makanan bagi zooplankton yang bersifat herbivora.
4. Bahan makan yang berasal dari plankton banyak mengandung asam-asam amino esensial, mineral-mineral, vitamin-vitamin, dan juga lemak serta karbohidrat.
5. Faktor yang dapat mempengaruhi keberadaan bentos antara lain yaitu pH dan cahaya matahari.
6. Bentos dapat dipakai sebagai spesies indikator kandungan organik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim a. 2009. Ekosistem. Http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:13 WIB.
Anonim b. 2009. Ekosistem. Http://aurel-jw.tripod.com/Ekosistem.htm. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:20 WIB.
Anonim c. 2009. Plankton. Http://www.o-fish.com/plankton. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 20:02 WIB.
Anonim d. 2009. Plankton. Http://www.google.com. Diakses tanggal 2 Juni 2009 jam 19:28 WIB.
Campbell, N.A. 2004. Biologi. Erlangga. Jakarta : v + 436 hlm.
Hutabarat, S. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. UI Press. Jakarta : iii + 97 hlm.
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta : v + 372 hlm.
Omori, M. 1976. Methods in Morine Zooplankton Ecology. Wiley Interscience. United States of America : v + 332 hlm.
semoga bermanfaat....